Ketua KPK Memimpin Dengan Contoh; Contoh Korupsi

- Admin

Jumat, 24 November 2023 - 15:03 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menjadi pejabat publik memang tidak mudah, tetapi Firli memanfaatkan posisinya sebagai pimpinan KPK untuk bertindak sewenang-wenang seolah tak tahu malu. Apakah bagi Firli,  kode etik lembaga dan nilai antikorupsi bukanlah aturan dan hanya merupakan sederet saran? Firli Bahuri yang semestinya menjadi contoh dan teladan keberlanjutan perjuangan antikorupsi malah menjadi gambaran yang kontradiktif.

Baca juga :  Perempuan dan Pemilu Serentak 2024

Modal utama keberlangsungan lembaga seperti KPK adalah kepercayaan publik. Naasnya, kasus Firli semakin merusak kepercayaan publik terhadap lembaga yang semestinya menjadi garda terdepan pemberantasan korupsi. Tersangkanya seorang ketua KPK menjadi sinyal buruk gerakan anti korupsi di Indonesia. Masyarakat bisa berubah skeptis, apakah KPK masih merupakan Komisi Pemberantasan Korupsi atau Komisi Perlindungan Koruptor?

Baca juga :  Mengemohi Zombi Kapitalisme di Manggarai

Bukan hanya berdampak ke publik, perilaku buruk Firli juga menjadi ancaman dan dilema moral di antara pegawai KPK yang (mungkin) benar-benar memperjuangkan nafas panjang gerakan antikorupsi. Bagaimana mungkin pegawai KPK lainnya menjaga semangat perang melawan korupsi saat pemimpinnya turut menjadi penjahat alias koruptor? Ini mengaburkan visi KPK dan merusak motivasi internal dalam membangun barisan antikorupsi di Indonesia. Dalam konteks yang lebih luas, kejahatan yang dilakukan Firli tidak hanya mengkhianati amanat lembaga KPK, tetapi juga sebuah bentuk penghinaan dan pelemahan terhadap setiap upaya dan gerakan antikorupsi.

Komentar

Penulis : Maria Goreti Ana Kaka

Editor : Rio Nanto

Berita Terkait

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?
DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?
Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan
Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Berita ini 387 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 13 Juni 2024 - 18:26 WITA

SMP Notre Dame Wisudakan 70 anak Kelas IX

Jumat, 17 Mei 2024 - 17:05 WITA

Fakultas Filsafat Unwira Menggelar Diskusi AI dan Masa Depan Filsafat

Kamis, 25 April 2024 - 00:16 WITA

Sejumlah Catatan Kritis Pers dan Warganet terhadap Amicus Curiae dan Dissenting Opinion dalam Putusan MK

Selasa, 23 April 2024 - 22:42 WITA

Prodi Ilmu Pemerintahan Unwira Selenggarakan Seminar Hari Kartini

Selasa, 13 Februari 2024 - 13:56 WITA

Peredaran Hoaks Pemilu 2024 Masih Besar

Selasa, 28 November 2023 - 23:35 WITA

Fakultas Filsafat Unwira Adakan Seminar Internasional sebagai Bentuk Tanggapan terhadap Krisis Global    

Sabtu, 11 November 2023 - 11:33 WITA

Tujuan Politik adalah Keadilan bagi Seluruh Rakyat

Jumat, 23 Juni 2023 - 07:01 WITA

Komunitas Circles Indonesia: Pendidikan Bermutu bagi Semua

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA

Politik

Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan

Selasa, 25 Jun 2024 - 08:31 WITA