Strategi Kampanye Capres Menuju Pemilu 2024

- Admin

Selasa, 3 Oktober 2023 - 11:12 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Dinamika dunia politik tahun ini semakin bergejolak. Hal ini bisa dilihat dari gerakan-gerakan baru para bakal calon Presiden dalam menyambut pesta demokrasi tahun 2024 mendatang. Sampai sejauh ini, telah terkonfirmasi melalui beragam media mengenai tokoh-tokoh yang sudah siap mencalonkan diri dalam pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2024-2029. Adapun Anies Baswedan, menjadi orang pertama yang mendeklarasikan secara resmi bahwa dirinya siap mendaftarkan diri menjadi bakal calon Presiden. Disusul oleh dua bakal calon lainnya yaitu Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Dilansir dari media CNBC Indonesia, elektabilitas bakal calon presiden Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto terus mengalami dinamika perubahan berdasarkan hasil survei Poligov di bulan September 2023. Poligov menyelenggarakan survei pada tanggal 5-11 September 2023, dengan jumlah responden 1.200 di 34 provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui distribusi kuisioner aplikasi dengan sistem berbasis nomor HP dan pembatasan 1 Ip adress.

Margin of error yang ditetapkan dalam survei ini adalah 2,8%-3%. Direktur Eksekutif Poligov Tri Andika menyatakan dalam survei yang dilakukan pada 5-11 September 2023, Prabowo dan Ganjar masih bersaing ketat dalam simulasi 3 nama capres. Elektabilitas Prabowo sebesar 33,58%, Ganjar 33,08%, dan Anies 15,83% (cnbcindonesia.com).

Baca juga :  Tujuh Cara Bergembira dalam Politik ala Relawan Pendekar Indonesia

Tentu saja dalam menjalankan berbagai program kampanye, masing-masing tim pendukung ketiga bacapres ini mesti memikirkan berbagai strategi yang tepat sasaran agar bisa mendapatkan suara rakyat. Dalam memahami strategi politik, konteks komunikasi yang dilangsungkan tidak hanya berpacu pada beradu gagasan program kerja, tetapi lebih dari itu, tim pendukung perlu menyiapkan beberapa konteks strategi komunikasi politik yang bertolak pada model persuasive approachment, seperti, merumuskan pesan dan visi yang Jelas.

Calon presiden harus memiliki pesan yang jelas dan visi yang kuat untuk masa depan negara. Pesan ini harus mudah dipahami oleh pemilih dan harus memotivasi mereka untuk mendukung calon tersebut. Pesan khusus perlu dirumuskan untuk berbagai tipe kelompok pemilih, karena pemilih memiliki kepentingan dan perhatian yang berbeda. Oleh karena itu, kampanye harus merancang pesan yang khusus untuk berbagai kelompok pemilih, seperti pemilih muda, pemilih tua, minoritas, dan lain-lain.

Selanjutnya, dalam proses penyampaian pesan, penggunaan media yang efektif untuk menyampaikan pesan adalah kunci. Hal ini termasuk pidato di depan umum, wawancara di media, dan kampanye di berbagai platform. Strategi lainnya adalah melakukan pemasaran digital. Kehadiran media online yang kuat sangat penting dalam politik modern. Kampanye perlu memiliki situs web yang informatif dan interaktif, serta aktif di media sosial untuk berkomunikasi dengan pemilih secara langsung.

Baca juga :  Perempuan dan Pemilu Serentak 2024

Selain memperhatikan desain kampanye berbasis online, kampanye berbasis lapangan juga perlu dikuatkan. Meskipun digital penting, kampanye lapangan juga memiliki peran penting dalam membangun dukungan, termasuk kunjungan ke berbagai daerah, pertemuan dengan kelompok pemilih, dan turut berpartisipasi dalam berbagai acara lokal.

Dalam masa-masa persiapan pemilihan, para bacapres juga nantinya akan mengikuti berbagai acara debat publik yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Tentunya, persiapan yang baik untuk debat publik perlu disiasati secara cermat. Masing-masing bacapres dan bawacapres harus mampu mengkomunikasikan pandangan mereka secara efektif dan merespons pertanyaan dengan jelas.

Strategi lainnya yang tidak kalah penting adalah membangun relasi yang baik dengan para stakeholders partai dalam hal ini kita menyebutnya tim Koalisi partai dan kemenangan. Membangun koalisi dengan kelompok dan individu yang memiliki pengaruh besar dalam politik dapat membantu dalam kampanye komunikasi. Dukungan dari tokoh terkemuka, partai politik, dan kelompok advokasi dapat memperkuat pesan dan basis dukungan.

Dalam menjaga keseimbangan gerakan politik, diperlukan strategi khusus dalam tatanan manajemen krisis tim kemenangan. Selama kampanye, tim kemenangan harus siap menghadapi kontroversi atau krisis yang mungkin akan muncul. Mereka harus memiliki tim yang terlatih untuk merespons dengan cepat dan efektif. Untuk meminimalisir berbagai polemik krisis, diperlukan strategi lainnya, seperti melakukan edukasi pemilih dan menganalisis data.

Baca juga :  Sejumlah Catatan Kritis Pers dan Warganet terhadap Amicus Curiae dan Dissenting Opinion dalam Putusan MK

Kampanye juga bisa menjadi kesempatan untuk mendidik pemilih tentang isu-isu kunci dan posisi calon. Hal ini bisa dilakukan melalui materi kampanye, debat, atau forum publik. Memanfaatkan data pemilih untuk memahami tren dan preferensi pemilih dapat membantu mengarahkan upaya komunikasi dengan lebih baik. Analisis data dapat membantu mengidentifikasi wilayah yang perlu mendapatkan perhatian lebih dan menyesuaikan pesan kampanye.

Dari berbagai strategi di atas, yang perlu dikuatkan juga adalah komitmen transparansi dari masing-masing tim kemenangan. Penting untuk membangun kepercayaan dengan pemilih. Masing-masing tim kemenangan harus berkomitmen untuk transparan dalam segala hal, termasuk sumber pendanaan kampanye. Lebih dari itu, pastikan kampanye mematuhi semua aturan dan regulasi pemilu. Pelanggaran hukum dapat merusak reputasi dan kredibilitas bacapres dan bawacapres itu sendiri.

Hermina Surya (22/509723/PSP/07831

Universitas Gadjah Mada. Department of Communication Science – Fisipol.

Email: Herminasurya@gmail.ugm.ac.id.

Komentar

Berita Terkait

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?
DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?
Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan
Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Berita ini 58 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA