Jejak Pelayanan Transpuan di Gereja Maumere

- Admin

Jumat, 16 Juli 2021 - 16:27 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gereja Keuskupan Maumere Sangat Terbuka

Maumere dikenal luas sebagai wilayah di Flores yang ramah terhadap komunitas dan individu dengan keberagaman gender dan seksual. Banyak informasi dan pemberitaan beredar terkait Bunda Mayora, sebutan akrab Hendrika Mayora Victoria, seorang transpuan yang menjadi ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di desa Habi, Sikka.

Mayora juga cukup aktif di gereja, diterima baik oleh para imam bahkan uskup di acara-acara tertentu yang pernah dia ikuti. Kesetaraan sesama warga dan makhluk Tuhan dapat ditemukan di Maumere. Di Maumere, komunitas transpuan benar-benar dilibatkan dalam aktivitas-aktivitas keagamaan.

“Secara umum, selama beberapa tahun terakhir, Gereja Katolik Keuskupan Maumere, khususnya paroki St. Yosef Freinademetz Bolawolon-Maumere, sangat terbuka dan menerima komunitas KGS,” kata Yosef Maria Carnevale Redo, seorang seorang aktivis gereja.

Baca Juga : Menjadi “Gentleman”?: Silang Pendapat Locke dan Rousseau tentang Pendidikan
Baca Juga : Cerita Pensiunan Guru di Pelosok NTT yang Setia Mendengarkan Siaran Radio

Menurutnya, ada banyak anggota dari komunitas KGS yang masuk ke dalam kelompok Orang Muda Katolik (OMK), bergabung dalam kor di gereja, menjadi lektor, dan membawakan persembahan saat perayaan ekaristi. Bahkan, sambung transpuan yang tinggal di paroki St. Yosef Freinademetz Bolawolon-Maumere ini, kehadiran mereka membawa warna tersendiri di OMK. Mereka membuat OMK terhibur dan ceria.

“Pokoknya, asyik dan menyenangkan ada bersama mereka. Makanya, kami saling membantu dan meneguhkan satu sama lain. Apalagi uskup di sini juga santai dan sangat terbuka,” lanjut transpuan yang sudah bekerja sebagai Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di desa Tanaduen, kecamatan Kangae, kabupaten Sikka ini sejak 15 Oktober 2020.

Baca juga :  Pernikahan Dini: Pandemik Yang Belum Juga Berakhir

Hal senada juga diungkapkan oleh Dr. Otto Gusti Madung, akademisi hak asasi manusia (HAM) di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero. Gereja, menurut Otto, penting untuk memberi ruang terhadap komunitas KGS.

“Ya saya tahu di Sikka dan Flores Timur ada beberapa transpuan yang terlibat aktif di gereja untuk menjadi lektor dan lain-lain. Ini tentunya perlu diapresiasi di tengah maraknya praktik diskriminasi dan marginalisasi terhadap kelompok rentan ini,” ungkap Ketua Sekolah STFK Ledalero ini.

Baca Juga : Urgensi Penelitian Sosial terhadap Pembentukan Kebijakan Publik
Baca Juga : Asal-Usul Roh Halus Menurut Kepercayaan Asli Orang Manggarai

Sebagai ciptaan Tuhan, bagi pastor yang menyelesaikan program doktralnya di Hochschule für Philosophie München-Jerman ini, mereka berhak untuk menganut agama dan menjalankan ibadat, termasuk di dalam gereja. Sementara itu, keterbukaan paroki St. Fransiskus Xaverius Koting-Maumere yang menerima transpuan, tampak dari sosok Inang Novi yang menjadi koster di salah satu stasi dari paroki ini. Sebagai transpuan, ia dilibatkan secara aktif dalam kegiatan gereja, baik kebaktian di dalam gereja maupun saat ibadah-ibadah tertentu di luar gereja

Inang Novi sedang pose bersama dengan Pater Juan Orong, SVD, Frater Klitus Hausufa, SVD, Frater Ricky Mantero, SVD, dan para misdinar setelah perayaan ekaristi pada hari raya Natal 25 Desember 2020 di stasi Wutik, paroki St. Fransiskus Xaverius Koting-Maumere.

Para pastor tidak membeda-bedakan Inang Novi dengan yang lainnya hanya karena ekspresi gender atau orientasi seksualnya. Romo Ferer Mere, Pr sebagai pastor paroki, Pater Juan Orong, SVD dan Pater Ansel Dore Dae, SVD sebagai pastor yang sering membantu pelayanan di paroki seluas 17.399.460 m2 ini adalah contoh dari beberapa pastor yang menerima Inang Novi sebagai koster dengan baik.

Baca juga :  Bagaimana Peran Media Dalam Melawan dan Menghapuskan Kekerasan Terhadap Anak?

“Saya kenal dia sudah lama sejak tahun 1993. Saya juga bersyukur dia ada di sini. Saya tahu dia itu orang pekerja, baik, aktif, memiliki jiwa pejuang, orang yang mau membantu dan menolong orang lain, sehingga ketika gereja stasi yang baru di Wutik sudah dibangun, saya langsung minta dia untuk jadi koster di gereja itu bersama dengan ibu Tince,” ujar Romo Ferer Mere, Pr yang sudah bekerja sebagai pastor paroki selama 11 tahun di paroki St. Fransiskus Xaverius Koting-Maumere ini.

Baca Juga : Kisah Seorang Difabel di Wodong yang Sukses Jadi Kepala Tukang
Baca Juga : Urgensi Pendidikan Pancasila di Era Milenial

Pastor paroki yang mengayomi umat sebanyak 4447 jiwa ini merasa sangat senang dengan Inang Novi yang berkarya di gereja.  Menurutnya, jiwa proaktif dan pelayanannya sangat kuat. Maka rugi sekali kalau paroki tidak memberdayakannya untuk kepentingan sosial dan kepentingan gereja.

“Biar hidup sendiri, dia bisa menghidupi banyak hal,” kata Romo Ferer Mere, Pr sembari tersenyum.

Tentu saja, proses sampai pada penerimaan terhadap Inang Novi tidak langsung terjadi. Sebab, di dalam gereja, cara untuk menerima transpuan juga berbeda-beda.

“Hanya ada satu pastor dari Ledalero yang kaget. Ada juga satu suster dari biara SSpS yang kaget. Mereka bertanya: ‘Kok bisa ya dia jadi koster?’ Tetapi setelah dijelaskan, pastor dan suster itu akhirnya paham dan mengerti,” jelas Inang Novi.

Baca juga :  Berpisah Dengan Pacar Toxic Bukanlah Dosa

Masyarakat atau umat stasi Wutik pada khususnya dan paroki Koting pada umumnya tidak mempersoalkan keberadaan dan keaktifan Inang Novi di gereja. Justru mereka sangat terbuka terhadap transpuan yang kreatif dan aktif membantu kegiatan-kegiatan pastoral gereja.

“Saya berharap agar masyarakat atau umat stasi Wutik dan paroki St. Fransiskus Xaverius Koting-Maumere ini bisa terus mendukung dan mendoakan saya supaya tetap sehat untuk mengabdi Tuhan dan masyarakat dalam pelbagai hal seperti menjadi koster, penyuluh pertanian, dan lain-lain,” sambung Inang Novi.

Baca Juga : Jacques Ellul tentang Masyarakat Teknologis
Baca Juga : TWK dan Skenario Pelemahan KPK

Hal senada juga diungkapkan ibu Tince, rekan koster Inang Novi, agar masyarakat menghormati transpuan sebagai sesama manusia yang bermartabat. Sebagai salah satu perempuan berpengaruh dan ditokohkan di Wutik, desa Koting D, Maumere-Sikka, ibu Tince sangat menyesalkan orang-orang yang masih melayangkan stigma buruk kepada Inang Novi, meskipun secara umum masyarakat tidak sibuk lagi dengan status dan ekspresinya sebagai transpuan.

“Saya berharap masyarakat menghargai Inang Novi sama seperti kita menghargai yang lain. Sebab, masih ada beberapa orang di tengah masyarakat yang masih mengolok-olok dia,” ibu Tince memungkasi.[]

***

Tulisan ini adalah bagian dari program pemberian beasiswa liputan dalam rangkaian kegiatan Workshop & Story Grant: Anak Muda Ramah Gender & Seksualitas yang digelar oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK).

Komentar

Berita Terkait

Apa Kabar Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga?
Menalar Sikap Gereja terhadap Kaum Homosekual
Misoginis Si “Pembunuh” Wanita
Memahami Term ‘Pelacur’
Perempuan Korban Pelecehan Seksual Cenderung Bungkam, Mengapa?
Berpisah Dengan Pacar Toxic Bukanlah Dosa
Bagaimana Peran Media Dalam Melawan dan Menghapuskan Kekerasan Terhadap Anak?
Perempuan, Iklan dan Logika Properti
Berita ini 100 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 28 November 2023 - 23:35 WITA

Fakultas Filsafat Unwira Adakan Seminar Internasional sebagai Bentuk Tanggapan terhadap Krisis Global    

Sabtu, 11 November 2023 - 11:33 WITA

Tujuan Politik adalah Keadilan bagi Seluruh Rakyat

Jumat, 23 Juni 2023 - 07:01 WITA

Komunitas Circles Indonesia: Pendidikan Bermutu bagi Semua

Rabu, 17 Mei 2023 - 11:05 WITA

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa melalui Kelas Belajar Bersama

Kamis, 4 Mei 2023 - 14:47 WITA

Mahasiswa Pascasarjana IFTK Ledalero Mengadakan PKM di Paroki Uwa, Palue   

Sabtu, 25 Maret 2023 - 06:34 WITA

Masyarakat Sipil Dairi Mendesak Menteri LHK Cabut Izin Persetujuan Lingkungan PT. DPM  

Sabtu, 21 Januari 2023 - 06:50 WITA

Pendekar Indonesia Menggelar Simulasi Pasangan Calon Pimpinan Nasional 2024

Selasa, 17 Januari 2023 - 23:01 WITA

Nasabah BRI Mengaku Kehilangan Uang di BRImo

Berita Terbaru

Pendidikan

Kaum Muda dan Budaya Lokal

Jumat, 15 Mar 2024 - 19:27 WITA

Politik

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Rabu, 21 Feb 2024 - 19:07 WITA

Politik

Demokrasi dan Kritisisme

Minggu, 18 Feb 2024 - 16:18 WITA