Jho yang kini mengajar di SLBN Borong memiliki mimpi untuk membuka kursus musik bagi sesama difabel dan orang normal. Namun kendalanya tidak memiliki alat musik Keyboard.
“Barangkali ada saudara yang berbaik hati untuk menyumbangkan keyboard demi mengembangkan bakat dan mimpi membuka kursus musik yang saya kelola. Jangan menyerah. Dalam kekurangan selalu ada kelebihan dan sebaliknya dalam kelebihan selalu ada kekurangan. Tuhan menghadirkan kita di dunia ini dengan keunikan-keunikan masing-masing untuk saling mendukung,” pesannya.
Baca Juga : Menjadi “Gentleman”?: Silang Pendapat Locke dan Rousseau tentang Pendidikan
Baca Juga : Cerita Pensiunan Guru di Pelosok NTT yang Setia Mendengarkan Siaran Radio
Jho berkisah bahwa ada orang normal menganggap kaum difabel tidak bahagia. Tapi, bagi kami sangat merasa bahagia. Kami bisa main bola kaki, bisa olahraga senam. Kami bisa menyanyi, main musik dan lain sebagainya.
Pada Sabtu (12/6/2021) anggota komunitas Cenggo Inung Kopi Online (CIKO) berkesempatan mengunjungi kediaman Jho Rangga. Segenap anggota komunitas CIKO baru pertama berjumpa dengannya. Dalam hati mereka kagum melihat bakat Jho dalam bermain musik. Walaupun memiliki keterbatasan fisik, Jho memiliki talenta yang luar biasa.
Jari jemarinya menyentuh tuts alat musik keyboard dengan kemampuan yang sangat menggugah hati nurani yang melihat secara langsung. Hal ini berkat latihan yang secara terus menerus selama mengenyam pendidikan di SLB Karya Murni Ruteng hingga di perguruan tinggi di Kota Ruteng.
“Alat musik di SLB Karya murni sangat lengkap, seperti gitar, keyboard, dan drum. Setiap siswa dan siswi yang sekolah di lembaga pendidikan itu didampingi, dilatih untuk mengembangkan bakat-bakat. Kini, saya sudah mandiri dan tidak tergantung lagi di lembaga pendidikan tersebut. Untuk itu, sekali lagi saya butuh alat musik keyboard,” ungkapnya dengan tulus.
Selama ini, Jho diberi kepercayaan untuk mengiring lagu-lagu di Gereja Katolik saat perayaan Ekaristi pada hari Minggu. Selain itu diluar jam sekolah, Ia menyanyi dan mengiring musik dalam berbagai acara di beberapa kota di Flores seperti Labuan Bajo, Ruteng dan Borong. Namun, penghasilannya tersebut belum cukup untuk membeli alat musik keyboard. Dia bermimpi suatu hari nanti dia memiliki uang yang cukup untuk membeli keyboard dan membuka kursus musik bagi kaum difabel maupun kepada setiap orang yang ingin belajar bermain musik.