Otensitas Kebudayaan Kita Semakin Rapuh?

- Admin

Rabu, 13 Oktober 2021 - 22:05 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengaruh beasmtaat

Pola-pola interaksi ketiga tipologi komunitas  di atas dikendalikan oleh kekuasaan atau kekuatan modern yang melegitimasi kekuasaan itu. Dengan demikian kesenjangan budaya semakin menampakkan cirinya yang sangat  tajam  pada tiga komunitas yang telah disebutkan di atas.

Dualisme budaya yang secara faktual berhimpit dengan kesenjangan budaya, ternyata menimbulkan gesekan-gesekan, justeru karena masih kuatnya pengaruh beasmtaat pada core society.  Kecenderungan hidup kapitalistik pada core society, melahirkan tirani kekuasaan, dan menempatkan kekayaan atau kesewenangan sebagai tujuan prilaku dan faktor penentu untuk mengukur seseorang dan kedudukan sosialnya dalam masyarakat. Gejala ini sekaligus menandai jati diri kebudayaan kita sudah mati, di mana manusia mulai melemah dan mempertahankan transendensinya terhadap kekuasaan dan uang. Dilihat dari perkembangan budaya bukankah gejala-gejala tersebut bertentangan dengan nilai-nilai religius dan humanis?

Baca juga :  Tiga Unsur Pembentuk Kampung Adat di Ende Lio, Flores

Dewasa ini banyak aspek penting dari kebudayaan kita mengalami degradasi, karena berbagai faktor, terutama menyangkut nilai, tujuan, latar belakang dan sifat dasar penampilannya. Misalnya dalam kehidupan kebudayaan. Kebudayaan menjadi kehilangan imanennya yang justeru mendewasakan kita dalam bergaul. Kebudayaan mulai menampakkan dirinya sekadar slogan murni, pada akhirnya kebudayaan akan menjadi transenden dalam kehidupan kita, serta spritualitas kebudayaan akan bermakna utopis. Pergeseran nilai dan fungsi pada akhirnya akan ditolak atau dihindari. Namun pembangunan yang mengabaikan dimensi etis kebudayaan kita secara utuh yang telah mampu menghidupkan orang maka terjadilah cultural counter movement  oleh masyarakat pendukung kebudayaan itu ke arah revivalisme budaya lokal.

Komentar

Berita Terkait

Memaknai Lagu “Anak Diong” dalam Konteks Budaya Manggarai
Lingko dalam Festival Golo Koe  
Cear Cumpe, Ritus Pemberian Nama dalam Kebudayaan Manggarai, NTT
Konsep Bambu dalam Budaya Manggarai
Merayakan Hari Kasih Sayang
Aku Caci, Maka Aku Ada
Cerita Tuna Merah di Sumber Mata Air
Nakeng Sabi, Tradisi Masyarakat Manggarai yang Mulai Hilang
Berita ini 808 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Selasa, 28 November 2023 - 23:35 WITA

Fakultas Filsafat Unwira Adakan Seminar Internasional sebagai Bentuk Tanggapan terhadap Krisis Global    

Sabtu, 11 November 2023 - 11:33 WITA

Tujuan Politik adalah Keadilan bagi Seluruh Rakyat

Jumat, 23 Juni 2023 - 07:01 WITA

Komunitas Circles Indonesia: Pendidikan Bermutu bagi Semua

Rabu, 17 Mei 2023 - 11:05 WITA

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa melalui Kelas Belajar Bersama

Kamis, 4 Mei 2023 - 14:47 WITA

Mahasiswa Pascasarjana IFTK Ledalero Mengadakan PKM di Paroki Uwa, Palue   

Sabtu, 25 Maret 2023 - 06:34 WITA

Masyarakat Sipil Dairi Mendesak Menteri LHK Cabut Izin Persetujuan Lingkungan PT. DPM  

Sabtu, 21 Januari 2023 - 06:50 WITA

Pendekar Indonesia Menggelar Simulasi Pasangan Calon Pimpinan Nasional 2024

Selasa, 17 Januari 2023 - 23:01 WITA

Nasabah BRI Mengaku Kehilangan Uang di BRImo

Berita Terbaru

Pendidikan

Kaum Muda dan Budaya Lokal

Jumat, 15 Mar 2024 - 19:27 WITA

Politik

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Rabu, 21 Feb 2024 - 19:07 WITA

Politik

Demokrasi dan Kritisisme

Minggu, 18 Feb 2024 - 16:18 WITA