Indodian.com – Pemilihan Pemimpin Nasional 2024 merupakan kegiatan lima tahunan untuk memilih orang yang tepat dan bertanggungjawab di bidang eksekutif. Dinamika dalam Pemilihan di tahun politik selama ini telah menunjukkan karakter para kandidat yang sebenarnya, taktik mereka, dan agenda mereka sekarang terbuka.
Informasi ini ada untuk siapa saja yang ingin menemukannya. Jadi, bukan karena kita tidak tahu apa yang sedang dilakukan para bakal kandidat, tetapi karena kita tahu terlalu banyak – dan karena sudah seperti lelah, maka kita pun tergoda untuk mengangkat bahu dan menerimanya begitu saja. Kita tidak bisa seperti ini, melainkan harus bangkit mengupayakan agar orang yang tepat dapat dipilih menjadi calon pemimpin nasional.
Spektrum Posisi Politik
Pendekar Indonesia, Relawan Pendukung Andika Perkasa sebagai Presiden Indonesia 2024, telah melakukan spekulasi selama berminggu-minggu tentang siapa kandidat yang tepat untuk menjadi calon wakil presiden bagi Andika Perkasa di pemilihan tahun 2024 ini. Dulu Wakil Presiden dipilih terutama untuk menyeimbangkan tiket pencalonan. Melihat perkembangan dunia saat ini, Amerika Serikat misalnya, sejak tahun 1990-an telah beralih dari model keseimbangan ke model kemitraan.
Pendamping yang dipilih memiliki kemampuan membantu menjadi mitra dalam proses pemerintahan yang semakin kompleks. Kami membicarakan tiga nama yaitu: Andika Perkasa – Ganjar Pranowo (GP), Andika Perkasa – Anies Baswedan (AB), dan Andika Perkasa – Erick Thohir (ET). Ketiganya memiliki kesamaan, yaitu akan dapat beresonansi dengan banyak pemilih yang lebih muda dan mandiri.
Dalam situasi politik saat ini kita bisa melihat masih adanya polarisasi antara kelompok masyarakat pendukung di Pemilu 2019 dan Pilkada DKI Jakarta 2017. Dan, menurut KASAD di Kompas 13/1/2023 “Pengalaman telah berbicara, dari pemilihan Presiden tahun 2019 lalu, polarisasi masyarakat terjadi begitu runcing antarpendukung pasangan capres terutama di media sosial yang masih berlangsung hingga saat ini. ”
Berdasarkan spektrum kemungkinan posisi politik dan menggabungkannya dengan Teori Median Voter, maka dua ekstrem yaitu GP dan AB di ujung spektrum. Sebagian besar pemilih tidak berada pada spektrum ekstrem ini. Banyak pemilih cenderung memiliki pandangan yang agak mirip dan mereka berada dalam apa yang disebut sebagai pusat spektrum.
Posisi sentris ini merupakan tempat pengelompokan sebagian besar pemilih. Untuk memenangkan pemilihan, kandidat perlu mengambil tempat ke posisi tengah ini. Jika GP mengambil posisi agak ke kiri tengah dan AB mengambil posisi sedikit ke kanan GP, maka kemungkinan besar AB akan
mengumpulkan suara yang banyak. Demikian pula, jika AB mengambil posisi kanan tengah, GP dapat memenangkan pemilihan dengan mengambil posisi sedikit ke kiri AB. Oleh karena itu, untuk memenangkan pemilihan, setiap kandidat diharapkan bergeser ke tengah spektrum politik.
Setiap kandidat tahu bahwa dia mengubah posisinya, tetapi dia juga tahu bahwa kandidat lainnya bertindak dengan cara yang sama. Agar mendapatkan kemenangan, maka yang dilakukan adalah menuduh lawan melakukan kesalahan dengan menunjukkan perubahan sambil terus mempertahankan bahwa dia sama sekali tidak mengubah posisi. Pergeseran ini tentu saja akan menyulitkan karena akan mendapat stigma sebagai kandidat yang mau melakukan apa saja untuk mendapatkan kekuasaan politik serta membutuhkan waktu yang lebih lama.
Andika Perkasa-Erick Thohir
Ada yang lebih mudah dan membutuhkan waktu yang singkat untuk mendapatkan suara pemilih, yaitu jika Andika Perkasa dipasangkan dengan Erick Thohir (ET). Posisi mereka sudah berada di tengah spektrum politik, mereka dekat dengan banyak pemilih yang ada dekat di sebelah kiri maupun kanan dari spektrum. Mereka mudah mendapatkan penghargaan dari para pemilih yang ada di posisi tersebut.
Selain itu, apa yang telah ditunjukkan selama ini mereka tampil dengan tidak memusuhi agama, memuliakan keluarga, menghargai tradisi, budaya, dan institusi sosial – dengan kata lain menghargai masyarakat sipil itu sendiri. Sulit menemukan alasan untuk tidak menyukai Andika Perkasa-Erick Thohir. Calon wakil presiden ini merupakan orang yang dapat membantu tiket untuk menang dan membantu Presiden untuk memerintah dan mengurus negara. Kombinasi ini mungkin tidak sempurna, tapi dapat menjadi pilihan yang pragmatis yang sesuai dengan realitas dan sifat masyarakat Indonesia.