Jargon Pembangunan demi Kemajuan
Alasan mengapa kemudian model pembangunan lebih terpusat pada satu wilayah, dalam hal ini wilayah kota, terutama karena ekspansi pasar neoliberal hanya dirancang untuk mengakumulasi modal. Kota dijadikan sebagai pusat ekonomi (industri) sementara desa dijadikan wilayah potensial untuk menjalankan proyek eksploitasi kekayaan.
Dalam arti tertentu, desa hanyalah suatu lahan pencurian dan hasil curian itu dikumpulkan di kota untuk dinikmati segelitir orang kaya, pengusaha, dan penguasa. Setelah alam dan sistem budaya setempat diporak-poranda, mereka lekas tinggal dan mencari lahan baru untuk melanjutkan eksploitasi. Sementara masyarakat setempat akan tetap tiggal miskin setelah diiming-iming uang yang jumlahnya tidak sebesar nilai alam dan budaya serta jauh dari besaran keuntungan para kapitalis.
Masalah serius yang perlu mendapat atensi lebih sebenarnya mengenai arti pembangunan yang oleh kalangan kritikus dinilai ambigu. Pembangunan dalam konsep neoliberal lebih berkaitan dengan “pemberdayaan” negara-negara berkembang. Istilah negara berkembang ini pun menyiratkan makna bahwa negara-negara ini sedang memacu kemajuan dan “mengejar” tahap kemajuan yang telah dicapai negara-negara industri – seolah-olah negara-negara industri adalah model mutlak dari kemajuan dan seolah-olah hanya ada satu cara untuk “berkembang”.4
Tentu saja ide pembangunan determinatif semacam ini mengabaikan logika pembangunan dari kelompok lain yang bisa saja lebih esensial. Contoh paling sederhana ialah humanisasi (“pembangunan” manusia) yang sukar ditemukan pada model pembangunan gagasan negara industri. Suatu negara bisa saja menciptakan kemajuan berbasis budaya, misalnya, tanpa harus berpatok pada gagasan otoritatif negara kapital yang sangat diskriminatif.
Selain itu, model pembangunan semacam ini mengabaikan dua aspek penting, yakni kondisi kehidupan penduduk dan krisis ekologi yang disebabkan oleh sumber daya alam yang terbatas dari planet kita.5 Dua pertimbangan ini luput dari logika pembangunan yang lebih menekankan kemajuan fisik-material karena sepenuhnya berintensi menguasai dan mengeksploitasi objek pembangunan. Inilah bahaya yang sering kali enggan diperhatikan secara serius.
Pembangunan berdalih kemajuan yang dicanangkan sebenarnya hanya jargon belaka yang pada akhirnya menguntungkan pihak tertentu (para kapitalis). Orang-orang kecil, terutama di negara-negara berkembang dijadikan korban eksploitasi atas nama pembangunan. Seperti dikemukakan para kritikus kapitalisme neoliberal, sebetulnya model pembangunan dalam desain negara-negara kapital – mengikuti model pembangunan fisik negara-negara maju – tidak mesti diakomodasi secara positif.
Hal ini beralasan, karena indikator kemajuan bukan saja mengenai bangunan-bangunan yang menjulang di mana-mana, melainkan juga mengenai kualitas manusia di dalamnya. Orientasi kemajuan infrastrukturistik tidak bernilai jika itu merupakan hasil eksploitasi kekayaan-kekayaan orang kecil yang kemudian tidak menyisahkan apa-apa untuk mereka.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya