Kaum Muda dan Budaya Lokal

- Admin

Jumat, 15 Maret 2024 - 19:27 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Globalisasi menandai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Penyebarannya berlangsung secara cepat, masif dan tidak terbatas pada negara-negara maju dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga melintasi batas negara-negara berkembang dan miskin dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Dalam hal ini, globalisasi menjadi sebuah fenomena yang tak terelakkan (Scholte, 2001:7). Perkembangan globalisasi ini membawa beragam efek. Salah satunya ialah menglobalnya budaya lokal. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai buah dari rahim globalisasi ini dapat dimanfaatkan sebagai kuda tunggangan kaum muda untuk dapat mempopulerkan budaya lokal.     

Globalisasi membawa serta segala kemajuan baik dalam bidang pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi, kesehatan, dan lain sebagainya. Penulis di sini lebih menitikberatkan pembahasan tentang pengaruhnya terhadap teknologi informasi dan komunikasi. Peluang ini membantu kaum muda dalam mempertahankan dan melestarikan budaya lokal.

Kaum muda memiliki tanggung jawab untuk menjaga eksistensi budaya lokal. Pertama, kaum muda menjaga, merawat dan mengembangkan budaya lokal di tengah penetrasi budaya modern. Kedua, kaum muda sebagai penikmat dan sekaligus sasaran dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai buah dari budaya modern. Di sini kaum muda dituntut untuk bijak dalam menanggapi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai buah dari budaya modern yang menglobal. Kaum muda dituntut untuk dapat bersikap lokal dan berpikir global leon bet.

Kaum muda perlu bijak melihat peluang yang datang bersama perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Kehadiran budaya modern tidak hanya dilihat sebagai tantangan atau sebagai pengerus budaya lokal. Idealnya budaya modern hadir untuk membantu memudahkan aktivitas manusia. Entah dampak positis atau negatif yang timbul itu bukan sepenuhnya kesalahan dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi atau buah dari kebudayaan modern, melainkan sejauh mana peran kaum muda untuk menyikapi kemajuan yang ada atau menyikapi budaya modern yang hadir.

Baca juga :  Membangun Taman Baca, Membangun Harapan Bangsa

Perlu diingat bahwa perubahan pola pikir menjadi lebih modern dan lebih masuk akal dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga taraf hidup masyarakat membaik merupakan buah dari hadirnya budaya modern. Ini merupakan peluang bagi kaum muda yang telah akrab dengan kemajuan yang ada sebagai buah dari budaya modern, untuk mengeksplor budaya lokal ke kanca internasional melalui teknologi yang hadir berkat kehadiran budaya modern.

Semakin maju perkembangan zaman, semakin maju pula perkembangan teknologi yang diciptakan. Dalam masa transisi era society 5.0, kita semakin dituntut maju dan beradaptasi dengan teknologi infomasi dan komunikasi yang hadir serta ini juga menjadi dampak yang sangat berpengaruh bagi seluruh aspek kehidupan di masyarakat.     

Oleh karena itu, generasi muda harus menjaga budaya dan tradisi lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang kita sebagai identitas diri dan bangsa, serta selektif terhadap pengaruh budaya modern agar budaya lokal yang dimiliki bisa terjaga dan tidak terkikis oleh perkembangan era globalisasi yang semakin pesat. Generasi muda juga diharapkan mampu untuk mengenalkan budaya sendiri dalam kancah dunia dan era globalisasi.

Sepatutnya kita sebagai generasi muda berusaha untuk melestarikan dan menjaga keberagaman budaya-budaya lokal yang ada di Indonesia sehingga sebagai generasi muda kita mampu mempertahankan budaya lokal di tengah kehadiran budaya modern yang semakin berkembang. Peran generasi muda sebagai agent of change sangat diharapkan untuk terus berusaha mewarisi budaya lokal dan akan menjadi kekuatan bagi eksistensi budaya lokal itu sendiri walaupun diterpa arus globalisasi. Karenanya, Peran generasi muda sangat diharapkan untuk terus berusaha belajar dan dapat mewarisinya (Mahasaraswati, 2019:6).

