Tata Kelola Pandemi: Zombinasi dan Politik Ketakutan

- Admin

Selasa, 31 Agustus 2021 - 17:27 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pertama, masyarakat histeris

Tidak ada histeria individual. Histeria selalu lahir dari pengalaman massa yang bergerombol. Dengan kata lain, selalu ada proses identifikasi secara komunal. Atau mengutip Richard Dawkins dalam God Delusion: bila seseorang menderita waham, gejala itu akan disebut gila. Bila banyak orang menderita waham, gejala itu akan disebut agama. Dalam kosa kata psikoanalisa awal, Sigmund Freud dalam The Future of An Illusion (1927) menyebutnya sebagai “neurosis kolektif”.

Kegilaan kolektif yang kemudian dianggap normal itu mengakibatkan zombi misalnya, menganggap dirinya sebagai manusia normal bukan karena kesadaran otonom tentang dirinya melainkan karena kesadaran itu muncul melalui proses identifikasinya dengan karakteristik yang sama dari sebuah kelompok.

Baca juga :  Calon Presiden dan Tantangan Geopolitik

Ketertundukan total pada proses identifikasi itulah yang membuat zombi menjadi begitu histeris justru karena menemukan ada orang asing dari luar kelompoknya yakni manusia. Sama seperti pada masa ini, semua indra kita diaktifkan untuk mendeteksi siapa yang melanggar prokes, siapa kelompok yang radikal, siapa anggota jaringan teroris, siapa yang komunis, dan seterusnya, dan seterusnya, bukan karena kita mengerti betul apa itu kesehatan, radikalisme, terorisme, dan komunisme melainkan karena kita diberitahu oleh institusi di luar diri kita tentang bagaimana seharusnya kita memahami semua hal tersebut.

Baca juga :  Korupsi dalam Tinjauan Moral Kristiani  

Baca Juga : Merosotnya Nilai-Nilai Antikorupsi di Tubuh KPK
Baca Juga : Kemerdekaan dan Upaya Jalan Pulang pada Pancasila

Kedua, logika integrasi

Dalam masyarakat zombi, normal dan abnormal mengalami adaptasi makna secara luar biasa. Karena ketergantungannya pada identifikasi kolektif, zombi menganggap dirinya sebagai makhluk yang normal dalam register kerumunan. Oleh sebab itu, dengan menggunakan keampuhan indera-nya, mereka mendeteksi manusia lain untuk dijadikan, bukan sebagai korban, melainkan menjadi bagian dari komunitas zombi.

Di satu sisi, ada logika integrasi dengan asumsi bahwa “extra zombi nulla salus”: di luar zombi tidak ada keselamatan. Melalui sedikit gigitan sebagai ritual peneguhan, seorang manusia resmi menjadi zombi secara biologis. Dengan sedikit ancaman dan distribusi pengetahuan dan kebijakan, dalam sekejab, kita menjelma zombi.

Baca juga :  Apakah Gereja Seharusnya Berpolitik?

Ketiga, menggunakan logic of war

Pendekatan utama dalam masyarakat dan sistem pemerintahan zombi, mobilisasi adalah kata kunci. Urgensitas dan kedaruratan adalah salah satu metodenya. Masyarakat manusia perlu dibuat berada dalam ketakutan akan kedaruratan permanen sehingga mobilisasi mendapat legitimasi etis dan medis.

Baca Juga : Aku dan Kisahku
Baca Juga : Mabuk Kuasa

Komentar

Berita Terkait

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?
DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?
Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan
Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Berita ini 14 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA