Indodian.com – “Ketiadaan bidan dan perawat di kampung-kampung terpencil dan terisolasi di wilayah Manggarai Raya pada tahun 1966, ketika saya menjadi imam pembantu (pastor kapelan) di Paroki Tritunggal Mahakudus Ranggu, Keuskupan Ruteng, menarik hati saya untuk melayani umat di Manggarai Raya melalui bidang kesehatan.”
Hal ini dituturkan Pater Mittermeier Gallus SVD, seorang misionaris SVD yang lahir di Unterhub, Jerman, 24 Mei 1936. Pater Gallus, demikian umat memanggilnya selain bekerja sebagai Pastor di bumi Manggarai Raya, juga mengabdikan hidup untuk melayani orang sakit yang tersebar di kampung-kampung sejak tahun 1966 sampai sekarang.
Ia ditahbiskan menjadi imam dalam serikat religius Societas Verbi Divini (SVD), pada 8 Desember 1963 di Saint Augustine Jerman oleh Mgr. Augustinus Frotz. Pada tahun 1964-1965, Pater Gallus menjadi guru di Tirschenreuth. Sebelum datang ke Indonesia, pada tahun 1965, ia mengikuti studi dan kursus perawatan orang sakit di Regensberg.
Ketika tiba di Indonesia, Pater Mittermeier Gallus banyak membantu masyarakat untuk memperoleh kesembuhan. Sebelum peralatan medis lengkap seperti sekarang ini, Pater Gallus telah memperkenalkan pengobatan modern dan penggunaan alat USG untuk melihat perkembangan janin seorang ibu. Pater Gallus telah melayani orang sakit di wilayah Manggarai Raya selama kurang lebih 48 tahun. Hal itu dijalankannya bersamaan dengan pelayanan sakramental di wilayah misi dimana dia bertugas.
Pater Gallus bekerja secara rutin melakukan pemeriksaan terhadap ibu hamil di wilayah Kecamatan Reo dengan menggunakan alat teknologi ultra sono graphy (USG)yang dimiliki komunitas Societas Verbi Divini (SVD) di Sengari, Reo. Biasanya, Pater Gallus melakukan pemeriksaan ibu hamil melalui alat USG pagi hari untuk membantu kesehatan janin, juga membantu kesehatan ibunya sebelum melahirkan di tempat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas atau Rumah Sakit.
Selain pemeriksaan kandungan dengan teknologi USG, dia juga menerima keluarga yang tidak memiliki keturunan untuk sekadar berkonsultasi. Keselamatan jiwa dan raga bagi seorang manusia yang sedang dikandung sangat penting.
Pater Gallus menceriterakan bahwa awal ketertarikan di bidang kesehatan ketika bekerja di wilayah Paroki Tritunggal Mahakudus Ranggu bersama dengan Pastor Franz Mezaros SVD (almarhum), seorang misionaris yang berasal dari Hongaria. Pada waktu itu belum ada kendaraan. Pater Gallus dan Pater Frans melakukan patroli dengan menggunakan kuda di seluruh wilayah Kolang dan sekitarnya. Selain mewartakan injil kepada umat Manggarai di wilayah itu, dia juga melayani orang sakit. Biasanya, dalam tas yang diangkut dengan menggunakan kuda, terdapat barang-barang seperti buku keperluan untuk misa dan pelbagai jenis obat.
Awal Mula Tugas di Indonesia
Pada tahun 1965, Pater Gallus mendapat tugas misi di Indonesia. Setelah kursus, dia berangkat ke Indonesia dengan menggunakan kapal laut, dan tiba di pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta pada Desember 1965.
Setelah tiba di Jakarta, dia berangkat menuju Surabaya dengan menggunakan kereta api. Kemudian, dia berlayar dari Surabaya dengan kapal motor Ratu Rosari menuju ke Pelabuhan Reo. Ketika tiba di Reo, Pater Gallus diminta untuk melaporkan diri di Kupang. Setelah itu, dia ke Ende dengan Kapal Laut untuk bertemu uskup yang berkedudukan di Ende pada waktu itu. Setelah menyelesaikan urusan administrasi kepemerintahan, dia kemudian berangkat ke Ruteng untuk memulai tugas pelayanannya.
Ketika tiba di Provinsi SVD Ruteng, ia ditugaskan menjadi Pastor pembantu di Paroki Tritunggal Mahakudus Ranggu, di pedalaman Manggarai Raya (sekarang Ranggu termasuk wilayah Kabupaten Manggarai Barat). Ia melayani umat di seluruh wilayah paroki itu dengan menggunakan kuda, sebab kondisi kampung-kampung masih terisolasi dalam pelbagai aspek.
Umat di setiap kampung terpencil itu belum dilayani petugas kesehatan. Kondisi ini yang menarik hati Pater Gallus untuk mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan. Pastor Gallus menjelaskan bahwa setelah setahun melayani umat di wilayah Ranggu, ia berpindah tugas ke Paroki Benteng Jawa pada tahun 1967-1979. Di sana ia mengabdi selama 12 tahun. Selain memberikan pelayanan sakramental, ia juga memberikan pengobatan kepada umat yang sakit.
“Saat saya mengambil liburan pada tahun 1972, saya mengikuti kursus lanjutan terkait kesehatan di Eisenstadt dan mengikuti kursus Tertiat di Nemi Roma pada tahun 1978 untuk meningkatkan kemampuan saya di bidang kesehatan. Dengan kemampuan ilmu pengetahuan yang saya miliki, saya terus bekerja untuk melayani umat dengan memberikan pengobatan bagi orang sakit,” tutur lulusan filsafat 1960 dan teologi 1964 dari Santo Gabriel Jerman ini.
Pater Gallus telah menguasai tiga bahasa yakni Jerman, Indonesia dan Inggris. Ia menuturkan bahwa ia bahagia menjadi seorang misionaris di Indonesia khususnya di wilayah Keuskupan Ruteng, di wilayah Manggarai Raya karena bisa menemukan wajah Allah dalam diri umat Manggarai Raya.
Bekerja sebagai pastor dan berkarya di bidang kesehatan memiliki nilai tersendiri. Di bidang kesehatan, dia terinspirasi dengan kisah Yesus yang menyembuhkan orang sakit.
“Tuhan memberikan saya kemampuan sehingga saya harus melayani Yesus secara sungguh-sungguh bagi sesama di wilayah misi saya. Tugas utama saya adalah mewartakan Sabda Allah. Namun, saya juga prihatin dengan kondisi kesehatan umat sehingga mengambil bagian dalam pelayanan untuk menyembuhkan umat yang sedang sakit. Hidup itu mempunyai arti. Apa tujuan hidup saya? Apa yang sebenarnya saya mau dalam hidup? Saya melayani umat secara sungguh, dan dalam diri mereka, saya melayani Yesus yang mengutus saya”, kata Imam SVD yang kini berusia 86 tahun ini.
Di Paroki Benteng Jawa, Pater Gallus membangun beberapa Kapel agar umat memiliki tempat yang aman dan layak untuk berdoa. Pada tahun 1979, ia meninggalkan Benteng Jawa menuju Paroki Dampek. Di sana ia bekerja hingga masa pensiunnya pada tahun 2011. Ia bekerja di Dampek selama 32 tahun.
Menurut Pater Gallus, baik di Ranggu, Benteng Jawa maupun di Dampek, penyakit yang dominan di masyarakat adalah malaria dan disentri. Itu terjadi karena mayoritas umat bekerja sebagai petani.
“Saya sungguh puas dalam melayani Yesus Kristus dalam diri sesama umat Manggarai Raya, dan saya akan terus melayani. Namun, satu catatan penting bahwa merubah mental orang Manggarai raya membutuhkan proses yang lama. Satu-satunya jalan yang terbaik adalah melalui pendidikan. Pendidikan utama bagi orang Manggarai harus melalui sekolah,” jelasnya.
Saat ini, Pater Gallus berusia 86 tahun dan menikmati masa tuanya di rumah ret-ret Sengari Reo. Di usianya yang kian menua, dia tetap tekun berdoa di komunitas biara. Banyak umat yang datang untuk bertemu beliau. Akan tetapi dia lupa nama umat yang dulu pernah dia layani. Dalam keterbatasan, dia tetap menyambut umat dan mendoakan mereka.