Baca juga :  Mengembangkan Sistem Pembelajaran HOTS

Sebagai agen perubahan, generasi muda dituntut untuk terus mengangkat taraf budaya lokal agar dapat bersaing dengan budaya modern. Namun, kendatipun demikian kita harus berbangga bahwa sejauh ini budaya lokal masih bisa bersaing dengan budaya modern meskipun adanya proses akulturasi itu juga bukti bahwa generasi muda masih mencintai budaya lokal. Sebagai contoh: baru-baru ini diadakan ASEAN SUMMIT di Labuan Bajo dan sebagian besar kepala-kepala negara yang mengikuti kegiatan ini mengunakan baju batik khas Indonesia (jawa), dan juga adanya akulturasi antara jas khas budaya barat dengan songke khas Indonesia (Manggarai) sehingga menghasilkan jas songke. Ini merupakan bukti bahwa kaum muda mampu mengekspor budaya lokal ke kanca internasional menggunakan media atau perkembangan yang dilahirkan oleh budaya modern.

Budaya sama hal dengan manusia, yaitu sama-sama bersifat dinamis atau berubah-ubah. Budaya lokal dengan sifat dasarnya sangat menerima budaya baru. Namun kaum muda sebagai agen pengerak dituntut untuk dapat menggunakan kecakapan lokal atau lokal genius untuk memfilterisasi atau memproteksi pengaruh-pengaruh budaya modern yang berdampak pada tergerusnya eksistensi budaya lokal. Agen pengerak atau kaum muda harus mempersiapkan diri untuk memfilerisasi sbuah-buah yang lahir dari kebudayaan modern, perkembangan memang tak dapat dielakkan namun kaum muda harus dapat memfilterisasi hal-hal yang bersifat merusak atau menggeru budaya lokal. (Syibran, 2010:10).

Baca juga :  Urgensi Literasi Digital di Era Pasca-Kebenaran 

Kehadiran budaya modern yang membawa serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberi ruang bagi kaum muda untuk menjaga, melestarikan dan mengekpor budaya lokal ke kancah internasional. Sebagai contoh kehadiran teknologi informasi dan komunikasi sebagai jembatan bagi kaum muda untuk dapat menjaga dan mengekspor budaya lokal adalah dengan membuat konten-konten yang bernuansa budaya misalnya mebuat konten tarian caci, lagu-lagu dalam bahasa daerah dan lain sebagainya.

Hemat penulis, budaya modern memang dapat menjadi jembatan emas bagi kaum muda untuk menjaga dan mengekspor budaya lokal ke kanca internasional. Budaya mesti bersifat dinamis atau berubah-ubah asalkan tidak menghilangkan unsur-unsur kebudayaan itu sendiri. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi adalah media yang lahir dari budaya modern yang dapat dipakai sebagai kuda tunggangan bagi kaum muda untuk mengekspor budaya lokal. Maka kaum muda dituntut untuk bijak memanfaatkan segala kemajuan sebagai buah dari budaya modern, kaum muda harus diperkuat pengetahuannya tenang budaya lokal sebelum kemudian mereka mengekspor budaya lokal ke kanca internasional, jadi unsur-unsur kebudayaan lokal harus mandarah daging dulu baru kaum muda kemudian mengolaborasi perkembangan zaman dengan budaya lokal.

Akankah kaum muda mampu membaca peluang yang datang dari kebudayaan modern untuk kemudian mengekspor budaya lokal atau sebaliknya terjebak dalam glorifikasi budaya modern sambil mengamputasi budaya lokal?

Komentar

Penulis : Fransiskus Erick Saputra Pantur

Editor : Rio Nanto

Berita Terkait

Menyontek dan Cita-Cita Bangsa
Sastra Jadi Mata Pelajaran
Disrupsi  Teknologi dan Dinamika Pendidikan Kita
Budaya Berpikir Kritis Menangapi Teknologi yang Kian Eksis
Stempel Meritokrasi
Urgensi Literasi Digital di Era Pasca-Kebenaran 
Pembelajaran Agama Bercoral Multikultural
Peluang Pendidikan Tinggi di Era Digital
Berita ini 212 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA