Bersuara tentang penderita
Peristiwa berikutnya terjadi ketika saya ditelepon oleh Lurah Ronggakoe, Wae Rana, Manggarai Timur, untuk meliput warganya yang pulih setelah dirawat di Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng, Kabupaten Manggarai.
Di Ronggakoe, saya sekali lagi menyaksikan dengan mata hati dan mata kepala sendiri peristiwa yang mengejutkan. Saat itu ada dua orang yang dibawa pulang dari panti rehabilitasi tersebut. Secara medis dan sosial keduanya dinyatakan pulih selama kurang lebih setelah 5 bulan dirawat.
Hasil liputan itu dipublikasikan sebagai feature di media KOMPAS.com. Itu liputan pertama saya di media yang didirikan oleh Alm. Jakob Oetama itu. Setelah features itu tersebar luas, saya mendapat banyak telepon tentang orang-orang yang menderita disabilitas mental di berbagai kampung di pelosok Manggarai Timur.
Baca Juga : Penyakit Era Digital Menurut Jürgen Habermas
Baca Juga : Optimalisasi Layanan Pelabuhan Podor dalam Meningkatkan PADes Desa Lewohedo
Saya mengalami kesulitan mengatur waktu untuk mengunjungi mereka di selah-selah waktu bekerja untuk menyambung hidup. Tahap demi tahap bersama relawan KKI, saya akhirnya bisa mengatur waktu.
Dalam perjalanan bersama selama lima tahun, Relawan KKI, wartawan, dan Dinas Sosial Kabupaten Manggarai Timur telah berbuat banyak. Kami pernah melepas pasung seorang warga di seputaran Kota Borong dan diantar ke Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng. Kini, penderita itu pulih dan rutin minum obat.
Peristiwa keajaiban terjadi ketika melihat seorang penderita disabilitas mental di kampung Sola, Desa Persiapan Ruan Selatan, Kecamatan Kota Komba. Penderita ini berhasil melepaskan kakinya dari lubang balok yang sempit.
Kemudian dia berjalan di tengah-tengah kampung dan kisah tentangnya dimuat media ini beberapa waktu lalu. Features itu mendapat tanggapan cepat dari Kementerian Sosial Republik Indonesia dengan memberikan bantuan sosial berupa sembako. Bantuan itu diserahkan melalui Balai Rehabilitas penyandang difabel Efata Kupang.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya