Merawat Keindonesiaan

- Admin

Kamis, 19 Agustus 2021 - 14:00 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Keindonesiaan sebagai sebuah Identitas

Keindonesiaan itu merupakan sebuah identitas. Sebagai identitas, ia tidak sepenuhnya permanen atau fix. Setiap identitas, meminjam Ricoeur (bdk. Felix Baghi, 2012), mengandung unsur similiaritas, keserupaan, atau kesamaan yang bersifat tetap dan unsur dinamis yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Unsur dinamis dari identitas ini senantiasa berada dalam proses menjadi karena ia berkaitan dengan kesanggupan diri-individu untuk senantiasa fleksibel dengan situasi dan perkembangan jaman. Itu berarti proses identifikasi dari diri-individu itu berlangsung terus tanpa henti.

Baca Juga : Hindari Pinjaman Online
Baca Juga : Setelah Pandemi, Kita ke Mana?

Dalam arti ini, keindonesiaan kita sebenarnya tidak diukur oleh identitas yang tertera dalam KTP/KK atau oleh DNA Indonesia. Imajinasi kita harus melampaui itu. Ukuran keindonesiaan kita terletak pada semangat, spiritualitas, dan jiwa keindonesiaan. Semangat, spiritualitas, dan jiwa keindonesiaan itu terletak pada kesanggupan kita untuk merawat keberagaman serta menghormati kemanusiaan sebagai warisan bangsa yang bernilai. Narasi satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air serta semboyan Bhineka Tunggal Ika hendaknya  mengarahkan kita untuk tidak menjadi manusia atomistis dan monolitis yang anti-keberagaman. Narasi dan semboyan itu harus menjadi jembatan perekat yang menghubungkan kita dari berbagai suku, ras, budaya, dan agama. Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk mendengungkan narasi nativisme serta anti-asing dan lain sebagainya yang mengancam stabilitas dan kohesi sosial.

Baca juga :  Sampai Kapan Kita Berutang ke World Bank?

Di bawah narasi dan semboyan di atas, kita merumuskan ulang identitas kita dari waktu ke waktu dalam menghadapi musuh bersama (common enemy) yang menghancurkan bangsa kita. Itulah yang mesti kita rawat. Karena yang pasti, musuh kita dari waktu ke waktu selalu berubah. Saat ini musuh kita boleh jadi terjelma dalam ideologi-ideologi radikal yang mengancam toleransi dan keutuhan NKRI, model pembangunan utilitarian yang selalu mengancam nasib masyarakat kecil, kapitalisme global, oligarki, dan lain-lain.

Baca juga :  Milenial dan Pendidikan Vokasi

Baca Juga : Cerita Tuna Penjaga Mata Air
Baca Juga : Pesan Ibu

Dalam perang melawan “common enemy” itu cita rasa kebangsaan kita terbentuk. Kita merasa bersatu sebagai satu bangsa berhadapan dengan musuh yang menghancurkan keindonesiaan kita. Dulu pada masa prakemerdekaan, orang-orang dari berbagai suku, ras, budaya, wilayah, dan agama di nusantara bersatu melawan bangsa-bangsa kolonial. Bangsa-bangsa kolonial diidentifikasi sebagai musuh mereka. Oleh karena itu, mereka bersatu berperang melawan musuh itu tanpa memperhatikan latar belakang masing-masing. Mereka menyatu dalam satu rantai perjuangan yang sama untuk berperang melawan musuh yang sama. Kini, kita dituntut untuk melakukan gerakan yang sama dengan musuh yang berbeda. Sebab gerakan-gerakan yang menghancurkan keindonesiaan kita tidak akan pernah hilang total. Semoga semangat kita tetap membara. Salam kemerdekaan.

Komentar

Berita Terkait

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024
Pemimpin: Integritas, bukan Popularitas
Politik dan Hukum Suatu Keniscayaan
Berita ini 29 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 28 November 2023 - 23:35 WITA

Fakultas Filsafat Unwira Adakan Seminar Internasional sebagai Bentuk Tanggapan terhadap Krisis Global    

Sabtu, 11 November 2023 - 11:33 WITA

Tujuan Politik adalah Keadilan bagi Seluruh Rakyat

Jumat, 23 Juni 2023 - 07:01 WITA

Komunitas Circles Indonesia: Pendidikan Bermutu bagi Semua

Rabu, 17 Mei 2023 - 11:05 WITA

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa melalui Kelas Belajar Bersama

Kamis, 4 Mei 2023 - 14:47 WITA

Mahasiswa Pascasarjana IFTK Ledalero Mengadakan PKM di Paroki Uwa, Palue   

Sabtu, 25 Maret 2023 - 06:34 WITA

Masyarakat Sipil Dairi Mendesak Menteri LHK Cabut Izin Persetujuan Lingkungan PT. DPM  

Sabtu, 21 Januari 2023 - 06:50 WITA

Pendekar Indonesia Menggelar Simulasi Pasangan Calon Pimpinan Nasional 2024

Selasa, 17 Januari 2023 - 23:01 WITA

Nasabah BRI Mengaku Kehilangan Uang di BRImo

Berita Terbaru

Pendidikan

Kaum Muda dan Budaya Lokal

Jumat, 15 Mar 2024 - 19:27 WITA

Politik

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Rabu, 21 Feb 2024 - 19:07 WITA

Politik

Demokrasi dan Kritisisme

Minggu, 18 Feb 2024 - 16:18 WITA