Menulis Menghidupkan yang Mati

- Admin

Selasa, 20 Juli 2021 - 15:38 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang dalam dan dari sejarah

(Pramodoedya Ananta Toer)

Indodian.com – Seorang penulis bisa “mati” dan “hidup” pada saat yang sama. Ketika dia menghasilkan sebuah tulisan dan dibaca banyak orang, pada saat itu juga dia mati sekaligus hidup. Prinsip tafsir kritis teks atau tulisan menuntut ‘kematian’ pengarang (Rolland Barthes) agar tersedia ruang kebebasan menafsir bagi pembaca. Penulis harus ‘mati’ agar pembaca ‘hidup’. Dengan kematian pengarang, sebuah tulisan membuka ruang diskursus.

Baca juga :  Pansos Boleh, Tapi Ada Batasnya

Pada saat yang sama, tulisan mengekalkan penulisnya. Ketika sebuah karya selesai ditulis, penulis memperpanjang umurnya lagi. Dengan itu, dia hidup dalam kenangan kolektif masyarakat. Dia mengalahkan takdir dan kefanaan. Singkatnya, menulis adalah pekerjaan untuk keabadian.

Baca juga :  Canggihnya Kamera Smartphone dan Raibnya Nilai Kepahlawanan

Baca Juga : Sebelas Tahun dipasung, Leksi Akhirnya Lepas Pasung dan Bisa Jalan Sendiri
Baca Juga : Pelangi di Mataku

Di situ, menulis sebentuk nimesis ruang publik. Dengan menulis, seseorang sanggup menerobos disparitas ranah privat dan publik. Dia membenturkan “kepalanya yang kecil” dengan teks mahabesar yaitu realitas hidup manusia.

Baca juga :  Generasi Serba Salah

Dengan kata lain, seorang penulis itu privat sekaligus publik. Sebab ketika menulis, ia tak berpikir tentang dirinya, tapi tentang realitas sosial-politik (publik) yang bentur-membentur di luar dirinya. Dia membentuk opini publik dan merekonstruksi pikiran pembaca. Di situ, penulis menjadi manusia politis dan publik. Maka, menulis itu politis serentak sosial.

Komentar

Berita Terkait

Generasi Serba Salah
Canggihnya Kamera Smartphone dan Raibnya Nilai Kepahlawanan
Pansos Boleh, Tapi Ada Batasnya
Berani untuk Percaya Diri?
Wajib Tahu! Enam (6)Tahap Penting dalam Menulis
Berita ini 526 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Selasa, 21 Mei 2024 - 08:51 WITA

Tolong, Dengarkan Suara Hati! (Subjek Cinta dan Seni Mendengarkan)

Rabu, 1 Mei 2024 - 11:52 WITA

Apakah Aku Selfi Maka Aku Ada?

Sabtu, 16 Desember 2023 - 18:31 WITA

Masyarakat yang Terburu-buru

Jumat, 8 Desember 2023 - 12:13 WITA

Masyarakat Smombi

Selasa, 28 November 2023 - 22:48 WITA

Masyarakat Telanjang

Sabtu, 7 Oktober 2023 - 09:35 WITA

G.W.F. Hegel: Negara dan Sittlichkeit

Selasa, 13 Juni 2023 - 16:26 WITA

Emotikon, Krisis Perhatian dan Filsafat Teknologi

Rabu, 10 Mei 2023 - 21:40 WITA

ChatGPT dan Tugas Filsafat Teknologi

Berita Terbaru

Filsafat

Apakah Aku Selfi Maka Aku Ada?

Rabu, 1 Mei 2024 - 11:52 WITA