Seni Memahami Menurut Schleiermacher

- Admin

Sabtu, 8 Januari 2022 - 19:58 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seni Memahami a la Schleiermacher

Kita pertama-tama mengerti apa yang dimaksud Schleiermacher dengan istilah “memahami” (verstehen). Menurut Schleiermacher, memahami tidak lain adalah aktivitas menangkap pehamanan (verständis). Sementara pemahaman adalah hasil dari proses memahami. Obyek aktivitas memahami a la Schleiermacher tidak lain adalah bahasa. Namun perlu diketahui bahwa

apa yang ditangkap dari bahasa bukan kata sejauh kata atau kalimat sejauh kalimat. Di dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali berusaha menangkap maksud di balik kata-kata orang yang sedang berbicara kepada kita. Sebab bagi Schleiermacher, kata yang diucapkan tidak pernah terpisah dari pemikiran sang penuturnya.

Lebih lanjut ia menegaskan bahwa manusia tidak berpikir tentang hal yang sama, meski memakai kata yang sama. Seorang filsuf dan dokter sama-sama menggunakan kata “manusia” tetapi cara pandang keduanya atas satu kata ini tentu saja berbeda dan bahkan bertentangan.

Memahami dalam Schleiermacher dengan demikian adalah aktivitas menangkap apa yang dipikirkan ketimbang makna gramatikal dari bahasa yang sedang diucapkan oleh si penutur. Oleh karena itu, kita perlu membedakan antara “memahami apa yang dikatakan dalam konteks bahasa dengan kemungkinan-kemungkinannya” dan “memahami (apa yang dikatakan itu) sebagai sebuah fakta di dalam pemikiran si penuturnya”.

Baca juga :  Jacques Ellul tentang Masyarakat Teknologis

Hermeneutik a la Schleiermacher justru berusaha menangkap apa yang dipahami penutur atas kata yang sedang diucapkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai kesenjangan antara teks dengan maksud teks, antara kata dengan pemikiran penutur kata dan antara teks dan maksud penulis. Kesenjangan ini cenderung menimbulkan kesalahpahaman.

Keasalahpahaman kemudian berpotensi menimbulkan konflik rasial, sosial, religius dst.

Lalu mengapa memahami a la Schleiermacher dianggap sebagai sebuah seni (kunst)? Untuk memahami istilah ini, kita pertama-tama perlu membedakan dua jenis memahami, yakni: “memahami secara spontan dan memahami dengan usaha“. Memahami secara spontan dapat dirasakan dalam kehiduapan kita setiap hari. Kita akan dengan mudah memahami kata-kata orang tua kita, karena kita lahir dan hidup di lingkungan sosial, kultural dan religius yang sama. Dalam konteks ini, kita saling memahami secara spontan.

Namun, Schleiermacher tidak mengembangkan hermeneutik yang demikian. Titik tolak hermeneutik a la Schleiermacher tidak lain adalah kesalahpahaman atau ketidak-salingpahaman. Bagi Schleiermacher, kesalahpahaman menjadi ciri-ciri masyarakat modern. Modernitas yang ditandai dengan kemajemukan cara berpikir, cara hidup, keyakinan religius, keyakinan filosofis dan kemajemukan ideologis, rentan akan terjadinya kesalahpahaman. Atau dalam bahasa Schleiermacher, “di zaman modern, kesalahpahaman sudah menjadi barang tentu“.

Baca juga :  Filsafat itu Jalan Kepada Makna Hidup

Kesalahpahaman sudah menjadi fakta yang tak terbantahkan di zaman modern.

Lebih lanjut Schleiermacher menandaskan bahwa kesalahpahaman sering kali disebabkan oleh prasangka (vorurteil). Prasangka terjadi ketika pembaca atau pendengar merasa perspektifnya superior atas maksud penulis atau penutur kata.

Oleh karena itu, memahami dalam hal ini dapat dikatakan sebagai sebuah seni karena dua hal: Pertama, karena usaha mengatasai kesalahpahaman umum itu selalu dengan metode yang “canggih” dan tidak secara spontan saja. Kedua, karena mengatasi kesalahpahaman umum selalu dilakukan dengan kaidah-kaidah tertentu. Seni dalam hal ini diartikan sebagai ‘kepandaian’. Hal ini sama halnya ketika seniman musik menghasilkan harmoniasasi nada yang indah.

Seni memahami dengan demikian adalah aktivitas menangkap makna (dengan metode canggih) untuk mengatasi kesalahpahaman umum. Yang dicari adalah pemikiran di balik sebuah

ungkapan. Dalam arti ini, hermeneutik tidak lain adalah seni mendengarkan daripada seni berbicara, seni membaca ketimbang seni menulis. Schleiermacher menegaskan bahwa hermeneutik tidak lain adalah seni berpikir dan oleh karena itu bersifat filosofis.

Baca juga :  Letting It Rot: Ambruknya Tatanan Kesadaran Manusia

Dengan cara berpikir seperti itu, Schleiermacher menjadikan hermeneutik sebagai metode dalam rangka menangkap makna di balik tuturan atau tulisan. Pemakaian metodologi hermeneutisnya tidak terbatas pada teks-teks khusus. Baginya, semua teks, baik tuturan maupun tulisan bisa diinterpretasi secara sama. Bahkan, interpretasi sudah menjadi kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia.

Seni memahami yang diusung Schleiermacher tidak lain adalah usaha menangkap makna teks (tulisan maupun tuturan) baik dari segi gramatikal maupun kondisi objektif si penulis atau penutur. Jika si penulis membahasakan pikirannya melalui sebuah tulisan dalam bentuk kalimat- kalimat, maka penafsir berusaha memanfaatkan bahasa (kalimat-kalimat) tersebut untuk memahami kondisi objektif mental sang penulis atau penutur.

Dengan demikian, penafsir mampu memahami setiap tulisan dan tuturan berdasarkan perspektif si penulis atau penutur. Menurut Schleiermacher, metodologi hermeneutis semacam ini, efektif mengatasi kesalahpahaman dalam kehidupan sosial, kultural dan religius modern.   


Venan Jalang

Guru Agama Katolik di Sekolah Pascal Montessori Bandung, Jawa Barat

Komentar

Berita Terkait

Masyarakat yang Terburu-buru
Masyarakat Smombi
Masyarakat Telanjang
G.W.F. Hegel: Negara dan Sittlichkeit
Emotikon, Krisis Perhatian dan Filsafat Teknologi
ChatGPT dan Tugas Filsafat Teknologi
Neoliberalisme, Krisis Multidimensi dan Transformasi Paradigma Pembangunan
Masyarakat Informasi dan Problem Ketidakpastian
Berita ini 142 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 28 November 2023 - 23:35 WITA

Fakultas Filsafat Unwira Adakan Seminar Internasional sebagai Bentuk Tanggapan terhadap Krisis Global    

Sabtu, 11 November 2023 - 11:33 WITA

Tujuan Politik adalah Keadilan bagi Seluruh Rakyat

Jumat, 23 Juni 2023 - 07:01 WITA

Komunitas Circles Indonesia: Pendidikan Bermutu bagi Semua

Rabu, 17 Mei 2023 - 11:05 WITA

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa melalui Kelas Belajar Bersama

Kamis, 4 Mei 2023 - 14:47 WITA

Mahasiswa Pascasarjana IFTK Ledalero Mengadakan PKM di Paroki Uwa, Palue   

Sabtu, 25 Maret 2023 - 06:34 WITA

Masyarakat Sipil Dairi Mendesak Menteri LHK Cabut Izin Persetujuan Lingkungan PT. DPM  

Sabtu, 21 Januari 2023 - 06:50 WITA

Pendekar Indonesia Menggelar Simulasi Pasangan Calon Pimpinan Nasional 2024

Selasa, 17 Januari 2023 - 23:01 WITA

Nasabah BRI Mengaku Kehilangan Uang di BRImo

Berita Terbaru

Pendidikan

Kaum Muda dan Budaya Lokal

Jumat, 15 Mar 2024 - 19:27 WITA

Politik

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Rabu, 21 Feb 2024 - 19:07 WITA

Politik

Demokrasi dan Kritisisme

Minggu, 18 Feb 2024 - 16:18 WITA