Pendidikan Moral
Hal pertama yang dikembangkan adalah perasaan batin yang bahagia. Pendidikan moral adalah keutamaan di masa pandemi. Ini adalah kesempatan terbaik untuk mengembangkannya. Pendidikan moral adalah upaya menuntun setiap naluri menjadi nurani. Konsep pengembangannya berupa tidak membiarkan anak berkembang mengikuti naluri, tetapi tidak juga menjadikan anak takut akan hukuman atas kesalahan yang dibuat. Pada tahap ini dimensi kebahagiaan perlu dibuka. Penghargaan terhadap perbuatan yang baik dilakukan dan sekali lagi mengikuti dengan awas pada setiap tindakan yang tidak baik.
Fokus utama pembelajaran adalah menjaga semangat belajar agar terus tumbuh dan tetap tangguh. Jangan sampai niat belajar (sekolah) tergantikan dengan aktivitas mencari nafkah dan aktivitas yang tidak memiliki korelasi penting dalam menumbuhkan niat dan semangat belajar. Diharapkan pada saat pandemi berlalu, semangat belajar tetap terjaga, sehingga pembelajaran tatap muka tidak dirasakan sebagai hal baru yang justru menambah beban peserta didik.
Baca Juga : Kisah Jurnalis di Manggarai Timur yang Setia Melayani ODGJ
Baca Juga : Hindari Pinjaman Online
Tantangan Pelaksanaan Pembelajaran selama Pandemi
Non multa sed multum! Tentu kita sependapat bahwa bukan kuantitas atau jumlah tetapi mutu atau kualitas hasil belajar yang kita dambakan pada peserta didik. Meningkatkan mutu hasil belajar hanya akan bisa tercapai melalui aktivitas belajar. Aktivitas belajar dapat berupa mendengar, membaca, melihat, dan berkarya. Edgar Dale merinci aktivitas belajar secara verbal, visual, terlibat, dan berbuat/berkarya. Urutan dengan daya ingat terendah sampai yang membentuk daya ingat tinggi adalah baca, dengar, lihat (gambar/diagram, video, pameran, demonstrasi), terlibat dalam diskusi, menampilkan/presentasi, bermain peran, simulasi, dan melakukan eksperimen.
Sangat tidak etis jika seorang guru memaksakan pencapaian kompetensi pada peserta didik tidak beda dengan di saat sebelum pandemi. Bagaimana pencapaian kompetensi dapat tercapai? Memberi tugas di saat sebelum pandemi masih dirasakan sebagai beban oleh peserta didik, apalagi di saat pendemi. Ini hanya akan menambah beban psikologis peserta didik.
Baca Juga : Setelah Pandemi, Kita ke Mana?
Baca Juga : Cerita Tuna Penjaga Mata Air
Hal yang ditakutkan terjadi adalah arah belajar anak semakin tidak terarah. Alih alih belajar anak-anak hanya mengada-ada mengerjakan tugas. Google menjadi satu-satunya harapan agar tugas diselesaikan secara cepat tanpa ada pemahaman yang baik.
Melaksanakan pembelajaran di masa Pandemi memang tidak mudah. Guru perlu menyadari, semakin aktif anak belajar, maka semakin tinggi pula niat untuk mengajar dan mengembangkan pembelajaran. Kadar keaktifan peserta didik dalam belajar diawali dan didukung dengan keaktifan mengajar serta kreativitas mengolah pembelajaran. Tentu banyak kendala yang kita hadapi. Namun, sejatinya seorang guru akan dengan senang hati melihat ada yang perlu diperbaiki, sebab sebagai pendidik profesionalitas adalah keutamaan.