Melihat kondisinya yang belum membaik, Sare Ngole memilih untuk mengasingkan diri ke Kowe Sikka. Di tempat ini, Sare Ngole melakukan meditasi selama kurang lebih tiga bulan. Pada suatu malam dia mendapat sebuah penglihatan karena tiba-tiba muncul londa. Bentuknya semacam kalung atau rantai emas.
Ketika mendapatkan londa ini, Sare Ngole memilih untuk kembali ke kampung Wolotolo. Dia menyimpan londa itu di dalam sebuah peti dan meletakkannya di dalam rumah. Pada suatu siang yang terik, Sare Ngole mendengar sebuah suara dari dalam peti tersebut yang meminta agar londa itu disimpan di sebuah kali. Hal ini karena londa itu mengalami kepanasan berada di dalam peti yang tertutup rapi.
Pada keesokan harinya, Sare Ngole membawa londa itu ke sebuah kali. Satu hari sesudah itu, Sare Ngole pergi ke kali untuk mengambi kembali londa tersebut. Namun, Sare Ngole tidak menemukan londa. Di sungai tersebut, Sare Ngole menemukan belut emas. Londa tersebut telah berubah menjadi belut emas.
Legenda ini berkembang luas di masyarakat adat Wolotolo. Warga meyakini bahwa belut emas tersebut adalah nenek moyang mereka. Masyarakat Wolotolo secara berkala melakukan ritus di tempat belut sakti. Masyarakat percaya bahwa jika mereka berniat baik, mereka akan memperoleh rejeki dalam pekerjaan mereka. Belut sakti kini menjadi objek wisata yang menarik dan memberi inspirasi bagi pengunjung terutama peran penting kedekatan dengan alam dan relasi akrab dengan leluhur.