Indodian.com – Revolusi Industri 4.0 yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 2011 di Jerman (Hanover Fair) maupun Society 5.0 yang diperkenalkan pertama kali di Jepang, sama-sama menuntut kompetensi Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan keterampilan: problem solving, value creation, imagination, creativity dan inovation.
Sementara keterampilan utama atau top skills untuk masa depan yang diidentifikasi oleh World Economic Forum pada tahun 2016, yaitu Complex Problem Solving, Critical Thinking, Creativity, People Management, Coordination with Others, Emotional Intelligence, Judgment and Decision Maker, Service Orientation, Negotiation, Cognitive Flexibility, masih relevan sampai saat ini dan tetap menjadi bagian dari persyaratan kualifikasi SDM dalam Era Revolusi Industri 4.0 maupun Society 5.0
Transformasi digital akan mengkombinasikan imaginasi, kreativitas, dan inovasi dari setiap orang dalam dunia fisik (Physical space) dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial agar terciptanya nilai (value) dengan bantuan AI (Artificial Intelligence), IoT (Internet of Things) untuk mewujudkan super smart society kemudian. Sehingga peranan manusia dalam Society 5.0 ini harus memiliki kompetensi global agar mampu mengendalikan robot-robot AI yang membantu melakukan pekerjaan repetitif manusia.
SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA
Pemahaman tentang Lean Six Sigma, di mana Lean untuk meningkatkan nilai (value) dan menghilangkan pemborosan (Waste), serta Six Sigma untuk meningkatkan akurasi (Accuracy) dan menghilangkan/menurunkan variasi (variation) secara dramatik akan menjadi landasan kuat dan sangat relevan dalam Industri 4.0 maupun Society 5.0.
Namun, bilamana kemudian ini diterapkan maka akan terjadi disrupsi besar-besaran dalam sistem pendidikan Indonesia (banyak mata kuliah/mata pelajaran yang diajarkan akan cepat menjadi usang). Sistem pendidikan tinggi Malaysia (MyHE 4) lebih cerdas dan strategik dalam menghadapi Era Revolusi Industri 4.0, yang berfokus pada pengembangan kompetensi SDM sebagai pondasi atau landasan untuk menopang aplikasi Industri 4.0 yang sekaligus kita melihat bahwa Malaysia juga siap memasuki Society 5.0. Sedangkan Sistem pendidikan di Indonesia hanya “berkutat” dengan perbaikan sistem seleksi masuk perguruan tinggi negeri, pembukaan program studi baru, distance learning, tanpa “roadmap” yang jelas dalam membangun kompetensi SDM sesuai persyaratan pasar tenaga kerja lokal maupun global.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya