Memento Mori: Bisikan Filsafat tentang Kematian

- Penulis

Sabtu, 18 Juni 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Kebanyakan orang memang takut mati. Pandangan ini menjadi salah satu alasan Kelas Jumat yang diadakan Lingkar Filsafat “Circles” Indonesia mengangkat tema “Memento Mori” (17/6/2022). Kelas ini merupakan rangkaian empat kelas dalam bulan Juni 2022 yang mengangkat tema besar tentang filsafat penderitaan. “Ketakutan akan kematian memang cukup umum, dan kebanyakan orang takut mati dalam berbagai tingkatan,” ujar Dhimas Anugrah, pengajar sekaligus pendiri Circles Indonesia, via zoom, Jumat malam.

“Memento mori” merupakan frasa Latin yang berarti “ingatlah kematian!”. Dhimas menerangkan, “memento” adalah bentuk imperatif aktif tunggal orang kedua dari frasa “meminī:” “mengingat,” “menjaga dalam pikiran,” yang biasanya berfungsi sebagai peringatan. Sementara “Morī” adalah bentuk present infinitive dari kata kerja deponen morior “meninggal/mati.” Ketua Komunitas Circles Indonesia itu mengutip Tertulianus (abad 2) yang menjelaskan ihwal istilah memento mori dari cerita tentang seorang pelayan yang ditugaskan berdiri di dekat seorang jenderal yang menang perang saat ia diarak masuk ke kota. Saat sang jenderal menikmati sanjungan dari kerumunan yang bersorak-sorai di sekitarnya, pelayan itu akan berbisik di telinga sang jendral, “Respice post te! Hominem te esse! Memento mori!” (Look after you! You’re a man! Remember death!/(Aku) menjagamu! Engkau hanyalah manusia! Ingatlah kematian!).

Dalam kelas via Zoom terbatas yang diikuti puluhan pecinta kebijaksanaan itu, Dhimas mengatakan ada dua alasan mendekati filsafat penderitaan dengan “memento mori,”. “Pertama, dalam sejarah filsafat sangat awal, kematian dipandang sebagai raison d’etre filsafat.” Kematianlah yang memotivasi manusia mencapai tujuannya, yang membantu seseorang menghargai orang yang ia cintai, imbuhnya. Para filsuf sejati pernah mempelajari kematian, seperti kata Sokrates. Dhimas lantas mencontohkan filsuf Demokritus yang melatih dirinya dengan menyendiri dan mengunjungi makam sebagai gaya berfilsafatnya.

Alasan kedua, kata Dhimas, “Karena ketakutan akan kematian menjadi salah satu pemicu penderitaan eksistensial seseorang.” Beberapa ketakutan ini sehat karena membuat seseorang lebih berhati-hati menjaga kesehatan dan tindakan, tetapi beberapa orang mungkin memiliki ketakutan yang tidak sehat akan kematian, tambahnya, terang pria kelahiran Surabaya itu.

Pemaparan Dhimas ini sejalan dengan “Survey of American Fears” pada tahun 2017 yang dilakukan oleh Universitas Chapman, bahwa 20,3% orang Amerika “takut” atau “sangat takut” akan kematian. Survei ini mencakup respons lain yang melibatkan kematian lebih spesifik, seperti pembunuhan oleh orang tak dikenal (18,3%), termasuk takut dibunuh oleh seseorang yang dikenal (11,6%).

Berita Terkait

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!
Tolong, Dengarkan Suara Hati! (Subjek Cinta dan Seni Mendengarkan)
Apakah Aku Selfi Maka Aku Ada?
Autoeksploitasi: Siapa yang Membunuh Sang Aku?
Masyarakat yang Terburu-buru
Masyarakat Smombi
Masyarakat Telanjang
G.W.F. Hegel: Negara dan Sittlichkeit
Berita ini 814 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Jumat, 6 September 2024 - 23:37 WITA

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Selasa, 21 Mei 2024 - 08:51 WITA

Tolong, Dengarkan Suara Hati! (Subjek Cinta dan Seni Mendengarkan)

Rabu, 1 Mei 2024 - 11:52 WITA

Apakah Aku Selfi Maka Aku Ada?

Senin, 22 April 2024 - 23:34 WITA

Autoeksploitasi: Siapa yang Membunuh Sang Aku?

Sabtu, 16 Desember 2023 - 18:31 WITA

Masyarakat yang Terburu-buru

Jumat, 8 Desember 2023 - 12:13 WITA

Masyarakat Smombi

Selasa, 28 November 2023 - 22:48 WITA

Masyarakat Telanjang

Sabtu, 7 Oktober 2023 - 09:35 WITA

G.W.F. Hegel: Negara dan Sittlichkeit

Berita Terbaru

Cerpen

Pengemis Berwajah Dua

Sabtu, 8 Feb 2025 - 15:20 WITA

Agama

Yubileum, Nangahale & Bulldozer Pongah

Minggu, 26 Jan 2025 - 08:12 WITA

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA