Tenggelamnya Kapal O Arbiru, Dili – Bangkok 1973 di Perairan Maumere, Flores

- Admin

Rabu, 10 Agustus 2022 - 18:53 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – O Arbiru adalah sebuah nama kapal barang berbobot mati 400 ton. Pada periode 1973 sewaktu Timor Leste masih menjadi Propinsi Seberang Lautan (Ultramarinas Provincia) dibawah kekuasaan Portugis, propinsi ini dipimpin oleh Gubernur bernama Fernando Alves Aldeia. Dapat dikatakan bahwa O Arbiru adalah alat transportasi laut terpenting bagi Pemerintah Portugal karena dengan kapal itu Pemerintah Portugaal di Lisbon dapat memenuhi kebutuhan pokok masyarakat Propinsi Seberang Lautan di Dili dan sekitarnya melalui Bangkok dan seterusnya menggunakan moda transportasi laut itu ke Dili.


Hari itu Jumat tanggal 18 Mei 1973, Pemerintah Propinsi Seberang Lautan dan masyarakat Timor Portugis seharusnya merayakan sebagai “Hari Portugal”. Sejumlah kegiatan seperti resepsi, pertandingan olahraga, pameran, pasar malam yang lazim dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya dibatalkan oleh Gubernur Timor Portugis. Sebagai gantinya Gubernur Timor Portugis mengumumkan hari itu sebagai hari berkabung. Penduduk Timor Portugis diminta untuk mengibarkan bendera setengah tiang sehari penuh.
Sebagaimana yang dikisahkan oleh Eliza Meskers Tomodok, Kepala Perwakilan RI di Dili, Timor Portugis (1972-1976), dalam bukunya “Catatan Hari-Hari Akhir Timor Portugis” ia menguraikan bahwa pada tanggal 28 April 1973, kapal O Arbiru meninggalkan Pelabuhan Dili menuju Bangkok dan melewati jalur utara kepulauan Alor ke arah barat menyusuri laut Flores.


Sesuai rencana kapal itu akan bertolak ke Pelabuhan Bangkok untuk mengangkut 3.000 ton beras yang dikirimkan dari Lisbon untuk rakyat Timor Portugis. Sesuai dengan rencana pelayaran kapal O Arbiru dijadwalkan tiba di Bangkok pada tanggal 7 Mei 1973. Namun dalam pelayarannnya sejak tanggal 29 April 1973 komunikasi radio dan navigasi antara Dili dan kapten kapal O Arbiru terputus total.


Turut serta dalam pelayaran itu adalah istri Komandan Angkatan Laut Timor Portugis dan anak serta 16 penumpang lainnya termasuk crew kapal. Pada mulanya komandan angktan laut di Dili menduga putusnya hubungan radio antara Dili dan sang kapten mungkin disebabkan oleh rusaknya radio komunikasi.

Baca juga :  Sejarah Penggalian Gua-Gua Alam di Flores


Namun karena tidak ada komunikasi sama sekali, komandan Angkatan laut di Dili menanyakan kepada kedutaan besar di Bangkok apakah kapal itu sudah tiba di Bangkok sesuai jadwal pelayaran atau belum. Jawaban yang diperoleh bahwa kapal itu belum tiba di Bangkok. Sejak saat itu tepatnya tanggal 11 Mei 1973 komandan angkatan laut menanggap serius persoalan hilangnya kontak kapal O Arbiru dan terus mencari informasi posisi kapal.


Pada mulanya pencarian dilakukan menggunakan pesawat udara T.A.T yang pada tanggal 12 Mei 1973 terbang mengikuti rute pelayaran O Arbiru guna mencari jejak kapal tersebut. Hari itu tidak ada petunjuk sama sekali sehingga pilot pesawat udara T.A.T memutuskan untuk bermalam di Denpasar. Pada kesokan harinya tanggal 13 Mei 1973 pencarian kembali dilakukan sepanjang perairan laut Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Alor namun tidak ada petunjuk apapun dari pencarian itu.


Komandan Angkatan laut Timor Portugis meminta bantuan kepada Markas Besar Angkatan Laut Indonesia di Jakarta, melaporkan kejadian itu kepada perwakil Portugal di Jakarta, Bangkok, Manila, Singapura dan Kuala Lumpur. Sementara itu isu yang tersiar dalam masyarakat Dili saat itu adalah kapal O Arbiru “dikerjain” oleh pelaut-pelaut Indonesia.
“Saya tidak tahu bagaimana reaksi Pemerintah Timor Portugis atas isu-isu semacam itu, tetapi saya tidaklah heran sekiranya ada yang termakan oleh isu itu. Apalagi diantara penumpang kapal ada istri dan anak Komandan Angkatan Laut Timor Portugis itu sendiri”, demikian tulis E.M Tomodok dalam bukunya Catatan Hari-Hari Akhir Timor Portugis.


Turut sertanya istri serta anak komandan angkatan laut Timor Portugis adalah atas undangan kapten kapal. Pada awalnya kapten kapal mengundang istri Gubernur, Ny. Aldeia namun karena ia berhalangan maka dimintalah istri komandan angkatan laut untuk menggantikannya. Istri Komandan Angkatan Laut Timor Portugis sebenarnya setengah hati untuk menggantikan Ny. Aldeia dalam pelayaran itu, tetapi karena desakan suaminya, ia pun pergi bersama anaknya. Terdapat pula istri Mayor angkatan darat, istri kapten kapal dan istri direktus sebuah bank di Dili.

