“Utang Budi” Pater Thomas Krump, SVD

- Admin

Selasa, 22 Juni 2021 - 18:57 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pater Thomas Krump, SVD

Pater Thomas Krump, SVD

Mendirikan SMPK St. Stefanus Ketang

Suatu ketika beberapa tahun silam, kawan SD sampai SMP, Gregoriana Suartini, pernah menyarankan kepada saya, untuk menulis profil sang Misionaris. Saya pun mengiyakan meski belum mendapatkan banyak referensi saat itu. Namun, kali ini, setelah beberapa tahun lamanya, ide itu kesampaian.

Saya dilahirkan dan dibesarkan di Paroki Rejeng ini. Saya juga belajar di Sekolah SMP St. Stefanus Ketang yang didirikannya. Semua murid wajib masuk asrama dengan aturan seperti Sekolah Katolik di Flores umumnya; belajar, berdoa, kerja, diskusi dan kehidupan berkomunitas/berasrama. Meski jarak rumah saya dengan asrama atau sekolah hanya sekira 200 meter, semua murid SMP ini wajib tinggal di asrama.

Sudah menjadi semacam tradisi, bahwa para seminaris dan Frater bertandang ke Pastoran bila tiba liburan panjang. Tiap Desember dan Juli. Itu mungkin untuk memperkenalkan diri, ikut patroli dan hal-hal lainnya di paroki. Begitupun saat liburan usai, para seminaris ke pastoran untuk sekedar pamitan.

Baca Juga : Menjadi “Gentleman”?: Silang Pendapat Locke dan Rousseau tentang Pendidikan
Baca Juga : Cerita Pensiunan Guru di Pelosok NTT yang Setia Mendengarkan Siaran Radio

Tetapi saya tidak termasuk dalam bilangan itu. Alasannya sederhana, malu dan tidak percaya diri. Itu saja. Sialnya, ketika itu saya tidak terpikirkan untuk ke sana, alih-alih menulis dan menimba inspirasi dari beliau. Karenanya, menulis tentang Tuang Thomas yang berpuluh-puluh tahun mengbadi di daerah saya, rasanya semacam “Utang Budi”.

Baca juga :  Kisah Seorang Difabel di Wodong yang Sukses Jadi Kepala Tukang

Dalam penuturan orang-orang tua, Pater Thomas ketika di Rejeng-Ketang membuka sekolah-sekolah Katolik. Beberapa diantaranya SDK Lamba Ketang yang didirikan tahun 1960-an, dengan nomor SK Pendirian 128.S/SKP.SUB.NO.30, tanggal SK Pendirian 1963-08-01 dan SK Izin Operasional 128.S/SKP.SUB.NO.30, serta SK Izin Operasional tertanggal 1963-08-01 (dapo.dikdasmen.kemendikbud.go.id, 20 Maret 2020) dan SMPK St. Stefanus Ketang dengan SK Pendirian Sekolah 1262/i 21 C2/1988 dan tanggal SK Pendirian 1986-04-24 serta tanggal Izin Operasional 1910-01-01 (dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id, 7 April 2020), TK dan PAUD serta SMAK St. Stefanus Ketang yang beroperasi mulai 15 September 2017 saat RD Tarsisius Syukur menjadi Pastor Paroki.

Pelindung sekolah-sekolah yang didirikannya diserahkan kepada doa Santu Stefanus. Santu Pelindung yang dimaksud bukan rasul dan martir Gereja Universal yang dikisahkan Santu Lukas Penginjil, tetapi Raja Hongaria.

SMP Ketang identik dengan Tuang Thomas dan Tuang Thomas identik dengan SMP Ketang. Sosok Pater Thomas sama seperti Bapa Gereja zaman dulu ketika merayakan ekaristi. Jika membaca injil saat hari raya, dia seperti sedang membaca atau menyanyikan mazmur atau misa-misa Gregorian zaman dulu.

Dia juga dikenal ketat dalam hidup ugahari. Dia menghayati secara bertanggung jawab spritualitas Bapa Pendiri SVD, Santu Arnoldus Janssen. Di Pastoran, dia tidak makan mewah. Dia makan seadanya. “Sarapan wajibnya Pater harus bawang goreng dan telur mata sapi e”, kata umat Paroki Rejeng-Ketang, Felisitas Jelita.

Baca Juga : Urgensi Penelitian Sosial terhadap Pembentukan Kebijakan Publik
Baca Juga : Asal-Usul Roh Halus Menurut Kepercayaan Asli Orang Manggarai

Baca juga :  Pengorbanan Melahirkan Kehidupan

Paroki Rejeng-Ketang awalnya berada di Rejeng, pusat administratif kedaluan Lelak. Lapangan parokinya di Londa. Kini di lapangan Londa sudah didirikan SMA Negeri 1 Lelak. Seiring waktu berjalan, gereja Paroki Rejeng dipindahkan ke Ketang, sehingga namanya kini menjadi Paroki Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga Rejeng-Ketang. Salah satu bangunan sisa di Rejeng adalah pastoran tua berukuran kecil, dengan arsitektur kerucut seperti rumat adat Mbaru Niang di Wae Rebo dan Ruteng Pu’u.

Pater Thomas sedang naik kuda ketika mengunjungi salah satu stasi di Paroki Rejeng-Ketang

Pada zaman dahulu, Pater membawa kuda hitam ketika mengunjungi umat atau patroli di stasi-stasi terjauh. Dia dengan tangguh melewati bukit, gunung dan lembah, sungai dengan sepatu gogong (boots) ala cowboy dan jeket krem.

Kuda sang Misionaris saat berpatroli biasanya juga dipenuhi dengan buku dan peralatan misa. Para misionaris Barat di Manggarai memang harus berkuda dan jalan kaki saat mengunjungi umatnya mengingat topografi tanah misi di Flores Barat ini, bergunung-gunung, bukit, kali besar dan tentu alamnya tidak bersahabat.

Pater Wilfrid Babun, SVD dalam artikelnya “Kuda Sang Misionaris. Dengan berkuda Misionaris mengukir sejarah Keuskupan Ruteng” (Penakatolik.com, 14 April 2020) mengenang misionaris asal Polandia, Pater Stanis Ograbek, SVD yang meninggal di Rumah Sakit RKZ Surabaya menulis bahwa kuda tidak sekadar binatang, tetapi lebih pada makna. Di dalamnya ada spirit tahan banting, tegar, kuat dan teguh. “Para Misionaris mengukir sejarah dan membuat sejarah mengabarkan injil dengan berkaki dan berkuda”.

Baca juga :  Cerita Wartawan di NTT Dapat Sinyal 4G di Pohon Jambu

Baca Juga : Kisah Seorang Difabel di Wodong yang Sukses Jadi Kepala Tukang
Baca Juga : Urgensi Pendidikan Pancasila di Era Milenial

Seorang umat bercerita, pada suatu kesempatan pada hari Minggu, Ketua Dewan Paroki mengumumkan bahwa Pater Thomas dalam waktu dekat melakukan check up di Surabaya, sehingga dimohonkan kepada umat agar mendoakan dia. Beberapa waktu kemudian, di setiap KUB (Kelompok Umat Basis) mengadakan doa Rosario.

Seorang ketua KUB, mendaraskan doa ,“Marilah kita berdoa pada peristiwa pertama ini. Kita memohon pertolongan doa Bunda Maria untuk Pater Thomas yang akan pergi merantau ke Surabaya”.

Semua umat bingung. Ketika doa usai, umat yang hadir tertawa meledak karena memang terasa aneh. “Oe, ema Ketua Kelompok, toe ngo mbeot hi Pater. Ngo periksa kesehatan ai toe danga sehat hia selama ho’o” (Hai Ketua Kelompok, Pater tidak merantau. [Dia] pergi periksa kesehatan karena selama ini dia kurang sehat, kata seorang umat.

“Ole ite, emat tae daku artin bo check up ho’o ngong ngo mbeot. Aip laku e. Ngo keta lau Surabaya. Mat toe nggo laku artin ko ngo mbeot. Ai bom toe dod mbaru sakit ce’e dite”, (Aduh tuan, saya kira check up artinya merantau. Karena memang [Dia] ke Surabaya. Sehingga saya yakin bahwa [kata check up] artinya merantau. Kan banyak rumah sakit di sini”, kata ketua KUB.

Komentar

Berita Terkait

Milenial Promotor Literasi Digital dalam Spirit Keberagaman Agama
Kasus Pasung Baru di NTT Masih Saja Terjadi
Seandainya Misa Tanpa Kotbah
Gosip
Sorgum: Mutiara Darat di Ladang Kering NTT
Tanahikong, Dusun Terpencil dan Terlupakan di Kabupaten Sikka              
Qui Bene Cantat bis Orat (Tanggapan Kritis atas Penggunaan Lagu Pop dalam Perayaan Ekaristi)
Namanya Yohana. Yohana Kusmaning Arum
Berita ini 1,430 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA