Mgr. Cosmas tetap menjadi pribadi yang sederhana kendati mendapat jabatan yang tinggi baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam gereja. Kesederhanaan ini tampak dalam cara berpakaian, tutur kata dan kedekatannya kepada semua orang yang ia layani. Kesederhanaan ini menjadi spiritualitas pribadi yang terpancar dari penghayatan hidup Yesus dan Fransiskus Asisi.
“Saya tetap menjadi pribadi yang sederhana. Jabatan-jabatan saya tidak membuat saya sombong dan angkuh. Jabatan itu membuat saya menjadi pelayan bagi orang lain. Kesederhanaan saya dilatarbelakangi oleh keadaan orang tua yang sederhana. Kemudian ketika saya masuk Fransiskan, saya mempelajari spiritualitas hidup St. Fransiskus Asisi”
Pernah suatu waktu ketika Cosmas masih seminaris, ayahnya meminta dia untuk berhenti sekolah menjadi imam, “Cosmas lebih baik engkau membantu kami membajak sawah. Tidak ada gunanya engkau hidup sendiri”, sambil meniru ucapan bapaknya. Hal ini karena Cosmas adalah anak laki-laki ketiga. Kakak lelakinya yang pertama sudah meninggal. Tetapi dia meyakinkan bapaknya untuk melanjutkan pilihan hidupnya.
Kesederhanan Mgr. Cosmas bukan berarti hidup miskin dan tidak melakukan apa. Beliau dikenal sebagai seorang Uskup yang ramah, pandai, rajin dan banyak membuat terobosan-terobosan pastoral. Selama hampir 20 tahun memimpin keuskupan Bogor, ada begitu banyak perkembangan dalam pelbagai bidang. Dia membenahi keuskupan dengan membentuk dewan kuria, dewan imam, mengadakan pertemuan imam, membentuk dewan konstitusi, dewan keuangan, dewan pastoral keuskupan, termasuk membuat statuta keuskupan, statuta seminari, dan harta benda gereja.
Cara pastoral Mgr. Cosmas juga merangkul semua orang dan tidak dendam. Kesederhanaan dan kesahajaan membuat dia dicintai oleh semua umat,imam, biarawan/biarawati. Dia juga diterima oleh tokoh-tokoh dari agama lain dan para pejabat pemerintahan.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya