Uskup Sederhana dan Rendah Hati

- Admin

Rabu, 9 Maret 2022 - 16:44 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM

Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM

Pemimpin yang Sederhana

Mgr. Cosmas tetap menjadi pribadi yang sederhana kendati mendapat jabatan yang tinggi baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam gereja. Kesederhanaan ini tampak dalam cara berpakaian, tutur kata dan kedekatannya kepada semua orang yang ia layani. Kesederhanaan ini menjadi spiritualitas pribadi yang terpancar dari penghayatan hidup  Yesus dan Fransiskus Asisi.

“Saya tetap menjadi pribadi yang sederhana. Jabatan-jabatan saya tidak membuat saya sombong dan angkuh. Jabatan itu membuat saya menjadi pelayan bagi orang lain. Kesederhanaan saya dilatarbelakangi oleh keadaan orang tua yang sederhana. Kemudian ketika saya masuk Fransiskan, saya mempelajari spiritualitas hidup St. Fransiskus Asisi”

Baca juga :  Puan Maharani dan Warisan Kebajikan tentang Lingkungan Hidup

Pernah suatu waktu ketika Cosmas masih seminaris, ayahnya meminta dia untuk berhenti sekolah menjadi imam, “Cosmas lebih baik engkau membantu kami membajak sawah. Tidak ada gunanya engkau hidup sendiri”, sambil meniru ucapan bapaknya. Hal ini karena Cosmas adalah anak laki-laki ketiga. Kakak lelakinya yang pertama sudah meninggal. Tetapi dia meyakinkan bapaknya untuk melanjutkan pilihan hidupnya.

Baca juga :  Yosef Freinademetz Menantang Kita

Kesederhanan Mgr. Cosmas bukan berarti hidup miskin dan tidak melakukan apa. Beliau dikenal sebagai seorang Uskup yang ramah, pandai, rajin dan banyak membuat terobosan-terobosan pastoral.  Selama hampir 20 tahun memimpin keuskupan Bogor, ada begitu banyak perkembangan dalam pelbagai bidang. Dia membenahi keuskupan dengan membentuk dewan kuria, dewan imam, mengadakan pertemuan imam, membentuk dewan konstitusi, dewan keuangan, dewan pastoral keuskupan, termasuk membuat statuta keuskupan, statuta seminari, dan harta benda gereja.

Baca juga :  Membaca Jejak Politik Perempuan Sebagai Jalan Keadilan

Cara pastoral Mgr. Cosmas juga merangkul semua orang dan tidak dendam. Kesederhanaan dan kesahajaan membuat dia dicintai oleh semua umat,imam, biarawan/biarawati. Dia juga diterima oleh tokoh-tokoh dari agama lain dan para pejabat pemerintahan.

Komentar

Berita Terkait

Selamat Jalan ‘Sang Pengganggu’ (Eulogi P. George Kirchberger, SVD)
Yosef Freinademetz Menantang Kita
Membaca Jejak Politik Perempuan Sebagai Jalan Keadilan
Puan Maharani dan Warisan Kebajikan tentang Lingkungan Hidup
Pater Gallus, SVD: Misionaris untuk Orang Sakit   
Berita ini 644 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA