Economic Hit Man
Datangnya demokratisasi dan otonomi daerah sejak 1999 memberi sumbangan signifikan bagi meluasnya bandit berkeliaran ini. Bila tesis Olson benar, sebenarnya demokrasi tidak mempunyai masa depan di Indonesia. Meski saat ini kita sudah berdemokrasi, namun bukan demokrasi yang bertahta di sana melainkan bandit-bandit demokrasi dan munculnya ekonomi tangan kotor (economic hit man) sebagai yang bertahta.
Bangkrutmnya Indonesia ” karena korban permainan “economic hit man” atau yang diplesetkan ekonomi tangan kotor. Lembaga ekonomi dunia IMF dan Bank Dunia yang kelihatannya “baik” malah menjadikan negara pengutang sebagai korban. Utang melumpuhkan negara itu sendiri. Ternyata banyak faktor yang terlibat di dalamnya.
Dalam buku, Confessions of an Economic Hit Man (2004), karangan John Perkin. Pekerjaannya mengidentifikasi negara yang memiliki sumber daya, bisa minyak atau lainnya, kemudian pihaknya mengatur pinjaman kepada negara itu, tapi uang yang dipinjamkan tidak pernah sampai ke negara itu, melainkan kembali ke perusahaannya dalam bentuk pembangunan jalan, pembangkit listrik yang malah menguntungkan para orang kaya maupun korporasinya sendiri. Akhirnya negara tersebut memiliki utang besar.
Bisa menjadi benar jika menyimak tulisan Perkis yang mengatakan ” The debted state is a servant to the corporatocracy … today we have a global empire, and it is not an American kingdom. This is not a national kingdom … It’s a corporate empire, and big corporations are ruling. Once the country is in debt, it will return to the country with another mask of the IMF. The IMF makes demands for the owed state to increase taxes, reduce spending, sell public sector utilities to private companies, privatize state assets and essentially become slaves. The World Bank, the IMF and the European Union are only tools of big companies, what I call “corporatocracy”. After being unable to pay, finally lift the white flag, surrender”.
Selama ini kita terjebak dalam pemikiran liciknya, IMF dan kawan-kawannya membuat kamuflase dengan menyebut perekonomian negara target tumbuh baik. Hal itu yang dijual ke politisi-politisi negara target, namun yang sebenarnya terjadi yang kaya semakin kaya dan kesenjangan makin luas.
Negara-negara yang menjadi targetnya adalah negara -negara yang memiliki sumber kekayaan alam mumpuni. kaya minyak, mineral dan sebagainya ataupun pasar bebas hingga tenaga kerja murah. Negara yang berutang akan mengadopsi kebijakan IMF cs, seperti perusahaan utilitas milik publik, air, transportasi, kepada perusahaan-perusahaan besar.
Selanjutnya yang akan terjadi adalah privatisasi-privatisasi. Memungkinkan mereka untuk membangun pangkalan militer di negara itu. Negara berhutang akan menjadi hamba korporatokrasi. Di dunia ini, sesungguhnya yang memerintah adalah kekaisaran global. Perusahaan itu mengendalikan politik Amerika Serikat, dan untuk tingkat besar mereka mengontrol banyak kebijakan negara-negara seperti China maupun seluruh dunia.
Korporatokrasi merujuk kepada sebuah kekaisaran global yang dibangun oleh tiga pilar yaitu korporasi, perbankan dan pemerintahan. Berbagai korporasi besar, bank dan pemerintahan bergabung menyatukan kekuatan finansial dan politiknya untuk memaksakan masyarakat dunia mengikuti kehendak mereka.
Lalu apakah dengan membaca ramalan Olson itu dan melihat kondisi Indonesia saat ini kita menjadi kollapse State atau weak state? Kesimpulan: we are quite concerned but there is no need to panic.
Selain resiko secara filsafat bubarnya suatu negara yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah kemungkinan seperti berikut ini. Dan mungkin ini yang paling dirasakan oleh masyarakat, seperti al: 1) Pasar saham akan crash 2) Semua lembaga keuangan akan gagal 3) Program pendanaan pemerintah akan berakhir sehingga tidak ada lagi jaminan bagi masyarakat, seperti kesehatan, pertahanan, keamanan, pendidikan, dukungan infrastruture seperti jalan dan lainnya.
Ketika sebuah negara bangkrut, maka banyak sistem di negara tersebut yang selama ini menjadi ketergantungan rakyatnya hilang. Seperti, penghentian pasokan listrik, aparat keamanan tak lagi bekerja, penutupan pompa bensin, toko-toko kehabisan stok makanan, pekerja pos berhenti mengirim email, bank tutup dan lainnya. 4) Pelaku bisnis akan menutup usaha mereka sehingga tidak ada lagi pekerjaan. 5). Ekspor dan produksi sulit 6).Terjadi kerusuhan massal sementara aparat keamanan tidak ada. 7) Setiap orang akan mulai saling melakukan segala cara untuk mendapatkan pasokan makanan (homo homini lupus) 8). Orang kaya akan menguasai negara dan mengubah sistem demokrasi menjadi kediktatoran.9). Korupsi merajalela dan justru dilakukan oleh lembaga yang sebenarnya mempunyai tugas pokok melindungi rakyat, masyarakat, dan negara terhadap gangguan korupsi itu. 10). Hutang luar negeri yang semakin menumpuk.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya