Indodian.com – Gegap gempita era digital sudah menjadi bagian dari pengalaman hidup masyarakat global di berbagai belahan dunia saat ini. Ke mana pun, di mana pun, dan dengan siapa pun berada, manusia zaman ini selalu berhadapan dengan teknologi digital. Hampir tidak ada ruang hidup yang tidak tersentuh teknologi digital. Dengan begitu cepat, semuanya terdigitalisasi.
Tanpa meminta persetujuan tiap-tiap pribadi, kita pun dibawa masuk dan hidup di dalam era digital. Namun, kita sebenarnya tidak hanya dibawa masuk ke dalam era baru ini sekadar untuk mengalami teknologi, tetapi juga untuk turut terkontaminasi penyakit-penyakit yang tidak dapat dibedah di ruang medis. Penyakit-penyakit era digital itu seperti tanpa obat. Tiap-tiap orang terjebak di dalamnya. Bagaimana persisnya penyakit era digital itu?
Baca Juga : Optimalisasi Layanan Pelabuhan Podor dalam Meningkatkan PADes Desa Lewohedo
Baca Juga : Berpisah Dengan Pacar Toxic Bukanlah Dosa
Diskursus tentang penyakit era digital itu dilakukan penulis dengan menggunakan kerangka pemikiran Jürgen Habermas.Agar lebih fokus, penelaahan penulis terhadap pemikiran Habermas hanya dikonsentrasikan pada salah satu artikel terkenal Habermas berjudul “Technik und Wissenschaft als Ideologie” yang oleh LP3ES diterjemahkan menjadi “Ilmu dan Teknologi sebagai Ideologi”.
Melalui artikel ini, Habermas secara eksplisit berbicara tentang fenomena masyarakat teknologis yang ditandai dengan praktik dehumanisasi dan pudarnya citra komunikasi manusiawi. Dari artikel tersebut, penulis tidak menguraikan konsep tentang ‘ideologi’. Dengan demikian, yang disoroti dari artikel tersebut adalah pandangan Habermas tentang penyakit era digital.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya