Indodian.com – Tahun 2021, desa Kabuna menyabet juara 5 tingkat nasional dalam lomba perpustakaan desa. Padahal, infrastruktur perpustakaan desa Kabuna terbilang masih sangat terbatas. Lantas, bagaimana sistem pengelolaan perpustakaan yang dilakukan oleh pemerintah desa (pemdes) setempat?
Perjalanan Pak Adrianus Yoseph Laka dalam memimpin desa Kabuna, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu baru terhitung 2 tahun lebih. Namun, pria berusia 49 tahun ini sudah menginisiasi gebrakan baru, salah satunya dalam pengembangan perpustakaan desa.
Pak Adrianus bercerita, pihaknya mulai mengembangkan perpustakaan di desanya saat pandemi melanda. Ketika kondisi itu mengharuskan pemdes mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk kebutuhan sosial, Kades Kabuna tetap menjadikan perpustakaan desa sebagai prioritas untuk dikembangkan.
Selama pandemi, perpustakaan buka setiap pagi agar anak-anak dapat mengakses pembelajaran daring. Pemdes pun sudah mempunyai jadwal rutin bagi anak-anak untuk belajar, yaitu pada hari Jumat untuk Matematika dan Bahasa Inggris, sementara hari Sabtu anak-anak belajar Ilmu Komputer.
Tak tanggung-tanggung, dalam pengelolaannya, Pak Adrianus tidak bekerja sendiri. Dia pun turut memberdayakan staf desanya untuk ikut mengelola perpustakaan dan mendampingi anak-anak belajar. Mayoritas staf yang bekerja di situ adalah sarjana pendidikan.
“Saya bilang pada staf desa saya, bahwa mereka adalah sarjana keguruan. Ilmu yang mereka dapatkan saat kuliah itu akan mati, jika tidak diasah,” ujarnya.
Saat ini, pendamping perpustakaan desa Kabuna ada dua orang yang merupakan sarjana informatika. Mereka pun sering mengajarkan ilmu komputer pada anak-anak.
Perlu diketahui, saat terpilih menjadi Kepala Desa, Pak Adrianus tidak asal memilih orang untuk bekerja dengannya, sehingga dia memberlakukan beberapa tes yang harus diikuti oleh calon staf desa. Pria yang juga pendamping Orang Muda Katolik di desanya ini sangat memprioritaskan orang muda lulusan sarjana, serta memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi.
“Kalau orang pintar itu ada banyak di mana-mana, tetapi yang berintegritas dan mau bekerja jujur, itu yang susah,” imbuhnya.
Baginya, seorang pemimpin yang hebat bukanlah orang yang bisa melakukan segala sesuatu, melainkan orang yang dapat memanfaatkan potensi yang ada di sekitarnya untuk dapat mendukung dia sebagai pemimpin.
Ketajaman integritas itulah yang pada akhirnya menjadi kekuatan bagi Pak Adrianus dalam membuat gebrakan di desanya. Dia pun memberikan contoh sederhana tentang sikap integritas yang dia terapkan.
Saat pandemi, anggaran desa untuk pengembangan perpustakaan hampir tidak ada. Meski begitu, Pak Adrianus ingin memberikan teladan pada semua stafnya bahwa pekerjaan pemerintah desa adalah pekerjaan yang berbasis pada pelayanan untuk masyarakat.
Semua pelayanan administratif dalam kepemimpinannya pun bersifat gratis. Tak heran, jika pada akhirnya desa Kabuna juga masuk dalam 10 besar nasional dalam lomba keterbukaan informasi publik. “Tanpa uang kita memang tidak bisa hidup, tapi uang bukan segala-galanya.” ungkapnya.
Meski sudah membuat gebrakan di desanya, Pak Adrianus tetap memiliki harapan agar sumber daya manusia di desa Kabuna pun ikut berkembang seiring didorongnya daerah tersebut menjadi target percepatan pembangunan oleh pemerintah. Oleh karena itu, pihaknya terus melibatkan orang muda dalam program-program pemberdayaan di desa.