Belut Sakti Bergigi Emas di Wolotolo, Ende Lio

- Admin

Kamis, 23 September 2021 - 20:38 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(Sumber : Foto Mongabay)

(Sumber : Foto Mongabay)

Melihat kondisinya yang belum membaik, Sare Ngole memilih untuk mengasingkan diri  ke Kowe Sikka. Di tempat ini, Sare Ngole melakukan meditasi selama kurang lebih tiga bulan. Pada suatu malam dia mendapat sebuah penglihatan karena tiba-tiba muncul londa. Bentuknya semacam kalung atau rantai emas.

Ketika mendapatkan londa ini, Sare Ngole memilih untuk kembali ke kampung Wolotolo. Dia menyimpan londa itu di dalam sebuah peti dan meletakkannya di dalam rumah. Pada suatu siang yang terik, Sare Ngole mendengar sebuah suara dari dalam peti tersebut yang meminta agar londa itu disimpan di sebuah kali. Hal ini karena londa itu mengalami kepanasan berada di dalam peti yang tertutup rapi.

Baca juga :  Sejarah Penggalian Gua-Gua Alam di Flores

Pada keesokan harinya, Sare Ngole membawa londa itu ke sebuah kali. Satu hari sesudah itu, Sare Ngole pergi ke kali untuk mengambi kembali londa tersebut. Namun, Sare Ngole tidak menemukan londa. Di sungai tersebut, Sare Ngole menemukan belut emas. Londa tersebut telah berubah menjadi belut emas.

Baca juga :  Asal-Usul Roh Halus Menurut Kepercayaan Asli Orang Manggarai

Legenda ini berkembang luas di masyarakat adat Wolotolo. Warga meyakini bahwa belut emas tersebut adalah nenek moyang mereka. Masyarakat Wolotolo secara berkala melakukan ritus di tempat belut sakti. Masyarakat percaya bahwa jika mereka berniat baik, mereka akan memperoleh rejeki dalam pekerjaan mereka. Belut sakti kini menjadi objek wisata yang menarik dan memberi inspirasi bagi pengunjung terutama peran penting kedekatan dengan alam dan relasi akrab dengan leluhur.  

Komentar

Berita Terkait

Memaknai Lagu “Anak Diong” dalam Konteks Budaya Manggarai
Lingko dalam Festival Golo Koe  
Cear Cumpe, Ritus Pemberian Nama dalam Kebudayaan Manggarai, NTT
Konsep Bambu dalam Budaya Manggarai
Merayakan Hari Kasih Sayang
Aku Caci, Maka Aku Ada
Cerita Tuna Merah di Sumber Mata Air
Otensitas Kebudayaan Kita Semakin Rapuh?
Berita ini 223 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 28 November 2023 - 23:35 WITA

Fakultas Filsafat Unwira Adakan Seminar Internasional sebagai Bentuk Tanggapan terhadap Krisis Global    

Sabtu, 11 November 2023 - 11:33 WITA

Tujuan Politik adalah Keadilan bagi Seluruh Rakyat

Jumat, 23 Juni 2023 - 07:01 WITA

Komunitas Circles Indonesia: Pendidikan Bermutu bagi Semua

Rabu, 17 Mei 2023 - 11:05 WITA

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa melalui Kelas Belajar Bersama

Kamis, 4 Mei 2023 - 14:47 WITA

Mahasiswa Pascasarjana IFTK Ledalero Mengadakan PKM di Paroki Uwa, Palue   

Sabtu, 25 Maret 2023 - 06:34 WITA

Masyarakat Sipil Dairi Mendesak Menteri LHK Cabut Izin Persetujuan Lingkungan PT. DPM  

Sabtu, 21 Januari 2023 - 06:50 WITA

Pendekar Indonesia Menggelar Simulasi Pasangan Calon Pimpinan Nasional 2024

Selasa, 17 Januari 2023 - 23:01 WITA

Nasabah BRI Mengaku Kehilangan Uang di BRImo

Berita Terbaru

Pendidikan

Kaum Muda dan Budaya Lokal

Jumat, 15 Mar 2024 - 19:27 WITA

Politik

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Rabu, 21 Feb 2024 - 19:07 WITA

Politik

Demokrasi dan Kritisisme

Minggu, 18 Feb 2024 - 16:18 WITA