Media dan Ranah Baru Arus Informasi
Made Supriatma menyoroti matinya media cetak dan transformasi ke media digital. Makna jurnalisme pun berubah seiring dengan senja kala media-media cetak.
Semua orang bisa menjadi jurnalis tanpa harus memiliki keahlian dan pemahaman mendalam tentang teknik-teknik dasar penulisan berita.
Saat ini terjadi banjir informasi di media-media digital. Informasi-informasi tersebut banyak yang tidak akurat karena kebanyakan diunggah tanpa terlebih dahulu diverifikasi.
Banjir informasi itu pun diperparah oleh fakta bahwa masyarakat punya kebebasan mutlak dan hampir tak terbatas dalam menginterpretasi berita dan peristiwa. Semua orang merasa berhak menentukan sendiri hal-hal apa yang bisa dikategorikan sebagai kebenaran.
Menurut Made, masyarakat pembaca juga cenderung mempercayai apa yang ingin mereka percaya, mendengar apa yang ingin mereka dengar, dan hanya ingin melihat apa yang ingin mereka lihat. Inilah awal dari pemecahan sosial.
Masyarakat pembaca akan membagikan apa yang mereka percayai sebagai kebenaran dan menginginkan agar orang lain mempercayai apa yang mereka anggap benar itu. Orang yang memiliki pendapat lain secara otomatis akan disingkirkan.
Hal lain yang disorot Made adalah kebutuhan masyarakat pembaca yang dengan mudah dikontrol atau dikondisikan oleh algoritma mesin pencari.
Mesin pencari begitu gampang mengenali kebutuhan-kebutuhan kita (informasi, berita) sehingga pada waktu-waktu mendatang, mesin itu secara otomatis merekomendasikan “apa yang mungkin kita suka.”
Di permukaan, fakta ini memang terlihat memihak pada masyarakat pembaca karena dibantu untuk mendapatkan informasi dengan cepat.
Akan tetapi, pada titik inilah para pembuat berita-berita bohong misalnya, bermain. Melalui rekomendasi-rekomendasi otomatis ini narasi-narasi kebohongan dan berita-berita yang berpotensi memecahbelakan, disebarluaskan kepada masyarakat.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya