Uskup Mesti Mengendus Kasus Perampasan Tanah di Labuan Bajo

- Admin

Jumat, 1 Oktober 2021 - 14:25 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menentang Neoliberalisme Butuh Kerjasama dengan Semua Agama  

Ketiga, kembalikan konsep tentang Gereja lokal pada artinya yang benar. Konsep Gereja lokal merupakan turunan dari konsep tentang Gereja universal. Secara singkat, Gereja universal merupakan persekutuan spiritual seluruh umat Kristen Katolik di seluruh dunia di bawah pimpinan paus sebagai imam, nabi dan gembala utamanya.

Komponen-komponen Gereja universal adalah seluruh umat beriman di seluruh dunia, para imam projo seluruh dunia, para imam serikat religius seluruh dunia serta bruder dan suster seluruh dunia. Di dalam Gereja universal, semua komponen ini merupakan satu kesatuan dari Gereja yang satu dan sama sebagai Tubuh Mistik Yesus, lalu bersama para penganut agama lain dan semua orang yang berkehendak baik mereka ikut membangun dunia ke arah yang lebih baik, adil, penuh persaudaraan, damai dan sejahtera. Tidak ada yang berada di luar Gereja universal. Lalu misi Gereja universal berada di pundak dari semua komponen ini tanpa ada pembedaan yang dikotomis.

Baca juga :  Komodo Bukanlah Komedi

Gereja lokal (bisa lokal Asia, lokal Nusa Tenggara, lokal NTT, lokal Pulau Flores dan bisa juga lokal keuskupan) merupakan persekutuan umat Kristen Katolik di sebuah wilayah termasuk wilayah sebuah keuskupan. Seperti Gereja universal, komponen-komponen Gereja lokal keuskupan adalah semua umat beriman di satu keuskupan, semua imam projo, semua imam serikat religius yang sedang berada dalam keuskupan bersangkutan dan para suster dan bruder di dalam keuskupan tersebut. Tidak ada yang berada di luar keuskupan. Lalu bersama para penganut agama lain di Keuskupan Ruteng, umat Kristen Katolik di keuskupan ini membangun kehidupan bersama yang lebih baik, adil, penuh persaudaraan, damai dan sejahtera di bidang sosial, ekonomi dan rohani.

Baca juga :  Bahasa sebagai Instrumen Simbolik Kekuasaan

Misi keuskupan yang anggotanya demikian berada di pundak dari semua komponen ini dan keberhasilannya akan ditentukan oleh sejauh mana semua komponen ini difungsikan untuk bahu membahu melanjutkan missio Dei (misi Allah) yang satu dan sama yang sedang diembankan oleh sebuah keuskupan termasuk keuskupan Ruteng di bawah pimpinan uskupnya yang baru.

Satu di antara sekian banyak misi dari Gereja Kristen Katolik Keuskupan Ruteng, maupun misi Gereja Kristen Katolik keuskupan-keuskupan lain, Gereja-gereja Kristen Protestan dan misi agama-agama lain di Indonesia, adalah memerangi sistem ekonomi kapitalis neoliberal yang semakin tidak memihak kepentingan rakyat jelata seperti yang dalam bentuk proyek nasional pariwisata premium di Labuan Bajo yang tampaknya penuh dengan mafia kepentingan oligarki.

Ketakadilan model pembangunan neoliberalistik bertentangan dengan nilai-nilai Injil Kerajaan Allah – kasih, keadilan, persaudaraan dan kesetiakawanan – dan karena itu usaha menentangnya merupakan bagian konstitutif dari karya misi pembebasan Gereja. Mengingat misi pelayanan ini tidak mudah, maka amat dibutuhkan sebuah kekompakan semua komponen internal Gereja dan kerjasama lintas batas dengan semua penganut agama lain dan dengan semua orang yang berkehendak baik.

Baca juga :  Colin Crouch tentang Post-Demokrasi

Dr Alexander Jebadu SVD

Dosen Sistem Ekonomi Pasar Bebas Tanpa Kendali sebagai Kapitalisme Mutakhir Berhukum Rimba pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Maumere-Flores-NTT.

Beberapa artikel di atas adalah bagian dari suara kenabian kami yang dipublikasikan dalam buku Dalam Moncong Neoliberalisme: Kritikan terhadap Penyelewengan Pembangunan dengan Sistem Ekonomi Pasar Bebas Tanpa Kendali Era Otonomi Daerah di Indonesia (Maumere: Penerbit Ledalero, 2021) hal.204-238.

Komentar

Penulis : Dr. Alexander Jebadu

Berita Terkait

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024
Pemimpin: Integritas, bukan Popularitas
Politik dan Hukum Suatu Keniscayaan
Berita ini 16 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 28 November 2023 - 23:35 WITA

Fakultas Filsafat Unwira Adakan Seminar Internasional sebagai Bentuk Tanggapan terhadap Krisis Global    

Sabtu, 11 November 2023 - 11:33 WITA

Tujuan Politik adalah Keadilan bagi Seluruh Rakyat

Jumat, 23 Juni 2023 - 07:01 WITA

Komunitas Circles Indonesia: Pendidikan Bermutu bagi Semua

Rabu, 17 Mei 2023 - 11:05 WITA

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa melalui Kelas Belajar Bersama

Kamis, 4 Mei 2023 - 14:47 WITA

Mahasiswa Pascasarjana IFTK Ledalero Mengadakan PKM di Paroki Uwa, Palue   

Sabtu, 25 Maret 2023 - 06:34 WITA

Masyarakat Sipil Dairi Mendesak Menteri LHK Cabut Izin Persetujuan Lingkungan PT. DPM  

Sabtu, 21 Januari 2023 - 06:50 WITA

Pendekar Indonesia Menggelar Simulasi Pasangan Calon Pimpinan Nasional 2024

Selasa, 17 Januari 2023 - 23:01 WITA

Nasabah BRI Mengaku Kehilangan Uang di BRImo

Berita Terbaru

Pendidikan

Kaum Muda dan Budaya Lokal

Jumat, 15 Mar 2024 - 19:27 WITA

Politik

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Rabu, 21 Feb 2024 - 19:07 WITA

Politik

Demokrasi dan Kritisisme

Minggu, 18 Feb 2024 - 16:18 WITA