Kasus Pasung Baru di NTT Masih Saja Terjadi

- Admin

Senin, 18 September 2023 - 17:32 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada tanggal 16 September 2023, saya dan seorang relawan mengunjungi seorang pemuda yang dalam beberapa pekan terakhir menderita gangguan jiwa.

Ia tinggal bersama orangtua di sebuah kampung di wilayah Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, Pulau Flores, NTT.

Sudah dua pekan, dia dipasung. Pasung dua kaki pakai kayu balok dan pasung dua tangan. Pasung di kolong dapur berbentuk panggung.

Ketika kami kunjung, pasungan jenis ini sudah dibongkar. Pasung cuma dua tangan, pakai rantai baja ringan, ujung-ujungnya disatukan dengan gembok.

Pada dua kaki dan dua tangan bekas pasungan kayu tampak luka-luka yang cukup serius dan perlahan pulih.

Kenapa ia dipasung?

Tentu ada sekian banyak kisah di balik itu, antara lain bisa dipadatkan “ia pelaku kekacauan di kampungnya dan kampung-kampung sekitar. Ia lakukan kekerasan, sekalipun kemudian ia juga menjadi korban kekerasan.”

Baca juga :  Dua Imam di Flores Berjuang Memulihkan Martabat Manusia

Namun saya selalu fokus pada layanan kesehatan jiwa jika muncul pertanyaan “kenapa ia dipasung?”

Bahwasanya ia terpasung lantaran terlambat diberikan layanan medis. Terlambat lantaran keluarga tidak merasa bahwa anggotanya sedang sakit dan membutuhkan layanan medis.

Ketika ia lakukan kekacauan sosial dan dipasung, barulah kemudian keluarga mencari pertolongan medis.

“Ia harus rutin minum obat. Harus. Di Puskesmas terdekat sudah ada obat. Nanti perlahan akan pulih.”

“Kalau di puskesmas tidak ada obat, infokan kepada relawan agar kita mencari alternatif sumber lain.”

Baca juga :  Cerita Pensiunan Guru di Pelosok NTT yang Setia Mendengarkan Siaran Radio

Begitu saya mendorong keluarga untuk rutinitas terapi medik.

Namun ketika mengunjungi pasien itu kemarin, kita menemukan bahwa sudah kurang lebih tiga hari ia tidak minum obat lantaran obat habis. Keluarga tidak lagi mengurus obatnya.

Kenapa? “Belum ada waktu,” kata keluarga. “Masih sibuk,” kata yang lain.

Tentu ada banyak telaah dan edukasi terkait jawaban-jawaban ini. Namun saya selalu fokus kepada satu hal bahwa apa yang kita sudah edukasikan kepada keluarga konsumen kesehatan jiwa tidak selalu 100 persen direalisasikan.

Ada-ada saja cerita-cerita hambatan bagi rutinitas terapi yang tentu keluarga juga tahu bahwa akibat dari tidak rutinnya terapi medik akan berpengaruh pada melambatnya proses pemulihan, dan dengan demikian juga membuat lamanya derita pada pasien dan keluarga itu.

Baca juga :  Kiprah FKUB dalam Membangun Dialog Antaragama di Sikka

Nah lalu bagaimana mengatasinya?

Ya tidak lain dan tidak bukan adalah keluarga tidak boleh memakai alasan apa pun untuk tidak mengurus rutinitas terapi medik anggotanya yang sakit jika ingin anggotanya itu lekas pulih dan jika ingin penderitaan sosial lekas selesai. Itu saja poinnya, tak tedeng ulang aling.

Memadainya layanan medis di Puskesmas dan rumah sakit serta seriusnya respons keluarga konsumen kesehatan jiwa dan adanya dukungan sosial terhadap proses pemulihan warga yang gangguan jiwa adalah modal bagi kemajuan pembangunan layanan kesehatan jiwa di wilayah kita.

Relawan hanya membantu agar bangunan itu berbentuk dan bertahan.

Komentar

Berita Terkait

Milenial Promotor Literasi Digital dalam Spirit Keberagaman Agama
Seandainya Misa Tanpa Kotbah
Gosip
Sorgum: Mutiara Darat di Ladang Kering NTT
Tanahikong, Dusun Terpencil dan Terlupakan di Kabupaten Sikka              
Qui Bene Cantat bis Orat (Tanggapan Kritis atas Penggunaan Lagu Pop dalam Perayaan Ekaristi)
Namanya Yohana. Yohana Kusmaning Arum
Perpustakaan Desa Kabuna, Kabupaten Belu Menyabet Juara 5 Tingkat Nasional
Berita ini 108 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA