Strategi Politik Populis dan Stagnasi Demokratisasi di Indonesia

- Admin

Rabu, 20 Oktober 2021 - 17:07 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Populisme sebagai Strategi Politik

Lazimnya, terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk memahami populisme. Dalam pendekatan ideasional yang dipopulerkan oleh Cas Mudde, populisme merupakan ideologi yang menganggap masyarakat terpisah menjadi dua kelompok yang homogen dan antagonis (orang murni atau the people dan elit korup atau the elite), serta berpendapat bahwa politik harus menjadi ekspresi kehendak rakyat.3

Dalam perspektif diskursif, de la Torre mendefinisikan populisme sebagai gaya mobilisasi masa dengan menginstrumentalisasi kekuatan retorika demi perjuangan politik. Menurut de la Torre, kekuatan populisme bergantung pada retorika atau wacana yang digunakan oleh elit politik.4

Baca juga :  Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Di sisi lain, dalam pendekatan strategi politik (political strategic) yang dikembangkan oleh Kurt Weyland, populisme didefinisikan sebagai strategi politik yang digunakan oleh pemimpin personalistik demi memenangkan kontestasi politik melalui dukungan massa rakyat yang tidak terorganisasi.5

Menurut Weyland, efektivitas populisme bergantung pada personalisme elit politik sebagai modal politik untuk mendulang dukungan massa rakyat. Menurut pendekatan ini, elit populis memiliki karakter pragmatis-oportunistik, sebab mereka medeformasi gagasan rakyat hanya sebagai ‘voters,’ bukan sebagai ‘demos’.

Baca juga :  Generasi Muda: Penentu Kemenangan Partai Golkar dalam Pemilu 2024

Dalam memenangkan kontestasi politik, elit populis cenderung bergantung pada data survei tentang elektabilitas dan relasi langsung (unmediated relation) dengan massa rakyat agar terbentuk kesan batin yang kuat (quasi religious). Karena itu, seorang elit populis juga memanfaatkan retorika anti-elit dan provokasi heroisme terhadap massa rakyat, misalnya demonstrasi.

Dengan demikian, dalam pendekatan ini, populisme muncul bukan karena motivasi ideologis yang berciri Manikhean tentang masyarakat, melainkan semata-mata karena motivasi pragmatis-oportunistik.

Untuk membaca geliat populisme di Indonesia, penulis menggunakan pendekatan strategi politik yang dikembangkan oleh Kurt Weyland. Hemat penulis, populisme di Indonesia tidak didasarkan pada klaim ideologis-Manikhean tentang identitas rakyat dan penguasa politik. Hal ini juga bertolak dari temuan penelitian Anisa Nur Nia Rahmah dan Defbry Margiansyah yang menegaskan, para elit politik di Indonesia menginstrumentalisasi populisme sebagai strategi politik.6

Baca juga :  Kebangkitan Orang Miskin Lawan Mafia Tanah (2)

Populisme digunakan semata-mata sebagai strategi politik dalam konsolidasi kekuasaan baik pada tingkat nasional maupun lokal. Hal ini terindikasi melalui praksis politik yang cenderung pragmatis-oportunistik, politisasi identitas, dan dependensi pada citra personalistik dari elit politik dalam memenangkan kontestasi politik.

Komentar

Berita Terkait

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?
DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?
Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan
Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Berita ini 36 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA