Gender  

Jejak Pelayanan Transpuan di Gereja Maumere

Indodian.com – Mengapa Gereja di Maumere menerima individu atau komunitas dengan Keberagaman Gender dan Seksualitas (KGS) secara terbuka? Bagaimana komunitas KGS di pulau Flores ini dapat aktif dalam membantu kegiatan-kegiatan pastoral Gereja?

Siang itu, Inang Novi tengah duduk menjaga kios dan salon miliknya di Gehak, Desa Koting D, Maumere-Sikka. Transpuan kelahiran Maumere 1972 ini mengelola usaha salon di rumahnya yang ditumbuhi tanaman hias dan sayur-sayuran.

Ia adalah bungsu dari tiga bersaudara yang gemar memenuhi pekarangan bagian depan dan samping rumahnya dengan beragam tanaman. Beberapa ia tanam di polybag. Tampak juga bibit tanaman yang disemaikan tepat di samping tembok rumah.

“Saya baru pulang dari kota Maumere,” Inang Novi membuka percakapan sembari tersenyum sambil bersantai.

Seraya menyuguhkan teh hangat dan beberapa potong roti, ia menceritakan lika-liku hidup yang menuntut dirinya untuk selalu bekerja keras. Sejak kecil dia sudah ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya. Di usia 3 tahun, ibunya meninggal. Bapaknya menyusul meninggal saat Inang Novi berusia 6 tahun. Akibatnya, masa kecil Inang Novi sangat susah. Tak ada waktu untuk bermalas-malasan.

Baca Juga : Pansos Boleh, Tapi Ada Batasnya
Baca Juga : Politik Identitas ‘Racun’ Demokratisasi

“Walaupun masih kecil, kami harus kerja. Pulang sekolah langsung ke kebun. Makan dan minum ada di kebun,” kisah Inang Novi yang selama hidupnya merasa lebih dekat dengan kakak perempuannya.

Ia dan dua kakaknya dilahirkan dari orangtua yang keras. Kakak pertamanya laki-laki, yang kedua perempuan.

“Hidup saya makin susah ketika kakak pertama saya langsung pergi ke Kalimantan setelah orangtua kami meninggal. Dia hilang kabar. Akhirnya, saya tinggal dengan kakak perempuan saya. Kami berjuang bersama untuk cari makan,” lanjut Inang Novi.

Inang Novi tidak dapat melanjutkan sekolah. Setelah beberapa tahun tinggal di kampung bersama kakak perempuannya, Inang Novi melamar kerja di Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret, Maumere. Lamaran pertama dan kedua ditolak. Lamaran ketiga baru diterima dan langsung dipanggil untuk kerja di Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret, Maumere. Ia bekerja di sana hingga 15 tahun lamanya.

Respon (12)

  1. Woah! I’m really loving the template/theme of this site. It’s simple, yet effective. A lot of times it’s tough to get that “perfect balance” between user friendliness and visual appearance. I must say you have done a fantastic job with this. In addition, the blog loads extremely fast for me on Internet explorer. Exceptional Blog!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *