Prodi Ilmu Pemerintahan Unwira Selenggarakan Seminar Hari Kartini

- Admin

Selasa, 23 April 2024 - 22:42 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Badan Eksekutif  Mahasiswa  Program  Studi Ilmu Pemerintahan (BEMPS) Universitas  Widya Mandira (Unwira) Kupang menggelar seminar dalam rangka  memperingati  hari Kartini, pada Selasa, 23 April 2024. Tema seminar tersebut ialah “Mewujudkan Mimpi-mimpi Kartini dengan menjaga semangat  kesetaraan, pendidikan  dan emansipasi perempuan  di masa kini”.

Ada tiga narasumber dalam seminar ini yaitu Ibu Theodora Ewalde Taek sebagai anggota  DPRD Kota Kupang periode 2019-2024, Ibu Grace Gracelia sebagai staf advokasi kampanye dan pengorganisasian masyarakat  WALHI NTT, dan Pater Petrus Tan, SVD sebagai dosen Fakultas Filsafat Unwira. Seminar ini dihadiri oleh dosen dan mahasiswa Ilmu Pemerintahan Unwira, aktivis lingkungan hidup (WALHI NTT), dan masyarakat umum

Dalam pemaparan materi, pembicara pertama, Ibu Walde Taek menyampaikan  gagasan tentang pentingnya kehadiran perempuan  dalam politik. “Hal yang perlu  diteladani dalam jiwa Kartini  ialah wawasan yang sangat luas, percaya diri dan berjuang,” tuturnya. Dia menambahkan bahwa  dengan cara itu, keterlibatan  perempuan  dalam politik  mendapat pengakuan. Perempuan harus berani bersuara walaupun  banyak fitnah maupun dicemooh dan berani menjadi pemimpin.

Baca juga :  Kritik atas Manifesto Politik 2022: Mempercantik Keindahan Indonesia dengan Akal Sehat    

Pembicara kedua, Ibu Grace, berkomentar tentang situasi  perempuan di NTT  saat ini. Menurutnya, perempuan NTT menghadapi persoalan  lama yaitu sistem patriarki.  “Di NTT, perempuan yang menenun dan perempuan  yang bertani adalah perempuan  yang memiliki  perjuangan.” Namun, tutur Grace,  dalam bidang  hukum dan politik, hak legal perempuan untuk mencegahnya dari  kekerasan  masih kurang. Ruang politik juga tidak secara luas melibatkan perempuan. Walaupun 30% kuota untuk perempuan di DPR, namun sistem kita masih  patriarkat.  Selain itu, akses perempuan  terhadap  sumber  daya alam juga sangat terbatas. Staf WAHLI ini menegaskan, tidak ada keadilan gender tanpa keadilan ekologis.

Baca juga :  Pernyataan Sikap TRUK atas Kasus Pembunuhan Berencana di Kabupaten Sikka

Pembicara ketiga adalah Pater Peter Tan, SVD. Menurut dosen filsafat Unwira ini,  perempuan  masuk ke ruang publik melalui beberapa cara. Pertama, melalui spoken words yaitu kemampuan berbicara dan mempengaruhi publik secara lisan. Kedua, melalui written words yaitu kemampuan menulis. Kartini  pada masanya menerobos ke ruang publik melalui kemampuan menulis surat. Namun, Pater Peter menambahkan bahwa ada cara ketiga perempuan bisa masuk ke ruang publik yaitu melalui tubuhnya. Dia mengangkat kasus di Besipae dan beberapa tempat di Flores di mana para perempuan menelanjangkan pakaian mereka untuk melawan korporasi. “Di situ tubuh perempuan bukan tubuh seksual, melainkan tubuh politik,” tuturnya.

Dalam sesi diskusi, seorang dosen Ilmu Pemerintahan, Yohana Fransiska Medho, memberikan tanggapan. Menurutnya, diskriminasi dan kekerasan berbasis gender sulit hilang sebab telah melekat dalam struktur budaya dan ideologi patriarki yang mengakar kuat dalam masyarakat dari generasi ke generasi. Apalagi struktur patriarki sering dilegitimasi oleh negara, budaya, dan agama. Karena itu, dia mengajak seluruh peserta dan perempuan yang hadir untuk  berani mematahkan stigma buruk terhadap perempuan, berani menentukan pilihan hidup sendiri, dan bergandengan tangan memperjuangkan hak dan keadilan bagi perempuan.

Baca juga :  Menafsir Pidato Jokowi, Pendekar Menilai Andika Perkasa sebagai Tokoh yang Tepat

Selanjutnya, Bapak Dedi Dhosa, seorang dosen Ilmu Pemerintahan, menambahkan bahwa akses perempuan untuk bersaing secara politik akan semakin sulit selama politik kelas dilenyapkan oleh politik kepentingan dan politik identitas. Menurutnya, politik identitas sangat kuat dalam setiap kontetasi pemilu sehingga tidak mengakomodasi kepentingan kelas seperti kebutuhan kaum perempuan.

Seminar ini ditutup dengan penandatanganan berita acara, penyerahan piagam, dan pose bersama para pemateri

Komentar

Penulis : Yoland

Berita Terkait

SD Notre Dame Puri Indah Wisudakan 86 Anak Kelas VI
SMP Notre Dame Wisudakan 70 anak Kelas IX
Fakultas Filsafat Unwira Menggelar Diskusi AI dan Masa Depan Filsafat
Sejumlah Catatan Kritis Pers dan Warganet terhadap Amicus Curiae dan Dissenting Opinion dalam Putusan MK
Peredaran Hoaks Pemilu 2024 Masih Besar
Fakultas Filsafat Unwira Adakan Seminar Internasional sebagai Bentuk Tanggapan terhadap Krisis Global    
Tujuan Politik adalah Keadilan bagi Seluruh Rakyat
Komunitas Circles Indonesia: Pendidikan Bermutu bagi Semua
Berita ini 92 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA