CYBERNETICS DALAM PENDIDIKAN MASA DEPAN
Menghadapi era 4.0. dan society 5.0, sepertinya kita menghadapi masalah. Para guru (daerah terpecil) dan dosen mungkin tidak siap memasuki dunia sibernetika ini dan memaksa menghadapi para mahasiswanya/siswanya untuk menghidupi dunia fisik semata. Bila ini yang terjadi maka akan merugikan semua pihak karena pendidikan akan kehilangan kesempatan menegosiasikan ruang fisiknya menjadi bagian penting dari ruang sibernetika. Padahal ruang fisik memiliki beberapa kelebihan seperti otensisitas, kepastian, kehangatan otentik serta kepermanenan.
Sementara itu, bagi homo connecticus, ruang fisik haruslah semudah dan senyaman ruang maya. Untuk itu ruang fisik harus menjadi alternatif terjadinya relasi yang lebih intim dan hangat dibanding ruang maya. Hal ini membawa banyak konsekeunsi mulai dari penataan ulang kantin, kelas, laboratorium dan perpustakaan. Ruang-ruang tersebut harus kita tata ulang sehingga menjadi ruang sibernetika di mana ketersediaan sarana fisikal sama penting dengan ketersediaan sarana digital.
Secara khusus, kerangka sibernetika ini akan memaksa guru/dosen menggagas ulang tentang konsep kelas kuliah beserta mimbarnya. Kelas bukan lagi menjadi tempat satu-satunya pertemuan. Bahkan, kehadiran secara fisik siswa tidak serta merta menyatakan kehadiran diri sepenuhnya. Sebab, meskipun secara fisik hadir di kelas, siswa dapat secara digital hadir di tempat lain yang ribuan kilometer jauhnya. Untuk itu, kelas harus menjadi ruang yang sungguh menghadirkan care otentik dan bermakna bagi siswa.
Idealnya, care tersebut bukan hanya semata pengalihan perhatian siswa ke kelas fisik tetapi sebisa mungkin menjadi realitas di ruang sibernetika. Artinya, care otentik sebaiknya mewujud dan berkembang dalam format dan bahasa ruang sibernetika. Menyaksikan bersama-sama lalu mendiskusikannya di kelas sebuah video dari kanal youtube.com memakai sarana audio berkualitas di kelas akan merupakan salah satu contoh bagaimana cara menghidupi kelas sibernetika.
Pengetahuan dan nilai-nilai yang menjadi hal paling pokok dalam pendidikan akan menjadi hal yang paling sulit untuk digagas ulang dalam ruang sibernetika ini. Perkara ini mejadi semakin pelik manakala pengetahuan dan nilai-nilai kita pahami lebih sebagai perkara otoritas yakni menjadi hak milik, bersumber pada, atau kewenangan dari pendidik. Internet telah lama ‘mengobrak-abrik’ prinsip ini karena informasi dan pengetahuan saat ini telah menjadi bersifat sangat terbuka dan bebas, sangat melimpah, dan sangat murah.
Hal yang paling penting dari semua itu ialah pendidikan kita saat ini maupun ke depan tidak meninggalkan segi-segi motivasi kebudayaan Indonesia sebagai dasar perjuangannya dan tidak ketinggalan dalam perubahan teknologi terkini. Pendekatan pendidikan cara baru dapat kita ciptakan berlandaskan pada keyakinan, bahwa setiap manusia dikaruniai kecerdasan sangat tinggi (Everyone is born a genius, but the process of life de-geniuses them- R. Buckmisnter Fuller), atau meminjam kata-kata Albert Einstein, “everybody is a genius, but if you judge a fish by its ability to climb a tree it will live its whole life believing that it is stupid”.
Pandangan ini telah ditunjukkan kenyataannya seperti diungkapkan Carol S. Dweck, dalam Grow Your Mindset (2006), bahwa kecerdasan dapat meningkat asalkan dimulai dari perubahan mind set. 1.Your intelligence is something very basic about you that you can’t change very much, 2. You can learn new things, but you can’t really change how intelligence you are, 3. No matter how much intelligence you have, you can always change it quite a bit, 4. You can always substantially change how intelligence you are
Empat pernyataan penting mindset yang digagas oleh Carol S. Dweck dapat memandu pilihan keyakinan kita akan kemungkinan kebangkitan potensi kecerdasan manusia bagi yang mengikuti butir 3 dan 4. Kecerdasan dapat meningkat dimulai dari perubahan mindset dan apa yang disampaikan oleh Carol S. Dweck telah menjadi pemikiran para leluhur kita sejak berabad-abad lampau.
Sebab bagaimana pun, kemampuan memperbaiki pendidikan masa depan adalah suatu keniscayaan. Bagaimana caranya? Kita dapat membangkitkan kecerdasan kolektif bangsa Indonesia dengan melakukan sintesa dengan kemajuan Barat dan Timur khususnya menjabarkan nilai-nilai tinggi dan terpuji bangsa Indonesia ke dalam proses pendidikan kita masa depan.
*) Ben Senang Galus, penulis buku; Pemikiran Ekonomi dari Klasik sampai Revolusi Industri 4.0, tinggal di Yogyakarta