Peristiwa Ajaib
Setelah ia pulang ke Kampung Kisol, lanjut Heri, Leksi melepaskan sendiri kakinya yang dipasung dari lubang balok di sebuah pondok. Dia duduk di atas pondok tersebut. Saat mamanya mengantar makan malam, mamanya kaget karena anaknya duduk di pondoknya. Mamanya memberikan makanan. Melihat peristiwa itu, mamanya menginformasikan kepada anggota keluarga.
Keluarga menelepon Pak Heri untuk mempertimbangkan keputusan yang terbaik dengan memasung kembali Om Leksi. Tetapi, Pak Heri meminta seluruh anggota keluarga untuk tidak memasungnya lagi. Pak Heri meminta agar keluarga secara rutin memberi obat. Pak Heri juga meminta agar keluarga mengenakan pakaian yang rapi untuk Om Leksi. Ketika mengenakan pakaian, om Leksi tidak memberikan tanda-tanda perlawanan. Keluarga yakin bahwa Om Leksi sudah benar-benar pulih.
Baca Juga : Pansos Boleh, Tapi Ada Batasnya
Baca Juga : Politik Identitas ‘Racun’ Demokratisasi
Kesembuhan Om Leksi berkat usaha dari tim medis yang bekerja sama dengan keluarga untuk memberikan pengobatan yang rutin. Kurang lebih selama 2 tahun, Om Leksi minum obat secara rutin yang dilayani mamanya. Proses pemulihan bagi penderita disabilitas mental membutuhkan waktu lama, kesabaran, ketabahan dan ketenangan serta keterlibatan keluarga.
Aleksius Dugis yang biasa disapa Leksi mengalami gangguan jiwa sejak 2009 lalu. Sejak saat itu, Leksi langsung dipasung oleh keluarga dan warga. Ibu kandung Leksi, Kornelia Daghe menjelaskan, gejala awal anaknya mengamuk, marah dan jalan-jalan tanpa arah di kampung Sola.
Bahkan, anaknya sering mengganggu orang di kampung pada 2009 lalu. Sejak saat itu keluarga mengambil jalan untuk memasungnya demi kenyamanan keluarga dan warga di kampung tersebut.
Baca Juga : Sepucuk Surat untuk Pengantin Perempuan
Baca Juga : Musisi Difabel Mata ini Ingin Memiliki Keyboard dan Membuka Kursus Musik
“Dulu dua kakinya dipasung. Namun, saat ini hanya kaki kanannya dipasung karena kondisinya parah. Bahkan, kadang-kadang dua kakinya dipasung secara bergantian oleh keluarganya apabila kakinya sakit. Keluarga mengambil jalan itu demi keamanan keluarga dan kampung karena anak saya selalu marah, mengamuk dan berontak,” tuturnya.
Daghe menjelaskan, ayah Leksi, Mikael Pandu sudah meninggal. Dia juga sudah tua maka tidak bisa lagi merawat anaknya itu.
“Memang saya rutin beri anak saya makan dan minum dan kadang-kadang mandi. Namun, saat ini kondisinya semakin parah,” katanya. “Saya berharap ada perhatian dari berbagai pihak untuk membebaskan anak saya yang dipasung selama 10 tahun hingga saat ini,” jelasnya.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya