Penulis : Tommy Duang
1
Daya-daya cinta itu serupa kekuatan magis yang bekerja melampaui hukum-hukum logika. Dengan tanda lahir di bibir bawahnya, F. mampu menerobos gerbang menuju hati laki-laki yang mengidam-idamkannya dengan sangat.
Baca Juga : Malia
Baca Juga : Desa: Sentra Budaya dan Peradaban
2
Saya tidak akan pernah melupakan hari ketika mengetahui ada tanda lahir di bibir bawahnya. Dia sedang bernyanyi, dalam sebuah layanan panggilan video, dan tiba-tiba sinyal internet di tempat saya ngadat. Panggilan itu terhenti ketika layar telepon genggam saya menampilkan wajahnya dan tanda lahir itu terpampang jelas.
Tanda lahir itu–orang-orang di tempat saya menyebutnya tahi lalat–bertengger anggun di sisi kiri bilah bibir bawahnya. Dengan cara yang agak mengherankan, tanda lahir itu seolah-olah menegaskan kecantikkan dan kecerdasannya.
Baca Juga : Zidane, Tuchel, dan Tuhan
Baca Juga : Korupsi dan Ketidakadilan Gender
3
Saya menyukai kecerdasan, tawa, dan matanya yang bulat. Ngobrol berjam-jam dengannya memberikan kesejukan tersendiri–seperti minum es kelapa setelah memenangkan pertandingan final turnamen sepak bola.
Dia suka bernyanyi, dan bercerita, tentu saja berkat kecerdasan bawaannya dan terutama karena tanda lahir itu. Keinginan mengecup bibirnya saat dia bercerita dan bernyanyi, sulit saya hindari.
Saya selalu tergoda mengatakan bahwa dia cantik, dan dia selalu bilang, “Sudah selayaknya perempuan itu cantik. Karena perempuan memang ditakdirkan untuk menjadi cantik.”
Jawaban itu terdengar seperti ungkapan kerendahan hati orang cerdas—yang cantik.
Baca Juga : Kemenangan Barcelona di Mata Seorang Madridista Setengah Moderat
Baca Juga : Perjalanan Panjang El Barca Sebelum Buka Puasa di La Cartuja
4
Saya menyukainya dengan sangat—saya yakin F. tahu itu, sebab bagaimana pun juga dia seorang wanita cerdas yang pandai membaca intensi cahaya bola mata.
Lalu pada akhirnya pertahanan saya benar-benar runtuh: Saya mengakui telah jatuh cinta padanya. Itu salah satu dari sedikit kejujuran yang tidak akan pernah saya sesali sepanjang sisa hidup saya yang entah berapa lama lagi.
Baca Juga : Catatan Pendek Pasca Pekan Berat Real Madrid
Baca Juga : Masyarakat Risiko, Terorisme, dan Kemanusiaan Kita
5
Kata orang, pintu masuk menuju hati wanita itu telinga, dan gerbang hati laki-laki adalah mata. Saya tipe laki-laki yang suka jatuh cinta pada kecantikan yang terekam mata.
Tapi, tanpa saya sadari, F. telah mengubah banyak hal dalam hidup saya, termasuk akses masuk ke hati. Malam ini, pertanyaan “Kaka apa kabar?”darinya telah menjadi lebih dari cukup untuk membuat saya tidur nyenyak.