Politik Identitas ‘Racun’ Demokratisasi

- Admin

Senin, 12 Juli 2021 - 22:11 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Membayangkan demokrasi terlepas dari konteks budaya dan agama tentunya suatu kemustahilan. Agama dan kebudayaan mendorong terciptanya etos demokrasi. Tetapi dalam konteks Indonesia yang plural, pilihan politik rakyat harus bebas dari identitas agama dan kultural demi kepentingan yang lebih universal. Di sini, senada dengan Kant, rakyat mengikuti pola pikir “setan-setan” yang mengedepankan rasio. Setan memang tidak bermoral, tetapi setan Kantian bukan serigala yang melulu menggunakan insting satanik, melainkan berpikir rasional. Rakyat harus menyingkirkan sentimen dan politik identitas yang bertolak dari moral, budaya atau nilai religius tertentu. Menurut Kant, rasionalitas strategis tetap mendapat prioritas penting dalam demokrasi.

Baca juga :  Korupsi dan Krisis Kepemimpinan  

Baca Juga : Kain Songke dan Kenangan tentang Ibu
Baca Juga : Kisah Yuliana Mijul, Gali Pasir dan Menenun Demi Menyambung Hidup Keluarga

Pengefektifan kanal rasionalitas publik menjadi instrumen penting dalam mendewasakan demokrasi.  Rakyat sebagai pemegang kedaulatan perlu berpikir kritis melampaui politik identitas. Politik identitas dapat mengalihkan dan menyelewengkan energi dan perhatian dari isu-isu yang fundamental. Politik identitas mematikan rasio untuk mempertimbangkan integritas, rekam jejak dan visi misi pembangunan. Politik identitas merusakan fairness dalam demokrasi – yang bisa dicapai oleh siapa saja – para pemberi suara dibuat terobesesi pada identitas primordial semata.  

Baca juga :  Media Siber dan Demokrasi di Era Milenial

Kecerdasan pilihan akan mewujud dalam kesadaran bahwa politik identitas mencederai demokrasi, menodai hati nurani dan mengangkangi akal sehat. Pemilih yang cerdas mempertimbangkan kualitas pemimpin, rekam jejak dan tawaran-tawaran konstruktif atas problematika sosial yang melilit kehidupan rakyat. Yang paling penting dalam demokrasi adalah rakyat. Rakyat harus cerdas karena menjadi tuan atas demokrasi. Kecerdasan rakyat untuk memilih berdasarkan postulat rasio strategis memiliki suatu optimisme bahwa demokrasi kita di Indonesia menjadi lebih baik yakni menjadi lebih rasional dan kurang sentimental dengan politik identitas.

Komentar

Berita Terkait

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024
Pemimpin: Integritas, bukan Popularitas
Politik dan Hukum Suatu Keniscayaan
Berita ini 15 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 28 November 2023 - 23:35 WITA

Fakultas Filsafat Unwira Adakan Seminar Internasional sebagai Bentuk Tanggapan terhadap Krisis Global    

Sabtu, 11 November 2023 - 11:33 WITA

Tujuan Politik adalah Keadilan bagi Seluruh Rakyat

Jumat, 23 Juni 2023 - 07:01 WITA

Komunitas Circles Indonesia: Pendidikan Bermutu bagi Semua

Rabu, 17 Mei 2023 - 11:05 WITA

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa melalui Kelas Belajar Bersama

Kamis, 4 Mei 2023 - 14:47 WITA

Mahasiswa Pascasarjana IFTK Ledalero Mengadakan PKM di Paroki Uwa, Palue   

Sabtu, 25 Maret 2023 - 06:34 WITA

Masyarakat Sipil Dairi Mendesak Menteri LHK Cabut Izin Persetujuan Lingkungan PT. DPM  

Sabtu, 21 Januari 2023 - 06:50 WITA

Pendekar Indonesia Menggelar Simulasi Pasangan Calon Pimpinan Nasional 2024

Selasa, 17 Januari 2023 - 23:01 WITA

Nasabah BRI Mengaku Kehilangan Uang di BRImo

Berita Terbaru

Pendidikan

Kaum Muda dan Budaya Lokal

Jumat, 15 Mar 2024 - 19:27 WITA

Politik

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Rabu, 21 Feb 2024 - 19:07 WITA

Politik

Demokrasi dan Kritisisme

Minggu, 18 Feb 2024 - 16:18 WITA