Politik Identitas ‘Racun’ Demokratisasi

- Admin

Senin, 12 Juli 2021 - 22:11 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Saat ini media-media nasional berlomba-lomba merilis survei elektabilitas bakal calon presiden. Namun, keakuratan hasil penelitian lembaga survei elektabilitas menjelang pemilu bukanlah suatu tolok ukur bagi pasangan calon untuk meraih kemenangan dalam pemilu. Pilihan politik pemilih masih menyisahkan pertimbangan antara rasionalitas dan sentimentalitas. Hal ini bisa dilihat berdasarkan hasil survei elektabilias menjelang pemilu dan jumlah suara pascapemilu.

Baca juga :  Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Ada beberapa analisis yang mampu dijelaskan di sini. Pertama, ada kemungkinan bahwa lembaga survei gagal memahami aspirasi pemilih. Para responden memberi jawaban tidak sesuai dengan pilihan politik mereka. Hal ini tentunya dapat dibenarkan mengingat jumlah pemilih yang belum menentukan sikap relatif kecil. Hampir sebagian besar pemilih telah menyatakan bahwa pilihan mereka tidak dapat diragukan lagi. Tetapi faktanya ada perbedaan antara hasil survei elektabilitas dan hasil pemilu. Kedua, komodifikasi politik identitas. Sejumlah mesin parpol dan invisible hand dalam analisis Adam Smith bekerja ekstra keras untuk mendongkrak pilihan politik rakyat menjelang pemilu.

Baca juga :  Tujuan Politik adalah Keadilan bagi Seluruh Rakyat

Baca Juga : Sepucuk Surat untuk Pengantin Perempuan
Baca Juga : Musisi Difabel Mata ini Ingin Memiliki Keyboard dan Membuka Kursus Musik

Tampaknya politik identitas memiliki peran yang tidak kecil dalam pemilihan Presiden April 2024 mendatang. Politik identitas menjadi komoditas yang menarik dalam mendulang simpati publik. Penulis kemudian mencoba mengontemplasikan fenomena politik identitas tersebut dalam hubungan dengan demokrasi di Indonesia.

Komentar

Berita Terkait

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?
DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?
Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan
Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Berita ini 44 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA