Plus Minus Jika Ganjar Pranowo Diduetkan dengan Ridwan Kamil

- Penulis

Selasa, 25 April 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Ganjar Pranowo butuh cawapres yang bisa perluas basis dukungan. Elektabilitasnya memang selalu tinggi, tapi jaraknya dengan Anies Baswedan dan Prabowo Subianto terbilang cukup rawan.

Selain potensial untuk saling “nyalip,” tiga tokoh ini punya satu kelemahan yang sama: mereka punya keterbatasan dalam penguasaan arena politik.

Elektabilitas mereka kuat di wilayah tertentu, tapi cenderung lemah di wilayah lain; kuat di kelompok sosial-ekonomi tertentu, tapi lemah di kelompok lain.

Anies misalnya, sangat kuat di wilayah aglomerasi Jabodetabek, tapi (menurut Waketum NasDem Ahmad Ali) lemah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Begitu juga dengan Ganjar. Ganjar kuat di Pulau Jawa, tapi cenderung lemah di luar Jawa. Dalam survei terbaru Litbang Kompas, (Kompas.id, 25/5/2023) ditunjukkan bahwa 64,1 persen pendukung Ganjar berdomisili di Pulau Jawa.

Dari sisi status (pendidikan, sosial-ekonomi, usia, dan jenis kelamin), sebaran pendukung Ganjar juga tidak merata.

Pendukung terbanyak Ganjar berasal dari golongan masyarakat dengan latar belakang pendidikan menengah (47,6 persen), sosial ekonomi menengah ke bawah (44,0 persen), usia 24-40 (41,5 persen), dan berjenis kelamin laki-laki (53,5 persen).

Keterbatasan yang dialami Ganjar ini (yang juga dialami Anies dan Prabowo) serentak membuat kehadiran seorang cawapres menjadi sangat signifikan. Seperti kata Jufuf Kalla, seorang cawapres harus bisa memperluas basis dukungan.

Dalam konteks ini, bagaimana kalau seandainya Ganjar diduetkan dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil? (Selepas Shalat Idul Fitri kemarin, Presiden Jokowi menyebut nama Ridwan di antara tujuh tokoh yang dianggap layak dampingi Ganjar).

Dari sisi penguasaan wilayah politik, sekilas terlihat Ganjar dan Ridwan punya basis yang sama: Pulau Jawa (Ridwan Kamil punya 63,0 persen suara Ridwan Kamil berasal dari masyarakat di Pulau Jawa).

Kalau tujuannya memperluas basis dukungan, kenyataan ini buruk; tapi untuk perkuat dukungan, ini menjadi point plus.

Namun, perlu diketahui bahwa pendukung mereka terkonsentrasi di wilayah yang berbeda di Pulau Jawa. Ganjar di Jawa Tengah dan Yogyakarta (39,5%) dan Ridwan Kamil kuat di Jawa Barat (44,0%).

Kalau dilihat dari perbedaan sebaran pendukung ini, keduanya bisa saling melengkapi. Ridwan Kamil tentu saja bisa “mencuri” suara pendukung Anies Baswedan yang berasal dari kota-kota seperti Bogor, Depok, dan Bekasi.

Keduanya juga bisa saling melengkapi dalam hal merebut suara pemilih berdasarkan kategori jenis kelamin. Ganjar raup suara pemilih pria (53,5 persen pendukungnya adalah pria) dan Ridwan Kamil mampu mengamankan suara pemilih wanita (56,1 persen pendukungnya adalah wanita).

Begitu juga dari sisi usia. Ridwan Kamil yang kuat di segmen pemilih usia 60 tahun ke atas (14,5%) mampu menutupi kelemahan Ganjar di segmen ini (3,7%). Untuk urusan merebut suara milenial/gen Z, keduanya bisa saling memperkuat.

Untuk memperluas basis dukungan di luar Pulau Jawa, Ganjar dan Ridwan agak sulit saling menolong. Sebaran pendukung terbesar dari keduanya sama-sama berada di Sumatera (44,7 dan 51,6 persen).

Mereka diketahui sama-sama lemah di wilayah lain. Ini yang menjadi pekerjaan rumah dari tim sukses mulai hari-hari ini. Popularitas Ganjar (dan Ridwan) harus terus ditingkatkan.

Berita Terkait

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?
DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?
Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan
Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Berita ini 40 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Selasa, 25 Juni 2024 - 08:31 WITA

Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Berita Terbaru

Agama

Yubileum, Nangahale & Bulldozer Pongah

Minggu, 26 Jan 2025 - 08:12 WITA

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA

Politik

Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan

Selasa, 25 Jun 2024 - 08:31 WITA