Media Harus Bersuara Kuat

- Admin

Sabtu, 7 Mei 2022 - 09:15 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bersuara Kuat

Saya tidak punya pengetahuan cukup menilai, apakah Indodian.com bagian dari oligarki. Namun sekurang-kurangnya media Indodian.com, merujuk Jurnalis Inggirs,  Grigori, dalam,  Media As The Light Of Truth, 1986 mengatakan,  it was not enough for the media to just bear the title as a news processing machine and then be complacent. But more than that, the media must have the soul or ability to defend human dignity (media tidak cukup sekadar menyandang predikat sebagai mesin pengolah berita, lalu puas diri.  Namun lebih dari itu  media harus memiliki jiwa atau kemampuan membela martabat manusia.

Sebutan media menurut Grigori   

must have human nature. Namely, having strong moral traits, strong character, broad-minded, and strong voice. Therefore, the media as an institution that favors humans, plays a role in devoting itself to truth, goodness, justice, peace and beauty (harus mewakili sifat kemanusiaan manusia. Yaitu, memiliki sifat-sifat moral yang kuat, karakter yang kuat, berwawasan luas, serta bersuara kuat. Oleh karena itu media sebagai lembaga yang berpihak kepada manusia, berperan mengabdikan dirinya kepada kebenaran, kebaikan, keadilan, kedamaian dan keindahan).

Baca juga :  Makan Siang, “Pertobatan”, dan Masa Depan Indonesia

Indodian.com sebagai sebuah media, saya percaya, selalu menyuarakan suara kaum tak bersuara (voice of voiceles). Indodian.com, dalam kamusnya, hendaknya tak pernah lelah memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan walaupun langit runtuh.

Saya teringat dengan Socrates, sang cendekiawan menjelang kematiannya ia menyebut dirinya “lalat liar”. Ia mengatakan “… mungkin kedengarannya lucu, saya seperti seekor lalat liar di tengkuk seekor kuda”. Kuda adalah pemerintah atau masyarakat yang lelap terlena dalam berbagai kebusukan karena pengabaian nilai-nilai luhur manusiawi. Ia berjuang untuk menegakkan nilai-nilai itu.

Baca juga :  Strategi Politik Populis dan Stagnasi Demokratisasi di Indonesia

Socrates ingin mewariskan suatu pesan pada media Indodian.com, termasuk jurnalisnya. Media  atau jurnalis tidak boleh hidup  aman dalam ketentraman  palsu dan stabilitas semu. Indondian.com, harus berperan sebagai “lalat liar”. Kehadirannya di tengah publik tidak membuat lagi yang terlena dalam kebusukan tetapi mengganggunya agar terbangun dari tidurnya. Ini peran media; harus memberi kesaksian agar kehidupan ini terjaga.

Grigori mengklasifikasikan media ke dalam lima kelompok. Pertama, kelompok media sejati, mereka selalu menghadapi persoalan secara konsisten. Kedua, kelompok media profesional, namun tidak rela demi profesinya. Ketiga, kelompok media pengecut, mereka mudah dipengaruhi serta diubah oleh situasi dimana saja mereka berada. Keempat, kelompok media pembuat rusuh, mereka hanya mau menciptakan sesuatu yang lain, yang biasa menimbulkan kerusuhan sebagai reaksi dari masyarakat. Kelima, kelompok media pengusaha (oligark) mereka berprofesi sebagai media dalam kerangka penguasa  dan selalu memperjuangkan kepentingan pengusahan sebagaimana awal tulisan ini..

Baca juga :  Kemerdekaan dan Upaya Jalan Pulang pada Pancasila

Tugas media kini memang makin tidak gampang. Dewasa ini kehadiran media harus bersuara kuat. Dunia kita ini terlalu riuh oleh aneka kejahatan yang melembaga, didukung oleh banyak orang.   Bila media tidak kuat ia akan beralih profesi, tidur bersama banyak orang dalam  pengabaian nilai-nilai luhur manusiawi.

Kita berharap kehadiran Indodian.com, tampak semakin jelas dalam latar belakang masyarakat yang semakin gelap. Untuk itu perlu ketangguhan pribadi media, karena bukan tidak mungkin  peristiwa Socrates terjadi lagi lalat liar dipukul mati. Dan seperti Socrates, pada saatnya media mengambil sikap bahwa  kehadiran fisiknya tidak penting lagi, yang penting kehadiran “gangguan” itu.  

Selamat ulang tahun, Serviens in Lumine Veritatis (melayani dalam cahaya kebenaran)

Komentar

Berita Terkait

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?
DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?
Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan
Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Berita ini 30 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA