Tantangan Efisiensi Konsumsi Masyarakat
Sepanjang tahun, Pelabuhan Podor hanya memberikan kontribusi yang sangat signifikan pada bulan-bulan tertentu saja, terutama pada bulan Juni hingga September.
Selain karena cuaca sangat mendukung untuk perjalanan laut, intensitas keluar masuk-kapal dari dan menuju Pelabuhan Podor serta kapasitas penumpang kapal sangat tinggi.
Sementara pada bulan lainnya, kapal-kapal akan bersandar di pelabuhan lain karena infrastruktur Pelabuhan Podor tidak cukup mampu menampung kapal yang masuk, apalagi jika saat itu adalah musim gelombang.
Dampaknya, masyarakat harus pergi ke pelabuhan di desa lainnya, seperti Pelabuhan Menanga di desa Menanga yang jaraknya ± 8 km atau Pelabuhan Lewo Kaha di desa Wulublolong yang jaraknya ± 2 km dengan mengendarai sepeda motor. Infrastruktur jalan menuju desa tersebut pun masih cukup parah.
Baca Juga : Belajar dari Ketajaman Pendengaran Kaum Difabel
Baca Juga : Bagaimana Peran Media Dalam Melawan dan Menghapuskan Kekerasan Terhadap Anak?
Akibatnya, pengeluaran yang harus disiapkan oleh masyarakat desa untuk transportasi menuju Larantuka bisa meningkat 3 kali lipat. Sebagai gambaran, jika masyarakat Desa Lewohedo ingin pergi ke Larantuka dari Pelabuhan Podor, untuk transportasi saja, mereka hanya perlu menyiapkan Rp 30.000,00 untuk tiket pulang-pergi.
Jika mereka hendak pergi ke Larantuka dari pelabuhan di desa lain, ongkos yang mereka siapkan bisa mencapai Rp90.0000,00 dengan rincian tiket kapal pulang-pergi Rp50.000,00 ditambah ongkos ojek pulang-pergi sebesar Rp40.000,00.
Kondisi ini biasanya terjadi pada musim-musim gelombang pada bulan Desember hingga Maret. Hal ini disayangkan, mengingat intensitas penumpang dari dan menuju Solor, terutama di akhir dan awal tahun cukup tinggi.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya