Pembelajaran Agama Bercoral Multikultural

- Admin

Selasa, 21 Juni 2022 - 16:23 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Seorang teman Muslim melalui Whatsapp kepada saya, 9 November 2021, mengatakan “Paus Fransiskus barangkali pemimpin modern umat Katolik yang mencurahkan banyak energinya untuk memberi semangat kepada semua orang dari kalangan agama apa pun untuk membangun dunia dalam perdamaian. Visi perdamaian  Paus Fransiskus  yang selalu memperjuangkan kehidupan yang berkesataran, berkeadilan, hospitalitas, dan bebas konflik.

Visi Paus Fransiskus memiliki relevansi yang kuat dengan situasi dunia saat ini yang tidak pernah sepi dari penindasan dan konflik. Yang memprihatinkan konflik bersumber salah satunya dari agama, yang justru sering dijadikan sebagai sumber dan bahan dialog oleh Paus Fransiskus”.

Baca juga :  Mengembangkan Sistem Pembelajaran HOTS

Dialog antaragama atau antariman sebagai salah satu jalan menciptakan perdamaian di dunia yang tidak henti-hentinya digagas oleh  Paus Fransikus, hendaknya menjadi bagian dari praksis iman kaum beragama di tengah-tengah kemajemukan yang berpotensi menimbulkan konflik. Salah satu ruang sosial sebagai praksis iman untuk mengelola kemajemukan adalah pendidikan sebab beragam konflik sering muncul antara lain yang dipicu oleh perbedaan agama.

Dalam tataran teoritik selalu dikatakan agama sebagai unsur sosial dengan tingkat sensitivitas yang tinggi. A Mukti Ali (1976), mengatakan, “tidak ada tema pembicaraan yang paling menggugah emosional selain tema agama.  Ranah pembicaraan agama dapat melampaui ranah budaya, etnis, bahasa, dan lain sebagainya. Apabila, misalnya, etnis, bahasa, dan budaya, memiliki keterbatasan hanya dalam konteks kelompok tertentu yang secara kebetulan disatukan dengan latar belakang etnis, budaya, dan bahasa tertentu.

Baca juga :  Urgensi Literasi Digital di Era Pasca-Kebenaran 

Tetapi tidak dengan agama. Agama bisa merangkul perbedaan budaya, bahasa, dan etnis. Sehingga jika ada persoalan sosial seperti konflik yang dipicu oleh agama, maka dengan begitu cepatnya mendatangkan respons dari pihak yang memiliki kesamaan agama dengan pihak yang terlibat dalam konflik secara langsung, meskipun dari sisi budaya berbeda”.

Sebagai bagian dari pembentuk identitas manusia sebagaimana halnya etnis, budaya, dan bahasa, agama menempati posisi yang paling sublim dalam kehidupan manusia. Agama patut ditempatkan dalam posisi yang demikian karena salah satu bagian fundamental dalam cara mengada (mode of existence) manusia adalah, pencarian terhadap agama. Bahwa agama menjadi bagian penting dalam cara manusia mengada, bisa dibuktikan dari objek yang paling banyak dicari oleh manusia sepanjang hayatnya.

Baca juga :  Disrupsi  Teknologi dan Dinamika Pendidikan Kita

Agamalah yang paling banyak dicari. Proses pencarian manusia terhadap agama adalah kelanjutan belaka dari karakter manusia yang sejatinya merupakan makhluk religius. Dari sudut pandang kajian keislaman, agama pertama-tama diposisikan sebagai fitrah majbulah. Maksudnya, dalam diri manusia terdapat potensi beragama, sehingga manusia dalam pandangan Islam mudah menerima agama.

Komentar

Berita Terkait

Menyontek dan Cita-Cita Bangsa
Sastra Jadi Mata Pelajaran
Kaum Muda dan Budaya Lokal
Disrupsi  Teknologi dan Dinamika Pendidikan Kita
Budaya Berpikir Kritis Menangapi Teknologi yang Kian Eksis
Stempel Meritokrasi
Urgensi Literasi Digital di Era Pasca-Kebenaran 
Peluang Pendidikan Tinggi di Era Digital
Berita ini 84 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA