Kisah Kepala Sekolah di Wilayah 3T: Merawat Alam Bersama Anak Sekolah

- Admin

Jumat, 18 Maret 2022 - 13:44 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketiadaan Listrik dan Sulitnya Jaringan Internet

SDI Bea Rana hingga saat ini belum ada jaringan listrik PLN dan tidak ada akses internet. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Rikardus untuk mengadakan listrik di sekolah. Rikardus bersama guru belajar untuk mengoptimalkan tenaga surya sebagai sumber energi. Hal ini disebabkan lokasi SDI Bea Rana cukup jauh dari kota.

Baca juga :  Kisah Seorang Difabel di Wodong yang Sukses Jadi Kepala Tukang

Jarak SDI Bea Rana dari kampus Unika Santo Paulus Ruteng, sekitar 72 kilometer. Jarak yang cukup jauh dari kota menjadi alasan Rikardus untuk mengoptimalkan tenaga surya dari pada harus membeli solar untuk bahan bakar diesel listrik. Penggunaan tenaga surya sebagai sumber energi merupakan salah satu pilihan yang tepat dari Rikardus sebagai pimpinan di satuan pendidikan SDI Bea Rana. Hal ini merupakan bentuk pemilihan sumber energi yang ramah lingkungan dibandingkan dengan menggunakan energi yang bersumber pada fosil seperti solar.

Baca juga :  Seandainya Misa Tanpa Kotbah

Selain belum tersedianya jaringan listrik PLN, beberapa hal yang menjadi kendala di SDI Bea Rana adalah ketersediaan jaringan internet dan fasilitas ruang kelas yang kurang layak. Tidak adanya jaringan internet di SDI Bea Rana memang membuat Rikardus sebagai kepala sekolah penggerak mengalami kesulitan yang cukup berat. Hal ini disebabkan banyaknya kegiatan dalam program sekolah penggerak dilakukan secara online. Akan tetapi kondisi ini tidak menyurutkan semangat Rikardus untuk mengikuti kegiatan online.

Komentar

Berita Terkait

Milenial Promotor Literasi Digital dalam Spirit Keberagaman Agama
Kasus Pasung Baru di NTT Masih Saja Terjadi
Seandainya Misa Tanpa Kotbah
Gosip
Sorgum: Mutiara Darat di Ladang Kering NTT
Tanahikong, Dusun Terpencil dan Terlupakan di Kabupaten Sikka              
Qui Bene Cantat bis Orat (Tanggapan Kritis atas Penggunaan Lagu Pop dalam Perayaan Ekaristi)
Namanya Yohana. Yohana Kusmaning Arum
Berita ini 105 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:47 WITA

Alexis de Tocqueville dan Tantangan Demokrasi: Mengapa Agama Sangat Penting bagi Masyarakat Demokratis?

Senin, 26 Agustus 2024 - 10:28 WITA

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Rabu, 21 Februari 2024 - 19:07 WITA

Lingkaran Setan Kurasi Algoritma di Era Demokrasi

Minggu, 18 Februari 2024 - 16:18 WITA

Demokrasi dan Kritisisme

Jumat, 9 Februari 2024 - 18:26 WITA

Saat Kaum Intelektual Lamban ‘Tancap Gas’: Apakah Tanda Kritisisme Musiman?

Selasa, 6 Februari 2024 - 19:06 WITA

Dari Ledalero untuk Indonesia: Menyelamatkan Demokrasi dari Jerat Kuasa?

Senin, 22 Januari 2024 - 20:58 WITA

Debat Pilpres Bukanlah Forum Khusus Para Elit

Rabu, 3 Januari 2024 - 06:57 WITA

Independensi, Netralitas Media dan Pemilu 2024

Berita Terbaru

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

! Без рубрики

test

Kamis, 29 Agu 2024 - 02:31 WITA

steroid

Understanding Oral Steroids and Their Course

Rabu, 28 Agu 2024 - 14:43 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA