Perempuan, Iklan dan Logika Properti

- Admin

Jumat, 25 Juni 2021 - 17:34 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi

Ilustrasi

Indodian.com – Anda tentu pernah menonton atau menyaksikan, sekurang-kurangnya, sebuah iklan baik melalui TV maupun media sosial. Iklan hadir dalam rupa dan bentuknya yang beragam. Ada yang serius dengan nada retoris-sugestif. Ada yang humoris-edukatif. Objek yang diiklankan pun selalu beragam. Mulai dari perlengkapan rumah tangga hingga perabot perkantoran, semua diiklankan. Tanpa terkecuali perabot-perabot yang lazim dianggap layak dipertontonkan di ruang publik (seperti kulkas, sepeda motor), barang-barang yang cukup ‘sensitif’ karena terkait erat dengan privasi pun tidak luput dari praktik iklan. Singkat kata, hampir tidak ada yang tidak diiklankan.

Baca juga :  Berpisah Dengan Pacar Toxic Bukanlah Dosa

Namun, pernahkah Anda, ketika sedang atau setelah menonton iklan, berpikir dan bertanya, mengapa perempuan selalu menjadi figur dominan dalam setiap iklan? Sampai saat ini, hampir tidak ada iklan sabun mandi terbaru yang diperankan oleh laki-laki. Kalaupun ada, aktor itu harus memiliki penampakan fisik yang tidak jauh berbeda dari perempuan. Tentu, menjadi bintang iklan juga adalah sebuah profesi yang bukan tidak bernilai.

Baca Juga : “Utang Budi” Pater Thomas Krump, SVD
Baca Juga : Kain Songke dan Kenangan tentang Ibu

Namun, apakah tidak problematis ketika iklan sebuah keran atau pipa air diperankan oleh perempuan? Mengapa harus perempuan yang berdiri secara modelling di samping mobil baru dengan mengenakan busana yang super ketat? Mengapa bukan laki-laki? Ketika membeli mobil itu, apakah pembeli mendapatkan sekaligus mobil dan perempuan di samping mobil itu? Tentu, masih tersisa begitu banyak pertanyaan di dalam benak kita masing-masing.

Baca juga :  Memahami Term ‘Pelacur’

Ketika mencoba mengurai pertanyaan-pertanyaan ini, saya mulai berpikir tentang properti. Di dalam permenungan itu, saya menemukan adanya kaitan yang erat antara perspektif tentang perempuan dan properti. Sepanjang sejarah peradaban manusia, perempuan sering diperlakukan sebagai properti. Sampai saat ini, perlakuan itu tetap eksis, bahkan terus menguat dan membiak dalam berbagai bentuk.

Baca juga :  Menalar Sikap Gereja terhadap Kaum Homosekual

Beberapa tahun yang lalu, publik Indonesia dihebohkan oleh aktris Manohara yang mengaku diperlakukan sebagai properti atau aset oleh suaminya, Tengku Fakhry. “Buat Fakhry, Mano [Manohara] itu seperti mainan saja. Tengku bilang, karena kamu [Manohara] properti saya” (News.detik.com, diakses pada 10 Mei 2021). Tentu, ibarat gunung es, keberanian Manohara mengungkapkan kenyataan demikian adalah sesuatu yang langka. Jutaan wanita lainnya, hanya bisa bungkam. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Untuk mengurai kasus ini, kita memulai dengan memahami istilah properti.

Komentar

Berita Terkait

Apa Kabar Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga?
Menalar Sikap Gereja terhadap Kaum Homosekual
Misoginis Si “Pembunuh” Wanita
Memahami Term ‘Pelacur’
Perempuan Korban Pelecehan Seksual Cenderung Bungkam, Mengapa?
Berpisah Dengan Pacar Toxic Bukanlah Dosa
Bagaimana Peran Media Dalam Melawan dan Menghapuskan Kekerasan Terhadap Anak?
Jejak Pelayanan Transpuan di Gereja Maumere
Berita ini 38 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Sabtu, 14 Oktober 2023 - 22:46 WITA

Seni Homiletika: Tantangan Berkhotbah di Era Revolusi Sibernetika

Berita Terbaru

Politik

Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan

Selasa, 25 Jun 2024 - 08:31 WITA

Berita

SD Notre Dame Puri Indah Wisudakan 86 Anak Kelas VI

Jumat, 21 Jun 2024 - 12:13 WITA

Pendidikan

Menyontek dan Cita-Cita Bangsa

Jumat, 14 Jun 2024 - 10:52 WITA

Berita

SMP Notre Dame Wisudakan 70 anak Kelas IX

Kamis, 13 Jun 2024 - 18:26 WITA

Pendidikan

Sastra Jadi Mata Pelajaran

Rabu, 12 Jun 2024 - 20:39 WITA