Profesionalisme Guru di Tengah Pandemi

- Admin

Kamis, 19 Agustus 2021 - 14:12 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Anita Lie (guru besar Universitas Katolik Widya Mandala) mengatakan bahwa jauh sebelum pandemi Covid-19, learning loss atau hilangnya pembelajaran sudah terjadi pada anak-anak Indonesia yang belajar di sekolah. Data OECD dan Bank Dunia menunjukkan ketidakselarasan antara lama belajar dan rata-rata capaian belajar di Indonesia. Harapannya kualitas pembelajaran perlu diperbaiki untuk mempersempit disparitas pendidikan dan learning loss (Kompas 26 Juni 2021).

Baca juga :  Menjadi "Gentleman"?: Silang Pendapat Locke dan Rousseau tentang Pendidikan

Pandemi memang memperlebar kesenjangan pendidikan. Kualitas hasil belajar disinyalir menurun selama masa pandemi. Selain karena memang kondisi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak maksimal mendongkrak hasil belajar siswa, guru perlu menilai tingkat profesionalitas diri dalam menjalankan tugas mendidik. Pandemi adalah ujian terhadap profesionalisme guru.

Baca Juga : Merawat Keindonesiaan
Baca Juga : Merosotnya Nilai-Nilai Antikorupsi di Tubuh KPK

Baca juga :  Pendidikan Lenting Bencana

UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memberi pengertian guru profesional adalah guru yang berkompeten secara pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik. Kompetensi ini sekaligus menjadi penuntun guru dalam membentuk jiwa peserta didik.

Mengola jiwa bermakna mengolah sesuatu yang hidup, yang berlanjut, tidak terbatas kecuali dunia kiamat dan semua makluk lenyap dari peradaban di bumi. Karena keprofesionalan itu tugas guru begitu mulia. Seorang guru berhadapan langsung dengan kehidupan di masa mendatang. Tanggung jawab guru adalah tanggung jawab kemanusiaan yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Oleh karenanya, pekerjaan seorang guru bukan sekedar dikerjakan dengan baik tetapi mengutamakan hal-hal yang baik.

Komentar

Berita Terkait

Menyontek dan Cita-Cita Bangsa
Sastra Jadi Mata Pelajaran
Kaum Muda dan Budaya Lokal
Disrupsi  Teknologi dan Dinamika Pendidikan Kita
Budaya Berpikir Kritis Menangapi Teknologi yang Kian Eksis
Stempel Meritokrasi
Urgensi Literasi Digital di Era Pasca-Kebenaran 
Pembelajaran Agama Bercoral Multikultural
Berita ini 37 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA