Dalih Pembangunan Kapitalistik

- Admin

Senin, 23 Mei 2022 - 08:03 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Kapitalisme adalah sebuah ideologi yang konsen pada pengakumulasan kapital yang acap kali menyedot perhatian kalangan kritikus. Kapitalisme bekerja sebagai sebuah ideologi sekaligus sistem yang memengaruhi bahkan berdaya meminggirkan ideologi-ideologi dan sistem-sistem lain.

 Dalam bahasan ini, penulis memakai istilah ideologi dan sistem sekaligus sebagai dua istilah yang secara harafiah berbeda tetapi bekerja dalam logika yang sama. Kapitalisme sebagai ideologi merupakan cara berpikir yang meletakkan modal di atas aneka kepentingan. Sebagai sistem, kapitalisme menjelma menjadi mesin (perangkat) yang bekerja secara eksploitatif dan terstruktur.

Kapitalisme, yang pada era ini lebih dikenal dengan sebutan neoliberalisme atau kapitalisme neoliberal,1 secara global sangat hegemonik dan determinatif. Ia memengaruhi kebijakan-kebijakan dalam suatu negara atau dengan kata lain menentukan arah kebijakan (pembangunan) negara-negara berkembang.

Baca juga :  Perempuan dan Pemilu Serentak 2024

Mengapa negara berkembang? Karena memang sistem ini bekerja dalam logika kapital; negara yang memiliki kekuatan kapital akan dengan mudah memengaruhi negara yang masih membutuhkan sokongan kapital. Utang adalah salah satu bentuk pengejahwantahan determinasi negara kapital – kebanyakan negara-negara bagian utara, yakni Amerika dan sejumlah negara Eropa – terhadap negara-negara berkembang. Jerat utang ini akan memudahkan negara kapital (kreditur) menyetir negara-negara penerima (debitur).

Alhasil, segala model pembangunan yang kemudian digencarkan negara-negara berkembang, seperti Indonesia, selalu mempertimbangkan – lebih tepatnya dideterminasi – kepentingan-kepentingan kapitalistik negara-negara kreditur. Negara-negara berkembang sekadar menjalankan roda, yang mengendalikan kemudi ialah negara adikuasa, Amerika dan negara-negara Eropa.

Baca juga :  Merawat Keindonesiaan

Model-model pembangunan yang berjalan di negara-negara berkembang dengan demikian sangat kapitalistik. Seperti di Indonesia, pembangunan infrastruktur, perizinan tambang-tambang, adalah bagian dari perwujudan cita-cita kapitalisme yang sejak dahulu ingin menguasai dunia. Dengan dalih perubahan dan kemajuan, alam dirusakkan, budaya diporak-poranda, dan manusia didehumanisasi sedemikian rupa. Kerusakan-kerusakan ini seolah-olah dilanggengkan negara dalam kerangka berpikir partikularistik. Negara acap kali mengabaikan budaya dan struktur asli masyarakat setempat. Tidak jarang aksi protes mewarnai rencana-rencana pembangunan yang digencarkan negara.

Baca juga :  Apakah Gereja Seharusnya Berpolitik?

Hal yang juga memprihatinkan ialah pengeksploitasian wilayah alam, tempat tinggal natural masyarakat setempat, demi akumulasi modal segelintir elite penguasa yang notabene berpusat di wilayah-wilayah pusat ekonomi, dalam hal ini wilayah perkotaan.

Dengan lain perkataan, wilayah desa adalah tempat eksploitasi sumber daya alam untuk menambah dan melanggengkan modal serta kekuasaan segelintir orang di kota. Ironi pembangunan yang sedang bekerja di Indonesia ini tentu saja meremajakan pemiskinan struktural; yang kaya akan tetap kaya dan yang miskin tidak akan pernah menjadi kaya.  

Komentar

Berita Terkait

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?
DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?
Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan
Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Berita ini 399 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA