Sebuah catatan satu tahun Media Indodian.com
Indodian.com – Tidak bisa diingkari, media baik media massa maupun elektronik (selanjutnya dibaca media) menjadi salah satu agen sistem oligarki. Walaupun kita paham bahwa media sebagai salah satu pilar demokrasi. Namun media adalah sebentuk kekuasaan oligarki yang sulit mendapat legitimasi dari kekuasaan publik.
Fenomena di lapangan, contohnya ketika menjelang Pemilu, media memiliki peran yang sangat vital dalam proses perpolitikan. Di Indonesia, struktur oligarki tampak sangat kokoh berdiri. Adanya perubahan sistem politik melalui pemilihan langsung malah membuat para penguasa melakukan berbagai upaya jitu untuk tetap memangku kebijakan, melalui berbagai konsolidasi yang dilakukannya.
Banyak cara yang bisa digalakkan untuk bisa mempertahankan apa yang menjadi kepentingannya. Salah satunya adalah melirik dunia media yang menjadi sasarannya. Lewat media opini publik akan terbangun. Dan lewat opini publik inilah sebuah kebijakan dapat dikendalikan dan diarahkan oleh para pemain oligarki. Penguasaan media akan memperlancar kaum oligarki untuk dapat mempengaruhi publik.
Orang yang paling kaya di Indonesia jauh lebih kaya dibandingkan dengan negara-negara tetangga semisal Malaysia, Thailand, bahkan Singapura. Yang paling terlihat saat ini adalah oligarki dalam sektor politik di mana sejumlah media saat ini disinyalir berafiliasi kuat dengan pemodal yang juga kini sedang berkuasa.
Bahkan lebih krusial lagi ketika media massa dan elektronik berafiliasi dengan para konglomerat atau saudagar mancanegara untuk mempengaruhi kepentingannya di Indonesia. Maka jika demikian halnya media sebagai lembaga demokrasi tidak pernah bebas dari cengkeraman neoliberalisme atau kaum kapitalis asing. Kepentingan asing di Indonesia sangat ditentukan oleh sejauh mana kekuatan media bernegosiasi untuk meloloskan kepentingannya.
Kepemilikan media berpusat pada segelintir pengusaha kaya di Indonesia. Namun yang menjadi perdebatan moral dan etis adalah ketika dimensi ontologis, epistemologis maupun aksiologis media didominasi oleh kepentingan asing. Sinyal adanya praktek politik oligarki dalam penguasaan media bertambah kuat dan terlihat ketika beberapa pemilik media ternyata juga berafiliasi dengan kekuatan politik asing. Maka pada titik ini media sebagai sebuah lembaga “voice of voiceless” semakin tidak bermakna apa-apa dalam fungsinya sebagai whatch dog, terhadap pembela kepentingan masyarakat.
Objektivitas dunia media menjadi gugatan karena dinilai tidak sesuai dengan perannya sebagai sarana untuk memberikan informasi yang objektif agar tidak terjadi ketimpangan informasi antara rakyat dan pemerintahan. Jadi semakin jelas bahwa kondisi media kini sudah kehilangan idealismenya.
Halaman : 1 2 Selanjutnya