Tag: Capres

  • Plus Minus Jika Ganjar Pranowo Diduetkan dengan Ridwan Kamil

    Plus Minus Jika Ganjar Pranowo Diduetkan dengan Ridwan Kamil

    Indodian.com – Ganjar Pranowo butuh cawapres yang bisa perluas basis dukungan. Elektabilitasnya memang selalu tinggi, tapi jaraknya dengan Anies Baswedan dan Prabowo Subianto terbilang cukup rawan.

    Selain potensial untuk saling “nyalip,” tiga tokoh ini punya satu kelemahan yang sama: mereka punya keterbatasan dalam penguasaan arena politik.

    Elektabilitas mereka kuat di wilayah tertentu, tapi cenderung lemah di wilayah lain; kuat di kelompok sosial-ekonomi tertentu, tapi lemah di kelompok lain.

    Anies misalnya, sangat kuat di wilayah aglomerasi Jabodetabek, tapi (menurut Waketum NasDem Ahmad Ali) lemah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

    Begitu juga dengan Ganjar. Ganjar kuat di Pulau Jawa, tapi cenderung lemah di luar Jawa. Dalam survei terbaru Litbang Kompas, (Kompas.id, 25/5/2023) ditunjukkan bahwa 64,1 persen pendukung Ganjar berdomisili di Pulau Jawa.

    Dari sisi status (pendidikan, sosial-ekonomi, usia, dan jenis kelamin), sebaran pendukung Ganjar juga tidak merata.

    Pendukung terbanyak Ganjar berasal dari golongan masyarakat dengan latar belakang pendidikan menengah (47,6 persen), sosial ekonomi menengah ke bawah (44,0 persen), usia 24-40 (41,5 persen), dan berjenis kelamin laki-laki (53,5 persen).

    Keterbatasan yang dialami Ganjar ini (yang juga dialami Anies dan Prabowo) serentak membuat kehadiran seorang cawapres menjadi sangat signifikan. Seperti kata Jufuf Kalla, seorang cawapres harus bisa memperluas basis dukungan.

    Dalam konteks ini, bagaimana kalau seandainya Ganjar diduetkan dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil? (Selepas Shalat Idul Fitri kemarin, Presiden Jokowi menyebut nama Ridwan di antara tujuh tokoh yang dianggap layak dampingi Ganjar).

    Dari sisi penguasaan wilayah politik, sekilas terlihat Ganjar dan Ridwan punya basis yang sama: Pulau Jawa (Ridwan Kamil punya 63,0 persen suara Ridwan Kamil berasal dari masyarakat di Pulau Jawa).

    Kalau tujuannya memperluas basis dukungan, kenyataan ini buruk; tapi untuk perkuat dukungan, ini menjadi point plus.

    Namun, perlu diketahui bahwa pendukung mereka terkonsentrasi di wilayah yang berbeda di Pulau Jawa. Ganjar di Jawa Tengah dan Yogyakarta (39,5%) dan Ridwan Kamil kuat di Jawa Barat (44,0%).

    Kalau dilihat dari perbedaan sebaran pendukung ini, keduanya bisa saling melengkapi. Ridwan Kamil tentu saja bisa “mencuri” suara pendukung Anies Baswedan yang berasal dari kota-kota seperti Bogor, Depok, dan Bekasi.

    Keduanya juga bisa saling melengkapi dalam hal merebut suara pemilih berdasarkan kategori jenis kelamin. Ganjar raup suara pemilih pria (53,5 persen pendukungnya adalah pria) dan Ridwan Kamil mampu mengamankan suara pemilih wanita (56,1 persen pendukungnya adalah wanita).

    Begitu juga dari sisi usia. Ridwan Kamil yang kuat di segmen pemilih usia 60 tahun ke atas (14,5%) mampu menutupi kelemahan Ganjar di segmen ini (3,7%). Untuk urusan merebut suara milenial/gen Z, keduanya bisa saling memperkuat.

    Untuk memperluas basis dukungan di luar Pulau Jawa, Ganjar dan Ridwan agak sulit saling menolong. Sebaran pendukung terbesar dari keduanya sama-sama berada di Sumatera (44,7 dan 51,6 persen).

    Mereka diketahui sama-sama lemah di wilayah lain. Ini yang menjadi pekerjaan rumah dari tim sukses mulai hari-hari ini. Popularitas Ganjar (dan Ridwan) harus terus ditingkatkan.

  • Andika Perkasa Alternatif Kuat di Bursa Capres

    Andika Perkasa Alternatif Kuat di Bursa Capres

    Siaran Pers Indonesia Center for Society and Culture (ICSC)

    Indodian.com – Nama-nama dalam bursa calon Presiden Republik Indonesia (RI) semakin dinamis. Diskusi terkait Pemilihan Umum 2024 pun makin menarik dibahas. Selain Anies Baswedan, Puan Maharani, Prabowo, Ganjar Pranowo, dan Erick Thohir, praktisi ekonomi dan pengembangan wilayah Dr. Hendrawan Saragi mengatakan, Andika Perkasa layak diperhitungkan masuk bursa calon Presiden RI.

    Merespons transisi kepemimpinan nasional ke depan, Saragi mengungkapkan parpol dan masyarakat sudah selayaknya mencari calon presiden alternatif di tengah keriuhan dan kejumawaan para oknum politikus saat ini.

    Saragi mengaku, “Tidak masalah jika ada pihak yang mengusulkan nama Andika ke dalam bursa capres,” Jakarta Selatan (27/9/2022). Ia bahkan mempersilakan masyarakat meminta jendral bintang empat itu bekerja untuk masyarakat dengan menjadi Presiden di tahun 2024.”

    Saragi menilai Andika tahu persis kebahagiaan rakyat akan tumbuh apabila kebijakan perdamaian dan persahabatan dengan semua bangsa diimplementasikan.

    Ketika ditanya, “Apakah Jendral Andika Perkasa adalah presiden yang hebat nantinya?” Saragi menjawab, “Jika kita mendefinisikan kehebatan sebagai seberapa jauh seorang Andika Perkasa Sang Panglima TNI memimpin Indonesia menuju negara militer yang intervensionis dan agresif, maka beliau gagal memenuhi syarat. Namun, jika kita mendefinisikan kehebatan sebagai seberapa baik seorang Jendral mempertahankan prinsip-prinsip yang tulen dari Undang-Undang Dasar 1945 dan kebebasan sipil yang telah kita perjuangkan dalam Reformasi, maka beliau sangat layak untuk digolongkan di antara pemimpin negara ekselen tentunya.”

    Alumni ITB itu menambahkan, “Jauh dari ide utopis, saya kira visi dan kebijakan Jendral Andika didasarkan pada pemahaman realistis tentang situasi geopolitik Indonesia di dunia Asia Pasifik.”

    Kelebihan Andika juga terletak pada figurnya yang dicintai karena ketulusan dan keahliannya, kombinasi kualitas yang langka di negara saat ini. Kualitas yang tidak dapat dibeli, dipinjam, atau dipalsukan,” ujar pria yang pernah tinggal di Rotterdam, Belanda itu.

    Lebih lanjut ia menilai Andika mampu membuat hubungan antara TNI dan Polri berjalan sinergis dan harmonis. Kapabilitas semacam ini dibutuhkan Indonesia yang sedang dipolitisasi secara berbahaya, ujarnya.

    Andika dinilai sebagai figur yang bersih dan punya pola makan yang sehat. “Itu bisa menjadi nilai tambah,” kata Saragi. Andika dengan vitalitas, kekuatan, dan energinya yang luar biasa dan kegemarannya berolahraga, bisa menjadi teladan hidup sehat bagi rakyat. Pula, menantu Hendropriyono itu adalah sosok yang tidak pernah melewatkan hari kerja atau acara bersama dengan masyarakat dan prajurit. Hal ini adalah contoh kecil dari sekian banyak teladan baik Andika, terang Saragi.

    Reformasi Birokrasi

    Secara terpisah, Ketua Indonesia Center for Society and Culture (ICSC) Dedy Mahendra Dedy melihat, pasca dua periode Joko Widodo (Jokowi) masyarakat membutuhkan figur yang lebih baik dari mantan Gubernur DKI 2012-2014 itu. Ia mengungkapkan, tantangan utama negeri ini ada pada reformasi birokrasi dan praktik korupsi. “Tidak mungkin Indonesia bisa maju jika praktik korupsi masih merajalela. Ke depan pemimpin Indonesia harus lebih mendorong lembaga penegakan hukum untuk tegas kepada pelaku korupsi,” terang Dedy di Surabaya (27/9/2022).

    Pernyataan Dedy ini tampak didasarkan pada fenomena bahwa Indonesia mulai memasuki masa transisi kepemimpinan nasional yang turut mengubah banyak hal. Menurut pakar bisnis start up itu, masih ada harapan bagi Indonesia untuk bangkit menjadi negara yang hebat di dunia. “Yang penting Indonesia harus punya pemimpin yang kuat karakternya,” terangnya.

    “Andika merupakan figur yang layak menjadi alternatif bagi partai-partai untuk dijadikan capres di 2024. Saya kira tidak ada masalah dalam kemampuan Jendral Andika, beliau layak dipertimbangkan sebagai capres yang diusung partai-partai,” kata Dedy.

    Alumni sekolah bisnis di Madrid, Spanyol itu menyatakan, “Anda perhatikan, sebagai Panglima TNI pencurahan cinta yang diberikan Pak Andika kepada para prajurit menunjukkan sejauh mana reformasi kemanusiaan yang adil dan beradab itu memang hidup dalam diri Jendral Andika. Beliau bisa membumikan ide reformasi ke dalam tugas dan tanggung jawabnya.”