Pria kelahiran 20 Juni 1994 ini berkisah bahwa pada suatu kesempatan ada visitasi dari seorang Suster dari Kota Ruteng ke seluruh kampung termasuk di kampung Kenda. Saat itu orang tuanya meminta suster untuk menyekolahkannya di SLB Sekolah Luar Biasa (SLB) Karya Murni. Ia tidak bisa masuk sekolah di sekolah dasar pada umumnya sebab sumber daya manusia untuk mendidik anak-anak difabel belum memadai. Akhirnya, pada tahun 2000, ia masuk di Kelas Persiapan Sekolah Luar Biasa (SLB) Karya Murni Ruteng.
Baca Juga : Kain Songke dan Kenangan tentang Ibu
Baca Juga : Kisah Yuliana Mijul, Gali Pasir dan Menenun Demi Menyambung Hidup Keluarga
“Saya memiliki kemauan untuk sekolah walaupun saya mengalami keterbatasan fisik seperti ini. Untuk itu saya didaftarkan masuk Sekolah Luar Biasa (SLB) Karya Murni Ruteng”, kisahnya.
Setelah tamat kelas persiapan, pada tahun 2001 Jho masuk di SDLB St. Yoseph Karya Murni Ruteng. Seperti biasa, dia bersama teman-temannya belajar menulis, membaca menggunakan huruf Braille. Selain itu, Jho mengembangkan minat bakat lain seperti bermain musik.
Pada tahun 2008, ia masuk di SMPN 2 Langke Rembong. Awalnya, ia pun mengaku minder lantaran baru bergabung dengan teman-teman yang normal dalam kelas. Usai dari SMP dirinya kemudian masuk di SMAK Setia Bakti Ruteng pada than 2011.
Di SMAK Setia Bakti, Jho lalu masuk pada ekstrakurikuler band untuk mengembangkan minat dan bakatnya dalam bidang musik. Kemampuan bermusik terus diasahnya ketika menempuh pendidikan tinggi di STIPAS Santo Sirilus Ruteng khususnya pada musik-musik liturgi gereja.
“Kami juga sering mengikuti koor, dan semua kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan rohani,” ungkapnya.
Prestasi yang didapatkan oleh pria difabel mata ini pada waktu SD kelas 4 mengikut lomba menyanyi tunggal yang digelar oleh Keuskupan Ruteng. Ia meraih juara 1 untuk kategori putra anak-anak. Lalu saat di bangku SMP, dirinya mengikuti lomba gitar instrumen di tingkat Provinsi NTT yang digelar di Kota Kupang.
Baca Juga : Berkomunikasi dalam Masyarakat Pasca-Kebenaran
Baca Juga : Kota dan Rindu yang Setia
“Saat lomba di Kupang, saya mendapat juara 1. Setelah itu diutus untuk mengikuti lomba tingkat nasional di Jogja. Dan masuk sepuluh besar. Saat itu saya bersaing dengan anak-anak dari seluruh Indonesia yang terlatih. Saya bersyukur masuk dalam sepuluh besar,” ceritanya.
Kemudian saat SMA, ia pernah mengikuti lomba band utusan SMAK Setia Bakti yang digelar di MCC Ruteng. Waktu itu, dia mendapat juara 2.
Prestasi yang didapatkan saat kuliah ketika dirinya sempat dikontak NET TV untuk shooting program surprice selama tiga hari.
“Waktu itu, saya tidak menyangka kalau saya masuk di NET TV. Dan saat itu saya merasa bangga dengan diri saya sendiri,” kisahnya. Ia pun optimis dirinya kelak menjadi pemusik profesional.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya