Penderita masih banyak
Peristiwa-peristiwa mengejutkan lainnya tentang pasien disabilitas mental juga terjadi di kampung-kampung lain, misalnya Kampung Kewaliok, Desa Persiapan Ajang, Kampung Nunur, Desa Mbengan, Kampung Gulun, Desa Pong Ruan, Kecamatan Kota Komba, Kampung Tewuk, Desa Satarlahing, Kecamatan Ranamese, Kampung Kembur, Longko, Waereca, Tango, Kecamatan Borong.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur menunjukkan bahwa sampai akhir Juli 2021, penderita disabilitas mental di Kabupaten Manggarai Timur berjumlah 612 orang. Jumlah ini selalu naik dari tahun ke tahun.
Sedangkan penderita disabilitas mental yang lepas pasung dan pulih yang dicatat sementara oleh relawan Kelompok Kasih Insanis Kabupaten Manggarai Timur berjumlah 15 orang.
Baca Juga : Berpisah Dengan Pacar Toxic Bukanlah Dosa
Baca Juga : Membangun Taman Baca, Membangun Harapan Bangsa
Keterlibatan para pastor
Kami mendapat dukungan dari para pastor yang memiliki mata hati yang tajam dengan menyisihkan waktu ketika relawan KKI dan perawat untuk sama-sama mengunjungi penderita disabilitas mental. Mereka adalah RD. Hermen Sanusi, Kepala SMAK Pancasila Borong dan RP. Frumens Andi, SMM, mantan pastor rekan Paroki Santo Antonius Padua Mbeling-Rehes.
Beberapa kali kami sama-sama mengunjungi dan mendoakan para penderita. Kedua imam ini sering memberikan sakramen ekaristi di rumah-rumah penderita. Bahkan Pater Frumens melayani sakramen permandian bagi bayi di rumah keluarga yang istrinya menderita disabilitas mental.
Baca Juga : Belajar dari Ketajaman Pendengaran Kaum Difabel
Baca Juga : Bagaimana Peran Media Dalam Melawan dan Menghapuskan Kekerasan Terhadap Anak?
Pada 2019 lalu, Romo Hermen Sanusi, Pr bersama relawan KKI membuat misa khusus bagi penderita disabilitas mental yang pulih di Kapela Sakramen Mahakudus di Paroki Santo Gregorius Borong.
Tanam kebaikan, tuai berkat
Saya teringat pesan seorang bijak, “Apabila menanam angin, kita akan menuai badai. Apabila menanam benih kebaikan hati, akan menuai kelimpahan berkat dari Sang Pencipta. Kerja dengan hati dan dipadukan dengan bahasa hati dengan mengedepankan kasih.”
“Ia yang berkuasa selalu menyentuh hati agar memiliki rasa belas kasihan. Pikiran boleh menguasai langit, tapi tanpa hati yang bergerak, tidak memiliki nilai lebih dalam ziarah hidup.”