Baca juga :  Sepak Bola dan Flores


Pada tanggal 16 Mei 1973, Komandan Angkatan Laut Timor Portugis menemui Kepala Perwakilan Indonesia di Dili yang meminta bantuan konsulat Indonesia. Tanpa membuang waktu Kepala Perwakilan Indonesia di Dili langsung menghubungi Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan dan Gubernur NTT. Keesokan hari tanggal 17 Mei 1973 adalah hari pertama percobaan komunikasi telpon antara Dili dan Kupang. Kepala Perwakilan Indonesia di Dili meminta salah seorang stafnya bernama Saat untuk berbicara dengan Kantor Gubernur NTT di Kupang.


Di ujung telpon dari Kantor Gubernur NTT, penerima telpon menjelaskan bahwa kapal tersebut tenggelam di laut Flores pada tanggal 29 April 1973 pukul 09.00 pagi. Salah seorang awak kapal telah diselamatkan dan berada di Maumere, Flores untuk mendapatkan pertolongan. Mendengar penjelasan itu Kepala Perwakilan Indonesia di Dili kemudian menyampaikan laporan kepada Kepala T.A.T, de Castro yang memimpin upaya pencarian kapal itu. Setelah itu Kepala Perwakilan Indonesia bersama dengan utusan Timor Portugis bertolak menuju Kupang dan terus melanjutkan perjalanan ke kota Maumere, Flores. Tiba di Maumere mereka di terima oleh pejabat setempat dengan penuh simpati.


Komandan Resor Kepolisian 1708 Sikka, David Lameng dalam keterangan resmi tertulisnya mengatakan pada hari Minggu tanggl 29 April 1973 pukul 09.00, kapal O Arbiru diterjang badai antara pulau Sukun (Kab. Sikka) dan pulau Kalatoa (Kab. Selayar) di perairan Flores. Masinis kapal, Paulo de Rosario terapung-apung di laut selama 8 hari hingga akhirnya ia ditolong oleh perahu “Hidup Baru”.
Ia lalu dibawa oleh nelayan ke Maumere untuk mendapat pertolongan dan ditampung di Pelabuhan Maumere hingga diserahkan ke perwakilan Timor Portugis yang hadir di Maumere. Tidak ada tanda-tanda bahwa penumpang kapal yang lain selamat. Proses serah terima kemudian dilakukan di Maumere dan setelah itu perwakilan Timor Portugis kembali ke Dili dengan membawa serta Paulo de Rosario, satu-satunya masinis yang selamat.
Sementara itu di Dili, Ramos Horta yang saat itu bekerja untuk media A Voz de Timor (Suara Timor) memuat berita yang panjang yang menciptakan kesan kurang baik mengenai peranan Indonesia. Untuk menghindari salah paham, Kepala Perwakilan Indonesia kemudian mengundang Ramos Horta dari A Voz de Timor ke kantor konsulat untuk dimintai penjelasan apa sebab tidak dimuatnya berita belasungkawa dari Pemeritah Indonesia dan mengapa hanya ucapan belasungkawa dari Konsulat Taiwan yang dimuat dalam media itu.

Baca juga :  Pulau Timor, Satu Ruang Dua Tuan


Ramos Horta lalu menjawab pimpinan redasksilah yang menentukan itu. Tidak puas dengan jawaban Horta, Kepala Perwakilan Indonesia lalu menyampaikan surat kepada pimpinan media A Voz de Timor dengan permintaan untuk dimuat di media. Pemimpun redaksi A Voz de Timor, Letnan Gomez tidak lain adalah Sekretaris Gubernur Timor Portugis. Gubernur Timor Portugis melalui Sekretarisnya Letnan Gomez kemudian mengakui adanya kesalahpahaman dan meminta maaf kepada perwakilan Indonesia di Dili.
Gubernur Timor Portugis kemudian membuat bulletin khusus tentang bantuan yang diberikan oleh semua pihak termasuk Indonesia. Menurut penjelasan Gubernur Timor Portugis, kekhilafan terletak pada dirinya dan sulit memberi penjelasan kenapa ia khilaf. Mendengar penjelasan itu Kepala Perwakilan Indonesia lalu mengambil langkah bijak agar tidak menimbulkan pertentangan di tengah masyarakat ia pun menerima permintaan maaf Gubernur Timor Portugis dan surat terbuka yang telah ia siapkan disepakati untuk tidak tidak diumumkan.


Hingga kini bangkai kapal O Arbiru masih berada di perairan laut Flores tidak jauh dari kota Maumere. Masyarakat kota Maumere dan pesisir utara Pulau Flores menyebut bangkai kapal itu dengan nama Kapal Takalayar. Inilah kisah tenggelamnya kapal O Arbiru atau Takalayar, moda transportasi laut terpenting Pemerintah Timor Portugis saat itu.

Sumber :
CATATAN HARI-HARI AKHIR TIMOR PORTUGIS, E. M TOMODOK, CETAKAN I, Pustaka Jaya,1994

Komentar

Berita Terkait

Bubuk Mesiu di Pulau Flores Abad 15-16
Nama-Nama Orang Flores
Sepak Bola dan Flores
Asal Usul Nama Kewapante
Pengaruh Portugis di Kabupaten Sikka   
Jejak Portugis di Paga      
Pulau Timor, Satu Ruang Dua Tuan
Fosil Budaya Purba Flores (2)
Berita ini 159 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA