Indodian.com – Saat ini, menyontek sudah menjadi kebiasaan sebagian besar pelajar. Cara menyontekpun semakin ke sini semakin beragam dan canggih. Ada beragam alasan orang menyontek di antaranya tekanan mendapatkan nilai yang tinggi, kegagalan mengelola waktu, kurangnya motivasi belajar dan budaya tidak menghargai integritas akademik. Senada dengan data tersebut, professor of computer science, Erick Roberts seperti dilansir laman Stanford Report, mengatakan kegagalan mengolah waktu dan kurangnya motivasi belajar ditambah tekanan mendapat nilai tinggi membuat siswa stres dan membuat mereka melakukan berbagai cara untuk mendapat nilai dan salah satunya adalah menyontek.
Tindakan menyontek akan menjadi sebuah kebiasaan bila tindakan tersebut mengalami keberhasilan pada percobaan perdana. Menurut Sarah Sparks dalam studies find cheaters overinflate academic ability, orang yang berhasil menyontek pada akhirnya akan menyontek lagi. Dengan alasan menenangkan hati, kebiasaan ini akan membuat seseorang mengalami ketergantungan dan dilakukan secara terus menerus dan kelak tindakan ini akan menjadi habitus.
Konsekuensinya ialah degradasi moral pada seseorang yang sering menyontek. Kepekaan hati nuraninya akan tergerus. Rusaknya moral pada pelajar akan berdampak buruk bagi masa depan bangsa dan masa depan dunia pendidikan terutama integritas akademik, sehingga berdampak pada tergerusnya eksistensi cita-cita bangsa yang tertuang dalam undang-undang dasar tahun 1945 yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Lalu bagaimana generasi atau pelajar saat ini bisa mencerdaskan kehidupan generasi bangsa yang akan datang, sedangkan menyontek sudah mengakar dalam tubuh generasi “pelajar” sekarang ini? Dilansir Verywellfamily, salah satu professor Rutgers University, Donald McCabe, melakukan survei yang melibatkan siswa sekolah menengah dan hasilnya 64% siswa mengaku menyontek saat ujian.
Tindakan menyontek yang sudah mengakar dan perlahan menggerus eksistensi cita-cita bangsa akan merembes ke semua bidang hidupan baik ekonomi, politik dan lain sebagainya, karena dangkalnya pemahaman akan ilmu pengetahuan. Tergerusnnya eksistensi cita-cita bangsa ini akan melahirkan masalah baru diantaranya; hilangnya rasa tanggung jawab, hilangnya rasa keadilan, hilangnya percaya diri yang akan berpengaruh juga pada moral dari orang yang manyontek tersebut.
Dampak lain menyontek juga ialah berkurangnya daya kreativitas dalam diri, yang akan berdampak buruk bagi bangsa. Sumber daya manusia adalah hal yang vital bagi sebuah bangsa agar tetap terjaga persatuan dan kesatuannya. Tergerusnya eksistensi cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa akan menggerus juga cita-cita bangsa yang lain diantaranya menjaga kedamaian dan ketertiban dunia, karena mereka akan lebih mengandalkan otot daripada otak.
Tergerusnya eksistensi cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa akan membuat bangsa ini kehilangnya arah. Hal ini berarti bahwa Indonesia akan kehilangan eksisistensinya jika nanti negara ini dipimpin oleh orang-orang tak bertanggung jawab seperti ini. Salah satu pengaruh dari menyontek ialah kurangnya daya kreativitas dan hilangnya rasa tanggung jawab.
Rusaknya moral akibat menyontek akan berakibat fatal bagi sebuah negara karena sumber daya manusia yang tidak memadai yang akan merembes atau membias dan menimbulkan masalah-masalah moral, seperti; orang lebih mengedepankan otot daripada otak (nalar), orang lebih memilih hal-hal yang bersifat instan tanpa berpikir matang-matang akan akibat dari perbuatan dan orang yang terbiasa menyontek akan mengabaikan suara hati.
Mencerdaskan kehidupan bangsa akan sukar atau bahkan tidak dapat tercapai jika budaya menyontek tidak ditanggapi secara intens atau serius. Karena sekolah-sekolah hanya menghasilkan benih-benih yang tidak baik, yang malah membuat bangsa dan generasi bangsa yang akan datang hancur dan kehilangan arah untuk melangkah mengapai cakrawala kesempurnaan terutama tercapainya cita-cita bangsa “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Oleh karena itu, pelajar perlu menghilangkan kebiasaan buruk ini dengan berani dan memulai langkah untuk keluar dari kenyamanan yang hanya sementara dengan bijak mengatur waktu belajar dan mengembangkan kreativitas dan daya pikir kritis.
Penulis : Fransiskus Erick Saputra Pantur