Perpustakaan Desa Kabuna, Kabupaten Belu Menyabet Juara 5 Tingkat Nasional

- Admin

Selasa, 26 April 2022 - 14:30 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Tahun 2021, desa Kabuna menyabet juara 5 tingkat nasional dalam lomba perpustakaan desa. Padahal, infrastruktur perpustakaan desa Kabuna terbilang masih sangat terbatas. Lantas, bagaimana sistem pengelolaan perpustakaan yang dilakukan oleh pemerintah desa (pemdes) setempat?

Perjalanan Pak Adrianus Yoseph Laka dalam memimpin desa Kabuna, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu baru terhitung 2 tahun lebih. Namun, pria berusia 49 tahun ini sudah menginisiasi gebrakan baru, salah satunya dalam pengembangan perpustakaan desa.

Pak Adrianus bercerita, pihaknya mulai mengembangkan perpustakaan di desanya saat pandemi melanda. Ketika kondisi itu mengharuskan pemdes mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk kebutuhan sosial, Kades Kabuna tetap menjadikan perpustakaan desa sebagai prioritas untuk dikembangkan.

Selama pandemi, perpustakaan buka setiap pagi agar anak-anak dapat mengakses pembelajaran daring. Pemdes pun sudah mempunyai jadwal rutin bagi anak-anak untuk belajar, yaitu pada hari Jumat untuk Matematika dan Bahasa Inggris, sementara hari Sabtu anak-anak belajar Ilmu Komputer.

Baca juga :  Qui Bene Cantat bis Orat (Tanggapan Kritis atas Penggunaan Lagu Pop dalam Perayaan Ekaristi)

Tak tanggung-tanggung, dalam pengelolaannya, Pak Adrianus tidak bekerja sendiri. Dia pun turut memberdayakan staf desanya untuk ikut mengelola perpustakaan dan mendampingi anak-anak belajar. Mayoritas staf yang bekerja di situ adalah sarjana pendidikan.

“Saya bilang pada staf desa saya, bahwa mereka adalah sarjana keguruan. Ilmu yang mereka dapatkan saat kuliah itu akan mati, jika tidak diasah,” ujarnya.

Saat ini, pendamping perpustakaan desa Kabuna ada dua orang yang merupakan sarjana informatika. Mereka pun sering mengajarkan ilmu komputer pada anak-anak.

Suasana di Perpustakaan Desa Kobuna)

Perlu diketahui, saat terpilih menjadi Kepala Desa, Pak Adrianus tidak asal memilih orang untuk bekerja dengannya, sehingga dia memberlakukan beberapa tes yang harus diikuti oleh calon staf desa. Pria yang juga pendamping Orang Muda Katolik di desanya ini sangat memprioritaskan orang muda lulusan sarjana, serta memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi.

“Kalau orang pintar itu ada banyak di mana-mana, tetapi yang berintegritas dan mau bekerja jujur, itu yang susah,” imbuhnya.

Baginya, seorang pemimpin yang hebat bukanlah orang yang bisa melakukan segala sesuatu, melainkan orang yang dapat memanfaatkan potensi yang ada di sekitarnya untuk dapat mendukung dia sebagai pemimpin.

Baca juga :  Tanahikong, Dusun Terpencil dan Terlupakan di Kabupaten Sikka              

Ketajaman integritas itulah yang pada akhirnya menjadi kekuatan bagi Pak Adrianus dalam membuat gebrakan di desanya. Dia pun memberikan contoh sederhana tentang sikap integritas yang dia terapkan.

Saat pandemi, anggaran desa untuk pengembangan perpustakaan hampir tidak ada. Meski begitu, Pak Adrianus ingin memberikan teladan pada semua stafnya bahwa pekerjaan pemerintah desa adalah pekerjaan yang berbasis pada pelayanan untuk masyarakat.

Baca juga :  Kisah Seorang Difabel di Wodong yang Sukses Jadi Kepala Tukang

Semua pelayanan administratif dalam kepemimpinannya pun bersifat gratis. Tak heran, jika pada akhirnya desa Kabuna juga masuk dalam 10 besar nasional dalam lomba keterbukaan informasi publik. “Tanpa uang kita memang tidak bisa hidup, tapi uang bukan segala-galanya.” ungkapnya.

Meski sudah membuat gebrakan di desanya, Pak Adrianus tetap memiliki harapan agar sumber daya manusia di desa Kabuna pun ikut berkembang seiring didorongnya daerah tersebut menjadi target percepatan pembangunan oleh pemerintah. Oleh karena itu, pihaknya terus melibatkan orang muda dalam program-program pemberdayaan di desa.

Komentar

Berita Terkait

Milenial Promotor Literasi Digital dalam Spirit Keberagaman Agama
Kasus Pasung Baru di NTT Masih Saja Terjadi
Seandainya Misa Tanpa Kotbah
Gosip
Sorgum: Mutiara Darat di Ladang Kering NTT
Tanahikong, Dusun Terpencil dan Terlupakan di Kabupaten Sikka              
Qui Bene Cantat bis Orat (Tanggapan Kritis atas Penggunaan Lagu Pop dalam Perayaan Ekaristi)
Namanya Yohana. Yohana Kusmaning Arum
Berita ini 153 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA