Apakah Gereja Seharusnya Berpolitik?

- Admin

Senin, 11 Oktober 2021 - 19:49 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kesadaran Baru atas Dampak Dosa Sosial

Menurut Uskup Romero, dalam tradisi iman Kristen, secara konvensional dosa dimengerti sebagai perbuatan menentang Allah dengan akibat kematian bagi setiap manusia yang melakukannya. Dalam refleksi tradisional tentang dosa berat (mortal sin), Gereja berkecenderungan untuk menekankan akibat permanen dari dosa bagi pendosa, misalnya, dalam bentuk kehilangan kebahagiaan abadi bersama Allah di hidup akhirat setelah kematian badan.

Artinya, oleh dosa berat ini pendosa akan menderita selama-lamanya karena ia tidak akan  pernah bisa memandang wajah Allah. Akan tetapi, akar utama dari dosa, terutama dosa-dosa yang terlembaga dalam sistem sosial-ekonomi dan politik yang tidak adil dan konsekuensi-konsekuensinya yang sangat berat bagi sesama manusia, sering tidak mendapat perhatian yang memadai dalam refleksi tradisional Gereja.

Baca juga :  Urgensi Penelitian Sosial terhadap Pembentukan Kebijakan Publik

Uskup Romero mengatakan bahwa hal ini merupakan kekurangan dari teologi masa lalu tentang dosa. Untuk mengatasi kekurangan ini, Gereja harus memberikan perhatian yang proporsional terhadap efek yang mematikan dari dosa berat pada kehidupan  material  dari sesama manusia selama masih hidup di dunia sekarang ini dan secara profetis mesti menentang akar penyebabnya yang yang melekat di dalam struktur sosio-ekonomi dan politik.

Dengan demikian, Gereja tidak bisa tidak harus terlibat dalam politik dan memainkan perannya dalam politik. Uskup Romero mengatakan bahwa sebuah dosa itu sungguh mematikan tidak hanya dalam arti kematian interior (interior death) dari pendosa, tetapi terutama karena dampak negatif yang ditimbulkannya hic et nunc – saat ini dan di sini – terhadap sesama manusia juga sangat mematikan. Menyaksikan merajalelanya dosa berat (mortal sin)seperti ini, Gereja tidak bisa berdiri diam, tetapi harus terlibat di dalam struktur sosio-ekonomi dan politik serta menentang akar-akar penyebabnya.

Baca juga :  Demokrasi dan Viralkrasi untuk Sekali Tenggak?

Keberlanjutan dari Inkarnasi Allah yang Menyelamatkan

Alasan fundamental kedua mengapa Gereja bersifat politis dan harus berpolitik adalah kodrat misionernya untuk melanjutkan penjelmaan keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus (peristiwa inkarnasi). Seperti Yesus Allah yang menjelma menjadi manusia dan tinggal di antara manusia, terlibat dalam segala hal, termasuk terlibat dalam struktur-struktur sosial-ekonomi dan politik manusia pada zamanNya kecuali dalam hal dosa (God’s incarnation), Gereja juga dari kodratnya dipanggil untuk melanjutkan inkarnasi Allah ini di dalamdunia dengan melibatkan  diri dalam masalah-masalah dunia.

Baca juga :  Ajaran Gereja Katolik dan Hukuman Mati

Gereja ada di dalam dunia dan hidup di tengah tatanan sosio- ekonomi dan politik dunia. Sambil mendukung semua hal yang baik dari tata ekonomi dan politik dunia, Gereja tidak bisa berdiam diri. Ia harus bangkit berdiri menentang struktur sosial ekonomi dan politik manakala ia menjadi sangat eksploitatif dan menindas manusia sendiri, terutama mereka yang lemah dan miskin dan nyata-nyata merusakkan alam. Dalam melakukan hal ini, Gereja sesungguhnya sudah berpolitik. Karena itu, Uskup Romero telah menyerukan agar Gereja menjelmakan dirinya ke dalam usaha pemihakan terhadap  kaum miskin.

Komentar

Berita Terkait

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?
DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?
Menanti Keberanian PDI Perjuangan Berada di Luar Pemerintahan
Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi
Demokrasi dan Kritisisme
Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?
Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?
Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit
Berita ini 1,253 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA