Ponsel, Phubbing dan Membaca Etika Tanggung Jawab Emmanuel Levinas  

- Admin

Senin, 12 September 2022 - 18:19 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Manusia menjadi manusia melalui manusia yang lain

(Jozef Pieniazek)

Indodian.com – Tulisan ini bertolak dari pengalaman ketika saya hidup dan tinggal di tengah situasi dimana teman-teman di sekitar lebih nyaman dengan gadget atau ponselnya daripada memerhatikan, mendengar, melihat dan menjawab saya yang sedang berbicara dengan mereka.

Dalam konteks ini, tepatlah kalau muncul pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: Apakah dengan berponsel orang menjadi lebih eksis hingga ia memahami eksistensinya sebagai manusia ketimbang relasi dengan yang lain? Bukankah kehadiran yang lain di hadapanku merupakan bukan bayangan semata? Tulisan ini berusaha menganalisis pertanyaan ini dalam terang filsafat Levinas tentang Yang Lain.

Ponsel

Pada permulaan abad ke-21 ini, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi terus berkembang pesat terutama inovasi ponsel atau smartphone yang semakin variatif. Dalam penemuannya, ponsel selalu saja terdapat model yang baru dan berbeda dari sebelumnya. Ada begitu banyak merek ponsel yang kita jumpai hari ini, seperti Samsung, Oppo, Iphone, Vivo, dan merek lainnya dengan tingkatan kualitasnya (kecanggihan) masing-masing. Berdasarkan tingkatan kualitas tersebut akhirnya dapat mendorong manusia untuk segera dan selalu ingin yang pertama memiliki  dan memakainya. Maka, tidak sedikit jumlah manusia dewasa ini telah memiliki dan memakai ponsel yang canggih itu. 

Baca juga :  Masyarakat yang Terburu-buru

Jumlah pengguna ponsel atau smartphone di seluruh dunia telah menembus angka miliaran. Laporan dari Stock Apps yang dirilis (Kompas.com – 02/09/2021),
memaparkan, jumlah pengguna ponsel di dunia mencapai 5,3 miliar pada bulan Juli 2021. Jumlah tersebut merepresentasikan 67 persen, atau lebih dari separuh total populasi penduduk Bumi yang sekitar 7,9 miliar. Meski data tersebut didapat pada tahun 2021 yang lalu, tetapi hal ini mengandaikan bahwa kehadiran ponsel atau smartphone amat diterima dan telah dimanfaatkan banyak orang.

Baca juga :  Homo Digitalis Menurut Martin Heidegger dan Hans Jonas

Dewasa ini, hubungan antara manusia dan ponsel menjadi relasi yang tak mau terpisahkan dan amat disayangkan kalau hubungan keduanya terputus. Sebab, manusia sudah terlanjur nyaman dengan ponselnya karena ponsel menyediakan jutaan konten yang menarik dan menyenangkan bagi manusia apalagi di saat manusia mengalami stress, frustasi, gelisa dan sepi. Maka, jalan yang tepat adalah kembali ke ponsel karena apa saja yang dibutuhkan di dalam ponsel pasti terpenuhi. Tepat pada titik ini, manusia bisa saja menomorsatukan ponsel ketimbang sesama manusia.

Baca juga :  Zen, sebuah Agama Baru?

Sadar atau tidak, disrupsi yang ditopang oleh kecanggihan ponsel telah membuat manusia menjadi candu sehingga ia mengundurkan diri dari orang lain dan mau mengasyikkan diri dengan ponselnya. Tak dipungkiri bahwa ponsel dapat memusnahkan kehidupan sosial manusia sebagaimana manusia merupakan mahkluk yang membutuhkan orang lain.

Cara pandang manusia mulai berubah yakni mengasingkan diri dari yang lain dan lebih memilih ponselnya. Terlepas dari itu, dapat terjadinya kontaminasi relasi antara manusia dengan manusia. Tepat pada titik ini, penulis ingin membongkar satu term baru yang relevan dengan realitas tersebut, yaitu phubbing yang barangkali hanya sedikit masyarakat mengetahuinya.

Komentar

Berita Terkait

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!
Tolong, Dengarkan Suara Hati! (Subjek Cinta dan Seni Mendengarkan)
Apakah Aku Selfi Maka Aku Ada?
Autoeksploitasi: Siapa yang Membunuh Sang Aku?
Masyarakat yang Terburu-buru
Masyarakat Smombi
Masyarakat Telanjang
G.W.F. Hegel: Negara dan Sittlichkeit
Berita ini 413 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA